Saturday, November 27, 2010

Broken Heart (Greyson Chance)

I remember the first time I saw you
With your pretty brown eyes that sparkled
In the light
And your long brown hair
And the way you could dance so well
And you took the air I’m breathing
And stole my heart
I don’t know what happened
But we fell apart
You left me with a Broken Heart
Oh, oh oh, Broken Heart
Broken hearts never fade away
Broken hearts are here to stay
I know what we’ve been waiting for
But that doesn’t give you the excuse tooo
Then all the reason you can
Especially, my best friend
Cause you took the air I’m breathing
You stole my heart
I don’t know what happened
But we fell apart
You left me with a Broken Heart
Oh, oh oh, Broken Heart
Broken hearts never fade away
Broken hearts are here to stay
And you took the air I’m breathing
And stole my heart
I don’t know what happened
But we fell apart
You left me with a Broken Heart
Oh, oh oh, Broken Heart
And you took the air I’m breathing
And stole my heart
I don’t know what happened
But we fell apart
You left me with a Broken Heart
Oh, oh oh, Broken Heart
Broken hearts never fade away
Cause you took the air I’m breathing
And stole my heart
I don’t know what happened
But we fell apart
You left me with a Broken Heart
Oh, oh oh, Broken Heart

greyson chance, penyanyi cilik asal Amerika disebut-sebut sebagai the next of JB, setiap JB ditanya tentang Greyson pasti JB mengelak. Greyson lahir th 1997,

Bangkit Karena Mu

“Patton, kamu sadar dong kasihan bu Ira kan?” Debo menasihati temannya, memang akhir-akhir ini Patton sering membolos, dan itu membuat bu Ira marah-marah.
“Heh! Apa urusan lo sama gue? Terserah gue dong mau ngapain!” Patton mendorong tubuh Debo sampai ia terjatuh.
“Ton, asal lo tahu ya, kalau bukan karena bu Ira gue nggak bakal ngurusin lo!” Debo pun berlalu, sedangkan Patton asyik main PS di rental PS. Hari ini sudah genap seminggu Patton tidak masuk sekolah, bu Ira gurunya hanya bisa mengelus dada.
***
Saat bu Ira masuk kelas, ia pasti menanyakan keberadaan Patton. Dan jawabannya pasti sama yaitu tidak masuk. Bu ira sebenarnya sudah sangat geram dengan sikap Patton yang menyepelehkan sekolah, sedangkan orang tua Patton selalu memarahi bu Ira sebab Patton bersaksi bahwa bu Ira telah melakukan penganiayaan padanya. Jelas bu Ira menentang hal itu, begitu juga dengan anak-anak. Sekelas membenci Patton sebab ia sudah membuat bu Ira sedih, dan yang pasti sakit.
“Bu, bagaimana kalau Patton kita grebek?” usul seorang murid.
“Tidak perlu, biar ia sadar kelak.”
Sepulang sekolah bu Ira menuju rumah Patton, tapi sebelumnya ia mengunjungi rental PS tempat Patton biasa main. Benar, di sana ada Patton!
“Patton, kapan kamu masuk sekolah?” Bu Ira menepuk bahu Patton. Seketika Patton mendorong tubuh bu Ira sampai terjatuh. Terlihat jelas bu Ira merasa kesakitan, terang saja saat itu di sedang hamil 1 bulan.
“Woy, Ton! Ini ibunya pendarahan.” Patton panik, ia tidak mau menolong bu Ira tapi ia malah kabur, mana belum membayar uang main PS lagi, benar-benar anak yang tidak bertanggung jawab. Tanpa menghiraukan Patton, orang-orang di sekitar rental segera membawa bu Ira ke rumah sakit, selama perjalanan bu Ira hanya mengeluh kesakitan.
“Dok, janin saya masih bisa ditolong kan, dok?” Bu Ira khawatir janin yang ia kandung tak bisa di tolong. Dokter menggeleng, langsung bu Ira menangis tersedu sebab ini adalah kandungan pertamanya, dan sudah hampir lima tahun dia menunggu tapi sekarang semua telah terlambat.
***
“Anak-anak, hari ini bu Ira tidak bisa mengajar kalian, jadi kerjakan tugas…….” Seisi kelas ramai, bertanya ada apa dengan bu Ira, saat anak-anak hendak bertanya malah guru BK pergi. Simpang siur kejadian kemarin terdengar sampai ke telinga anak-anak, berbagai respon bermacam-macam, tapi semua menyalahkan Patton pastinya.
“Dasar pembunuh!” Di sekolah beredarlah kata ‘Pembunuh’ yang ditujukan pada Patton. Semua tetangga Patton, berbondong mengunjungi rumah Patton seraya membawa karton bertuliskan ‘Patton Pembunuh’. Muncullah orang tua Patton dari balik pintu, mereka sangat bingung dengan apa yang terjadi.
“Ada apa ini anak-anak?”
“Patton pembunuh, Patton pembunuh!” Sorak anak-anak layaknya berdemo, tak hanya anak-anak, orang tua dan teman terdekat bu Ira juga ikut melakukan demo terhadap Patton.
“Patton pembunuh? Siapa yang telah ia bunuh?” Ayah Patton terheran-heran, ia tak habis pikir bagaimana bisa anaknya membunuh seseorang.
“Anaknya bu Ira!” Teriak murid-murid serempak, kemudian ayah Patton menghampiri Patton di kamarnya, tapi ia tidak menemukan anaknya, terlihat jendela kamarnya terbuka, bertanda Patton kabur dari rumah. Secepat mungkin ayahnya mencari anaknya di belakang rumah, sayang tak terlihat sama sekali Patton.
“Semuanya, saya harap ada salah satu orang yang bisa menjelaskan pada saya, apa yang sebenarnya terjadi?” Seorang anak, yang tak lain adalah Debo berjalan dan memulai percakapan.
“Pak, apa bapak tidak tahu bahwa Patton setiap hari selalu membolos pak, ia selalu bermain di tempat PS.”
“Lalu bagaimana anak saya bisa membunuh orang lain?”
“Saat bu Ira, guru kami mencoba membujuk Patton untuk kembali bersekolah Patton enggan dan mendorong bu Ira sampai ia pendarahan dan akhirnya bu Ira keguguran.” Jelas Debo, saat itu juga ayah Patton menangis.
“Anak saya itu tidak pernah kapok, saat kami tidak punya uang ia meminta hal yang sangat mahal harganya dan kami tidak memperbolehkannya. Akhirnya ia melampiaskannya pada adiknya.” Cerita ayah Patton sambil tersedu.
“Adik? Jadi Patton dulu punya adik?”
“Iya, sama seperti saat ini, tapi ia membunuh adiknya saat adiknya sedang tertidur. Ia menaruh bantal di atas muka adiknya lalu menekannya sampai adiknya tidak bisa bernapas dan akhirnya meninggal.” Debo yang mendengarnya merasa miris, terpintas bayangan bagaimana Patton membunuh adiknya sendiri.
“Sebenarnya apa sih yang diinginkan Patton? Tidakkah ia merasa berdosa melakukan kesalahannya?”
“Sudahlah nak, biarkan Patton menyadarinya sendiri. Kami sudah geram dengan sikapnya, sudah berkali-kali saya peringatkan tetap ia melanggaar.”
“Sekarang, mana Patton?”
“Entah, mungkin ia telah kabur melarikan diri.” Tanpa sepengetahuan orang tua Patton, ternyata Patton melarikan diri ke rumah bu Ira. Tujuannya adalah ingin meminta maaf pada bu Ira, dan juga berjanji akan rajin masuk sekolah dan tidak akan bolos lagi.
“Bu Ira!” Panggil Patton dengan teriakannya yang khas, langsung bu Ira keluar dari rumahnya ia sempat kaget melihat Patton datang ke rumahnya.
“Mau apa kamu ke sini?” Bu Ira sempat sedikit takut pada Patton, tapi perlahan bu Ira menghampirinya.
“Saya mau minta maaf bu, waktu itu saya tidak tahu kalau ibu sedang hamil. Maafkan saya bu.” Patton bersujud di bawah kaki bu Ira.
“Sudahlah, Ton. Ibu tahu kamu tidak bermaksud membunuh anak ibu, tenang saja ibu sudah memaafkan kamu, Ton.”
“Saya berjanji bu akan menebus semuanya dengan cara rajin masuk sekolah dan berusaha masuk lima besar di kelas.” Bu Ira memeluk Patton erat, ia sadar bahwa patton tak sepenuhnya bersalah. Lalu bu Ira mengantar patton pulang.
“Ayah, maafkan Patton. Patton tahu Patton ini anak yang tidak berguna selalu menyusahkan orang lain, dan dua kali menghilangkan nyawa orang lain. Tapi saat itu Patton tidak tahu, Patton masih sangat kecil, yah.” Patton menangis dibawah kaki ayahnya, ia menangis tersedu-sedu, melihat kejadian ini semua yang melihat ikut terenyuh.
“Nak, ayah tidak bisa memaafkan kamu jika kamu tidak bisa berubah.” Ayahnya juga ikut menangis, sambil mengelus rambut anaknya.
“Patton janji, yah. Berkat bu Ira, Patton jadi tahu apa itu arti kehidupan dan sekolah, jika bu Ira tidak ada mungkin Patton akan terus nakal, yah.” Anak dan bapak itu pun saling berpelukan, saling memaafkan, begiru juga bu Ira dengan Patton.
“Bu, terima kasih karena bu guru aku jadi bisa berubah, aku khilaf bu.” Bu Ira hanya mengelus kepala Patton saja.
***
“Patton, selamat yah, kamu menjuarai Olimpiade Sains Kuark tingkat Nasional.” Ucap bu Ira bangga, terlihat patton sumringah memegang piala yang besar sekali.
“Iya, bu. Kalau bukan karena ibu, mungkin sekarang saya tidak bisa sampai di sini, dan mungkin sekarang saya sedang main PS bu,” Gurau mereka, candaan itu membuat mereka tertawa, walau sebenarnya candaan itu membuat mereka teringat dengan kejadian satu tahun silam.
“Kak, Patton! Nanti kalau besar aku mau menang Olimpiade matematika, biar bisa ngalahin kakak.” Suara anak kecil tanpa dosa itu membuat keadaan menjadi cair kembali.
“Iya, Kelvin.” Patton mengelus kepala anak itu.
“Kelvin, ayo kita antar kak Patton pulang!” Kelvin, anak bu Ira hanya mengangguk sambil memegang tangan ibunya yang baik hati.

Thursday, November 25, 2010

Lebih Kenal Dengan Aku :D (jejaring sosial)

nah, aku punya beberapa jejaring sosial, di antaranya:

-Facebook= username "Iendyify Indri CLuvers"
-twitter= username "indri_CL"
-koprol= username "iendyify"
-plurk= username "indriby"
-YM= "iendyifycluvers" "iendyi"
-blog= yang ini
-CLFansite= "Iendy CL"

Sunset Yang Dinanti

Sang raja mentari telah tegap menampa kkan kehebatannya, sambil melihat dua anak yang asyik bermain. Mereka adalah Agni dan Ify, mereka asyik main lompat tali di lapangan diantara anak-anak lain. Ada yang bermain bulu tangkis, sepakbola, petak umpet, dan lain-lain.
“Ify, ayo main sepakbola!” Ajak Agni pada Ify, Agni memang anak yang tomboy sedangkan Ify anak yang pemalu dan feminim. Tapi perbedaan yang sangat mencolok itu malah membuat mereka tetap selalu bersahabat.
“Nggak, Ni. Mending kita main lompat tali lagi.” Agni hanya bisa mengangkat bahu, Agni memang selalu mengalah sebab jika kemauan Ify tidak dituruti pasti Ify akan menangis dan Agni yang disalahkan. Permainanpun terus berlanjut, mereka baru pulang saat cahaya mulai redum, dan sebelum pulang mereka melihat dulu sunset yang indah.
“Ni, kalau nanti kita sudah besar kita harus tetap bersama ya, dan melihat sunset ini bersama lagi dengan pasangan hidup kita juga anak-anak kita.” Tutur Ify lembut pada Agni, Agnipun mengangguk dan tersenyum pada Ify.
***
“Agni, maaf aku terpaksa ikut papa ke Amerika. Aku janji akan menemui kamu lagi, dan kita akan melihat sunset itu lagi.” Itulah kalimat terakhir yang diucapkan oleh Ify, dan Agni memeluk Ify untuk terakhir kalinya.
“Agni, kalau kamu tidak betah tinggal bersama mama kamu, telepon papa dan papa akan menjemputmu lalu membawamu bersama papa.” Agni mengangguk, tapi di dalam hatinya Agni merasa sedih sekali melihat kedua orang tuanya bercerai.
“Ify, selalu hubungi Agni ya. Agni pasti bakal nepatin janji kita!” Mereka berpelukan kembali dan mereka terpisah oleh jarak yang sangat jauh.
“Ma, mama janji kan sama Agni?”
“Iya sayang, mama pasti selalu ada buat adek.” Anak dan ibu itupun berpelukan lalu berjalan menuju tempat parkir dan menuju rumahnya.
Selama perjalanan Agni terus bernyanyi lagu Pergilah Kau. Dan mamanya hanya bisa tersenyum melihat anaknya begitu bahagia pagi itu. Agni, sebenarnya sangat membenci Ify sebab Ify adalah saudara tirinya. Jadi mama Agni itu janda yang mempunyai anak dua yaitu Agni dan Gabriel, tapi sekarang Gabriel tinggal bersama papa kandungnya. Sedangkan Ify adalah anak tunggal. Agni dan Ify seumur, dan papa Ify selalu mengagungkan Ify.
“Sayang, kamu mau nggak ketemu Gabriel?” Agni terdiam, dia kemudian mengangguk. Maka mamanya membanting setir menuju Bandung. Agni sangat menikmati perjalanannya, ia juga sangat senang bisa bertemu dengan kakak kandungnya yang sudah 8 tahun tidak bertemu. Setelah menunggu sekitar dua jam akhirnya Agni sampai di sebuah rumah yang megah dan mewah.
“Mas, untung kamu sudah pulang. Ini aku bawa Agni.” Bapak itu memeluk Agni dengan sangat erat, lalu mengajaknya masuk ke dalam rumahnya.
“Agni, ini kakak kamu Gabriel.” Cowok itu memberi senyumannya, tapi Agni terlihat acuh.
“Kalian main saja dulu.” Mama Agni menyuruh kedua anaknya bermain.
“Punya bola basket nggak?” Tanya Agni dengan sedikit tengil.
“Punya, emang lo bisa main basket?”
“Ya bisa dong, gini-gini juara basket di sekolah. Ayo kita tanding!” Mereka pun bergegas menuju pekarangan rumah itu dan memulai pertandingan. Pertandingan itu sangat seru, sampai Agni mengangkat tangannya dan menyerah pada Gabriel. Ia mengakui bahwa kakaknya sangat jago bermain basket. Dan dimulai dari pertemuan itu Agni menyimpan rasa suka pada Gabriel.
“Agni, aku dengar kamu punya saudara ya? Yang namanya Ify.” Merdengar itu perasaan Agni mulai memanas.
“Kenapa sih kamu nanyain Ify? Nggak penting tahu nggak!” Agni bergegas pergi dan menghampiri mamanya lalu mengajaknya pulang.
“Kami pamit pulang dulu ya.” Sepanjang jalan Agni terus menggerutu, menjelek-jelekkan Ify di depan mamanya, mamanya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian tiba-tiba Agni terbayang oleh wajah kakaknya, dan spontan ia meminta nomor handphonenya pada mamanya, lalu segera mengirim pesan pada Gabriel. Dan mereka saling mengirim pesan singkat, dan Agni semakin merasakan bahwa ia benar-benar jatuh cinta pada saudaranya sendiri.
***
Hubungan Gabriel dan Agni makin dekat, dan mereka sering bertemu sebab sekarang Agni sering menginap di rumah Gabriel jika hari libur tiba. Gabriel juga merasa tidak terganggu sebab Agni sangat asyik untuk diajak bermain, tapi Gabriel tidak sama sekali merasa sesuatu yang lebih pada Agni. Dan rasa itu terus berlanjut sampai masa SMA.
“Dek, gimana hari pertama kamu sekolah?” Tanya Gabriel pada Agni yang baru kali ini menginjakkan kakinya di SMA yang sama dengan Gabriel.
“Biasa aja, kakak nanti aku mau dong bisa masuk OSIS.” Gabriel hanya mengacak rambut Agni lalu mengajaknya jalan-jalan. Ternyata Agni di ajak ke sebuah lapangan, yang di sana sedang ada sunset. Sepintas Agni teringat pada Ify, tentang janji mereka lima tahun yang lalu. Tapi Agni tidak menghiraukan ingatannya itu, sebab bagi Agni tanpa Ify adalah hal terbaik sedunia.
“Dek, kamu tahu nggak? Dulu aku pernah bertemu seorang cewek dia kayaknya seusia sama kamu. Kita dulu saling berjanji bahwa akan bertemu lagi disaat sunset yang entah kapan itu.”
“Siapa dia kak?”
“Dia bilang namanya Ify, dan aku pikir dia saudara kamu.” Agni lagsung menatap tajam Gabriel, seolah ia ingin berkata bahwa ia tidak mau membahas tentang Ify lagi!
“Kak, asal kakak tahu ya, Ify itu penghancur hidupku!”
“Apa maksud kamu?”
“Karena dia aku selalu dimarahin papa, dia tuh orangnya manja. Aku selalu ngalah, kalau nggak dia bakal nangis dan ngadu ke papa, sampai aku sering dimarahin sama papa!” Agni pun berlari lalu masuk ke dalam mobil, dan meluapkan kemarahannya dengan menangis.
“Dek, kamu kenapa nangis?”
“Kenapa? Kakak masih nanya? Hati kakak dimana? Dasar nggak punya perasaan!” Gabriel tambah bingung, ada apa dengan adiknya, dan akhirnya mereka pulang. Selama perjalanan Agni tak henti-hentinya menangis.
Pergilah kau…
Pergi dari hidupku…
Bawalah semua rasa bersalahmu…
“Dek, kenapa kamu nyanyi lagu itu?”
“Ih, kakak itu bodoh, atau aku yang terlalu pinter? Sampe kakak nggak bisa membaca perasaanku?”
“Ngeledek lo, dek? Ya udah gue ngaku bodoh, sekarang cerita sama gue yang jelas.”
“Ify, dia merebut kasih sayang papa yang sangat aku inginkan. Dia sangat manja, semua hidup papa selalu ada untuk Ify dan tidak untuk aku. Papa selalu memarahiku jika Ify menangis, sekalipun Ify menangis gara-gara temannya. Aku selalu mengalah pada Ify, jika tidak maka ia akan menangis dan aku yang jadi sasaran untuk dimarahi oleh papa. Dan sekarang rasa benci itu kembali muncul setelah lima tahun aku mencoba melupakannya.”
“Apa yang menyebabkan kamu kembali membencinya?”
“Sebab…” Agni menggantungkan kata-katanya, dan membuat Gabriel penasaran.
“Terusin.”
“Karena orang yang aku cintai, ternyata sudah lebih dulu merebutnya.” Seketika Gabriel menghentikan laju mobilnya, lalu menghadap ke arah Agni.
“Maksud kamu?”
“Kak, kamu terlalu bodoh untuk mengenal cinta. Apa kamu tidak sadar, bahwa aku sangat mencintai kakak. Tapi, Ify juga merebutnya!” Gabriel menggaruk kepalanya, ia bertambah bingung, lalu ia menjalakan kembali mobilnya. Sesampainya di sana Agni berlari memasuki kamarnya. Gabriel menyusul Agni, ia benar-benar tidak paham dengan sikap Agni.
“Dek, maksud kamu Ify merebut aku dari kamu apa?”
“Kakak bilang, bahwa kakak punya janji pada Ify bahwa kakak berjanji pada Ify untuk menemuinya disaat sunset. Berarti kakak sudah punya janji khusus sama Ify, iya kan?”
“Iya, dek. Kakak ingin menyatakan perasaan kakak saat pertama kali bertemu dengannya. Mau kan kamu bantu kakak?”
“Ih, dasar cowok bodoh!” gumam Agni sendiri.
“Iya, iya kakak bodoh.”
“Kok kakak bisa kenal Ify?”
“Kamu tahu kan di dekat lapangan tadi ada rumah sakit? Nah, di sana aku bertemu Ify. Katanya Ify operasi gitu.” Agni tersentak kaget, ia berpikir Ify sebenarnya sakit apa? Lalu ia menghampiri mamanya yang sedang menerima telepon.
“Ma, Ify pernah sakit apa?”
“Apa sayang? Nanti Ify pulang, jemput dia ya…” Agni tertunduk, kemudian ia mengangguk lalu menghampiri kakaknya. Ia berpesan agar esok ia menjemput Ify di bandara dan mengajaknya melihat sunset lalu menyatakan perasaannya pada Ify.

“Ify, aku kangen sama kamu!” Agni memeluk Ify dengan erat dan mencoba menepis segala kebenciannya selama ini.
“Ni, maaf ya aku belum pernah jujur sama kamu. Sebenarnya aku ikut papa karena aku harus operasi, aku terkena kanker otak, Ni.” Agni semakin kaget, ia tak menyangka ternyata selama ini Ify mengidap penyakit yang bisa dibilang berbahaya.
“Ify, maafkan aku juga selama ini aku telah membencimu sebab papa selalu membanggakan kamu, membela kamu, menjadikan kamu nomor satu.”
“Iya, Ni. Aku sadar kok, aku memang yang salah.” Kemudia Ify mengobrol sebentar dengan Gabriel, lalu menuju lapangan tempat sunset yang indah itu. Sesampainya di sana Agni memulai perbincangan.
“Kak, aku sebenarnya suka sama kamu. Tapi aku sadar bahwa kakak suka sama Ify, jadi aku rela melepaskan kamu buat Ify. Kamu mau kan kak?” Gabriel menatap mata Agni tajam, seolah ingin membaca pikiran Agni selanjutnya.
“Ify, aku sangat mencintaimu sejak pertama kita bertemu di rumah sakit, dan rasa it uterus tetap bertahan hingga detik ini. Maukah kamu menjadi pacarku?” Ify menatap Gabriel dan Agni bergantian lalu mengangguk mantap, Gabriel pun berloncat senang dan memeluk Ify dengan erat.

Sunset itu telah menjadi saksi Gabriel dan Ify pacaran, dan Agni sebagai sahabat mereka. Dan Agni lebih memilih ia melihat sahabat dan saudaranya bahagia, daripada melihat ia bahagia sedangkan saudara dan sahabatnya harus merasa sedih. Tapi Agni selalu berusaha agar ia selalu tersenyum walau perih adanya.

Nada Yang Hilang

Aku bisa aku pasti bisa ku tak mau berputus asa
Biar ku gagal itu takmengapa setidaknya ku telah mencoba
Terdengar suara merdu Nada dari dalam kamarnya, sambil menyisir rambutnya ia melantunkan lagu itu. Lagu yang dinyanyikan Nada memang sangat cocok untuknya, sebab sampai sekarang ia terus mencoba untuk menyingkirkan rasa midernya. Nada memiliki suara merdu, sesuai namanya, tapi ia tidak pernah berani untuk menyuarakannya, ia selalu merasa malu apabila ia menyanyi di depan orang, paling-paling cuma di depan orang tuanya.
“Nada, bantu mama masak yuk?” Suara mama Nada membuat Nada bangkit dari kasurnya dan menuju dapur. Kemudian ia membantu mamanya membuat sop ayam.
“Nad, besok ka nada arisan di rumah kita. Tapi mama bingung mau ngasih hiburan apa ke ibu-ibu. Mau nggak kamu nyanyi di depan ibu-ibu?” Nada bingung, ia takut jika saat bernyanyi nanti ia akan grogi dan suaranya menjadi aneh. Mamanya menunggu jawaban Nada, sampai Nada membuka mulutnya.
“Tidak, ma. Maaf Nada takut nanti Nada akan grogi dan suara Nada malah menjadi hancur. Nanti mama bisa malu.” Sebuah tangan mendarat halus di pundaknya, kemudian mengelus rambutnya.
“Sayang, masa begitu aja malu? Nggak apa-apa kalau suara kamu jelek, asal pede pasti semua orang akan menghargai kamu. Tolong ya?” Nada kembali berpikir keras, dengan mengambil keputusan Nada mengangguk mantap.
“Makasih sayang.”
Nada masuk ke kamarnya ia kembali merenung, apa bisa ia bernyanyi di depan ibu-ibu yang kalau dihitung bisa lebih dari 20 orang. Tapi tekad telah bulat, ia akan terus latihan agar ia tidak memalukan mamanya.
***
“Nad, besok kamu mau nyanyi apa?” Tanya teman sebangku Nada yang bernama Kaila, memang besok ada pelajaran seni musik dan guru kami menyuruh kami agar nanti membawakan satu buah lagu, terserah pop, lagu wajib, lagu anak-anak, dan lain-lain. Mendengar hal itu Nada bingung sendiri, walau terlihat mudah tapi sulit bagi Nada memulainya.
Nada memang anak yang pendiam di sekolah, ia selalu menutup diri, dia hanya bicara hanya saat diberi pertanyaan oleh guru, itu saja dengan suara pelan. Teman sekelas pun tak pernah tahu suara asli Nada yang merdu jika bernyanyi dan sangat lembut jika berbicara. Sebenarnya Nada ingin menunjukkan suaranya, tapi karena sudah sering menjadi pendiam di sekolah jadi sangat sulit mengawalinya.
“Nad? Jawab dong!”
“Ah, aku nggak tahu.” Nada menjawab dengan suarah lirih, seperti orang berbisik. Teman sekelas Nada juga sering mengejek nada dengan sebutan si Bisu dari sekolah. Dan kata-kata sangat membuat Nada sedih dan merasa tersinggung. Tapi apa yang bisa dilakukan Nada? Memang itulah kenyataannya di sekolah.
Saat pulang sekolah Nada meletakkan tasnya di meja belajar lalu berganti pakaian, kemudian ia membuka laptop lalu melihat mp3 apa yang ia punya. Setelah mencari sekitar 10 menit Nada menemukan sebuah lagu yang sangat ia sukai.

Juara yang sejati akan selalu tegap berdiri
Walau ternyata kalah semangat tak boleh patah
Juara yang sejati selalu lakukan yang terbaik
Apapun yang terjadi tetaplah tegap, tegap berdiri
Nada mulai mengeluarkan suara indahnya, tapi hanya sendiri di dalam kamar yang sepi. Seusai menyanyikan lagu itu mamanya masuk ke dalam kamarnya. Nada berbalik lalu mengajak mamanya untuk duduk di atas kasurnya yang empuk.
“Nad, kan arisannya hari Minggu berarti kan lusa. Kamu mau bawain lagu apa?” Nada berpikir sejenak, lalu ia mengangkat bahunya bertanda ia tidak tahu apa yang akan ia nyanyikan.
“Kalau lagu-lagu nostalgia begitu gimana? Kan yang datang ibu-ibu, pasti seru.” Nada memengang dagunya dengan telunjuknya, seperti sedang memikirkan sesuatu yang rumit. Lalu ia mengangguk, kemudia Nada dan mamanya memilih-milih lagu apa saja yang akan dibawakan Nada besok. Setelah memilih, Nada akan membawakan tiga lagu yaitu Untukku, Surat Cinta, Kisah Kasih di Sekolah, tapi itu akan dibawakan duet bersama mamanya.
***
“Baiklah anak-anak hari ini kalian akan benyanyi dan akan saya acak namanya.” Di tempat duduknya Nada berharap bukan ia yang maju pertama kali.
“Nada!” Nada kaget, ia meloncat kecil dari bangkunya, mendadak keringat dingin langsung keluar dari tubuhnya, badannya gemetar sampai ia tak kuat berjalan. Sampailah ia di depan kelas, lalu ia mencoba bernyanyi…
Apakahku jadi juara atau ternyata ku bukan juara
Lagu itu di bawakan Nada dengan sangat buruk, ia bernyanyi tidak tepat nada, false, lari dari nada, tidak pas pula dengan tempo. Sekelas tertawa terbahak-bahak, kemudian gurunya menasehati Nada agar ia jangan menatap wajah teman-temannya, anggap mereka tidak ada, tetap pede apapun yang mereka katakan, jangan perdulikan jika itu sebuah ejekan. Dengan menuruti apa kata gurunya, ia kembali rileks dan kembali di depan kelas. Menarik sebuah udara, dan…
Apakahku jadi juara atau ternyataku bukan juara
Itu bukan hal yang penting yang penting telah ku lakukan yang terbaik
Kalah menang itu biasa yang penting kita punya pengalaman
Kita jadi berani hadapi apapun yang terjadi

Nada telah usai bernyanyi, sampai reff terakhir dengan falset yang sangat indah. Semua bertepuk tangan untuk Nada termasuk gurunya, semua tak menyangka bahwa Nada memiliki suara yang sangat indah dan merdu sekali. Sampai ia duduk puun tepuk tangan masih terdengar riuh.
Saat bel pulang berbunyi semua melontarkan pertanyaan yang sama yaitu “Kok bisa sih, suara kamu sebagus itu?” Nada hanya menjawab bahwa itu sudah lama, tapi baru sekarang mereka mendengarnya. Bahkan seusai bernyanyi tadi, suara Nada lebih kencang dan terdengar merdu walau ia sebetulnya sedang berbicara. Semua temannya memberinya ucapan selamat karena sekarang Nada telah menjadi Nada yang baru, dan bukan lagi si Bisu dari sekolah tapi si Merdu dari sekolah. Pujian dari teman-temannya itu tidak membuatnya besar kepala tapi malah membuatnya mengerti apa itu arti percaya diri.
Percaya diri itu bisa membawa kita ke dalam sesuatu yang baru yang bisa membuat kita menjadi lebih baik dari sebelumnya, asal ada niat pasti hal yang baru itu akan membuat semua orang kagum pada diri kita. Dan Nada berjanji akan mengajarkan hal itu pada temannya yang mungkin juga mengalami hal seperti ini, jadi tetap percaya diri walau semua telihat sulit tapi akan sangat menyenangkan jika kamu juga bisa merasakan pentingnya percaya diri.

Walau ke ujung dunia pasti akan kunanti
Meski ke ujung samudra pasti ku kan menunggu
Karena ku yakin kau hanya untukku

Hari itu rumah Nada dipenuhi suara tepu tangan yang sangat keras, tak lain tepuk tangan itu ditujukan untuk Nada yang telah bernyanyi dengan sangat merdu. Baru kali ini Nada merasakan sangat dihargai kehadirannya dan baru kali ini pula ia mendapat tepuk tangan yang begitu meriah.
“Ma, ternyata percaya diri itu membuat aku jadi lebih baik ya, ma? Sekarang aku bisa bernyanyi tanpa grogi dan juga mendapat tepuk tangan dari orang lain.” Kata Nada bangga, lalu ia memeluk ibunya dengan erat.

Lebih Kenal Dengan Aku :D (arti nama dan saudara)

Kenalkan namaku Indri Dwi Ayu, aku lahir tanggal 08 Agustus 1997 di Lampung, tapi di akteku tertulis bahwa aku lahir di Malang. Pertama aku ingin menjelaskan apa arti Indri Dwi Ayu:
-Indri: karena mamaku mempunyai teman yang namanya Indri, dia orangnya cerdas, jadi mamaku menginginkan aku menjadi anak yang cerdas.
-Dwi: aku anak kedua, dari tiga bersaudara.
-Ayu: orang tuaku menginginkan aku menjadi anak yang cantik luar dan dalamnya.
Selanjutnya aku akan menjelaskan tentang masalah anak kedua dari tiga bersaudara. Sebelum aku dilahirkan di dunia lahirlah dulu kakakku yang bernama Slamet, tapi sayang saat ia baru lahir ia telah dipanggil oleh Tuhan sebab saat di dalam kandungan ia kelebihan massa, kelihatannya saat lahir ia memiliki bobot sekitar 3-4kg.
Tahub berikutnya aku dilahirkan di dunia.Allhamdullillah sampai sekarang aku bisa merasakan indahnya dunia. Saat umurku 12 tahun, lahirlah adikku Sheina Aulia. Ia gendut, lucu, pintar, tapi selalu menyebalkan.Tetapi aku sayang padanya.

Cukup yah, kenalannya nanti ada part selanjutnya...

Cita-citaku

Sebentar lagi kan aku mau SMA, jadi dari sekarang harus ku pikirkan apa saja yang akan ku pilih. Dan setelah kupikir saat lulus SMP nanti aku akan masuk SMA Negeri, lalu mengambil IPA Fisika, walau masih bingung antara Fisika dan Biologi, tapi aku lebih suka Fisika.
Kalau sudah bisa masuk SMANSARI atau SKANDARI. Amin.... yang pasti IPA Fisika lah. Lalu sambil sekolah aku ingin mencoba melamar sebagai penyiar radio, semoga bisa. Amin.... lalu kalau sudah lulus SMA, aku ingin sekolah di UGM mengambil Sastra Nusantara, atau yang berhubungan dengan Reporter dan Menulis.
Cita-citaku memang menjadi seorang reporter atau penulis, kenapa bukan dokter? Kalau biaya mungkin bisa, tapi aku kalau mengambil jurusan kedokteran aku takut kalau nanti aku tidak sanggup menerima pelajaran yang berbelit. Memang pekerjaan dokter sangat menjanjikan, tapi sekolahnya cukup lama, lagipula menghapal berbagai hal adalah hal yang cukup sulit.
Reporter, bisa menjadi orang yang bisa membawa pengetahuan juga pada orang lain, secara tidak langsung kita bisa saja ke luar negeri untuk meliput sesuatu, tapi memang sulit. Penulis, hobyku sejak kecil, aku ingin nanti bisa menerbitkan buku berisi pengalamanku saat aku hidup, semoga....
Aku harap aku bisa meraih cita-cita itu, tapi tak lupa aku juga sangat ingin memberangkatkan orang tuaku ke Tanah Suci, Amin...
Dan kalian juga bisa... Ayo kita mencoba meraih semua itu!

Sunday, November 21, 2010

Bertahanlah (Cakka feat. Elang)

Perjalanan ini ingin masih panjang
Tapi mengapa Tuhan selalu berikan cobaan?
Mohon maafkan segala kesalahan
Mohon ampunan
Begitu banyak jiwa, yang telah berjatuhan yang telah berjatuhan

Tuhan tolonglah hentikan segalanya
Mataku tak sanggup melihat derita yang ada
Tuhan berikan ketabahan pada mereka
Bangkitkan semangat jiwa menjalani hidupnya kembali

Dan, Bertahanlah kawan
Semua kan baik saja
Tuhan pasti berikan jawaban bagi hambanya yang sabar
Tuhan tolonglah hentikan segalanya
Mataku tak sanggup melihat derita yang ada
Tuhan berikan ketabahan pada mereka
Bangkitkan semangat jiwa menjalani hidupnya kembali

Bertahanlah….

(lagu ini diciptakan oleh Elang, yang terinspirasi dari bencana erupsi merapi)

Never Say Never (Justin Bieber feat. Jaden Smith)

See I never thought that I could walk through fire.
I never thought that I could take the burn.
I never had the strength to take it higher,
Until I reached the point of no return.
And there’s just no turning back,
When your hearts under attack,
Gonna give everything I have,
It’s my destiny.
I will never say never! (I will fight)
I will fight till forever! (make it right)
Whenever you knock me down,
I will not stay on the ground.
Pick it up,
Pick it up,
Pick it up,
Pick it up up up,
And never say never.
I never thought I could feel this power.
I never thought that I could feel this free.
I’m strong enough to climb the highest tower.
And I’m fast enough to run across the sea.
And there’s just no turning back,
When your hearts under attack,
Gonna give everything I have,
Cause this is my destiny.
I will never say never! (I will fight)
I will fight till forever! (make it right)
Whenever you knock me down,
I will not stay on the ground.
Pick it up,
Pick it up,
Pick it up,
Pick it up, up, up,
And never say never.
Here we go!
Guess who?
JSmith and Jb!
I gotcha lil bro.
I can handle him.
Hold up, aight?
I can handle him.
Now he’s bigger than me,
Taller than me.
And he’s older than me,
And stronger than me.
And his arms a little bit longer than me.
But he ain’t on a JB song with me!
I be trying a chill
They be trying to side with the thrill.
No pun intended, was raised by the power of Will.
Like Luke with the force, when push comes to shove.
Like Cobe with the 4th, ice water with blood.
I gotta be the best, and yes
We’re the flyest.
Like David and Goliath,
I conquered the giant.
So now I got the world in my hand,
I was born from two stars
So the moon’s where I land.
I will never say never! (I will fight)
I will fight till forever! (make it right)
Whenever you knock me down,
I will not stay on the ground.
Pick it up,
Pick it up,
Pick it up,
Pick it up, up, up,
And never say never.
I will never say never! (I will fight)
I will fight till forever! (make it right)
Whenever you knock me down,
I will not stay on the ground.
Pick it up,
Pick it up,
Pick it up,
Pick it up, up, up,
And never say never.

Somebody to Love (Justin Bieber feat. Usher)

Gotta..Gotta keep it..
Oh, ooh
For you I'd write a symphony
I'd tell the violins,
"It's time to sink or swim"
Watch 'em play for ya!
For you I'd be, woah, woahh!
Runnin' a thousand miles,
just to get ya where you are,
step to the beat of my heart.
I don't need a whole lot
Comin' from you I admit I'd,
rather give you the world,
or we can share mine!
I know I won't be the first one,
givin' you all this attention!
But Baby listen,
I just need somebody to love!
I, I don't need too much,
just somebody to love.
Somebody to love!
I don't need nothing else,
I promise girl, I swear.
I just need somebody to love!!!
I need somebody I, I need somebody
I need somebody I, I need somebody
Everyday I bring the sun around,
Sweep away the clouds.
Smile for me, Smile for me.
I would take, every second, every single time,
spend it like my last dime.
Step to the beat of my heart.
I don't need a whole lot,
comin for you I admit I'd,
rather give you the world,
or we can share mine!
I know I won't be the first one,
givin' you all this attention.
Baby listen!
I just need somebody to love,
(oh, ohh, no, no, no)
I, I don't need too much,
just somebody to love.
Somebody to love!!!!!
(Ooh Woah)
I don't need nothing else,
I promise girl, I swear.
I just need somebody to love.
I need somebody,
I, I need somebody,
I need somebody,
I,I need somebody to love.
I need somebody,
I,I need somebody,
I need somebody,
I,I need somebody,
I just need somebody to love.
And you can have it all,
anything you want, I can bring you,
give you the finer things, yeah!
But what I really want,
I can't find 'cause,
money can't find me:
Somebody to love. [Ooh]
[Gotta-gotta keep it...]
[gotta, gotta..]
Find me somebody to love oohh, oh.
[Gotta-gotta keep it...Closer]
I need somebody to love, me!
I, I don't need too much
just somebody to love.
Somebody to love.
I don't need nothing else,
I promise girl, I swear
I just need somebody to love.
I need somebody,
I, I need somebody,
I need somebody,
I, I need somebody.
I need somebody,
I, I need somebody,
I need somebody,
[I swear i just need somebody to love]
I need somebody,
I, I need somebody
I need somebody,
I, I need somebody
Is she out there?
[Gotta, Gotta keep it...]
Is she out there?
[Gotta, Gotta keep it...]
Is she out there?
[Gotta, Gotta keep it...]
Is she out there?
I just need somebody to love

Overboard (Justin Bieber feat. Jessica Jarrel)

(Jessica)
It feels like we’ve been out at sea, whoa
So back and forth that’s how it seems, whoa
And when I wanna talk you say to me
That if it’s meant to be it will be
Whoa oh no
So crazy is this thing we call love
And now that we’ve got it we just can’t give up
I’m reaching out for you
Got me out here in the water
And I
I’m overboard
And I need your love
Pull me up
I can’t swim on my own
It’s too much
Feels like I’m drowning without your love
So throw yourself out to me
My lifesaver
(Lifesaver, oh lifesaver)
My lifesaver
(Lifesaver, oh lifesaver)
Whoa
(Justin)
I never understood you when you’d say, whoa
Wanted me to meet you halfway, whoa
Felt like I was doing my part
You kept thinking you were coming up short
It’s funny how things change cause now I see
Oh whoa
So crazy is this thing we call love
And now that we’ve got it we just can’t give up
I’m reaching out for you
Got me out here in the water
And I
I’m overboard (overboard)
And I need your love
Pull me up
I can’t swim on my own
It’s too much (it’s too much)
Feels like I’m drowning (ohh)
Without your love
So throw yourself out to me
My lifesaver
Oh
It’s supposed to be some give and take I know
But you’re only taking and not giving anymore
So what do I do
Cause I still love you
(I still love you baby)
And you’re the only one who can save me
Whoa, whoa, whoa, oh
I’m overboard
And I need your love
Pull me up (pull me up)
I can’t swim on my own
It’s too much (it’s too much)
Feels like I’m drowning without your love
(I’m drowning baby, I’m drowning)
So throw yourself out to me
(I can’t swim)
My lifesaver
(Lifesaver, oh lifesaver)
My lifesaver
It’s crazy crazy crazy
(Lifesaver, oh lifesaver)
Lifesaver oh
(Lifesaver, oh lifesaver)
My lifesaver
(Lifesaver, oh lifesaver)
Yeah

Up (Justin Bieber)

It’s a big big world
It’s easy to get lost in it
You’ve always been my girl (ah)
And I’m not ready to call it quits
We can make the sun shine in the moonlight
We can make the great clouds fill the blue skies
I know it’s hard baby believe me

That we can go nowhere but up
From here my dear
Baby we can go nowhere but up
Tell me what we got to fear
We’ll take you to the sky past the moon
Through the galaxy
As long as you’re with me baby
Honestly
With the strength of our love
We can go nowhere but up

It’s a big big world
And I’m gonna show you all of it
I’m gonna lace you with pearls (oh)
From every ocean that we’re swimming in
We can make the sun shine in the moonlight
We can make the great clouds fill the blue skies
Yeah I know it’s hard baby believe me (oh)

That we can go nowhere but up
From here my dear
Baby we can go nowhere but up (oh)
Tell me what we got to fear
We’ll take you to the sky past the moon
To the galaxy
As long as you’re with me baby
Honestly
With the strength of our love
We can go nowhere but up
(Nowhere but oh up, whoa whoa)
(Nowhere but oh up, whoa whoa)

Baby we were underground
But we’re on the surface now
We gonna make it girl I promise
If you believe in love
And you believe in us
We can go nowhere but up

That we can go nowhere but up (yeah yeah)
From here my dear (yeah whoa)
Baby we can go nowhere but up
Tell me what we got to fear
We’ll take you to the sky past the moon
To the galaxy
As long as you’re with me baby
Honestly (honestly)
With the strength of our love
We can go nowhere but up

(We can go oh oh, whoa whoa)
Nowhere but up
(We can go oh oh, whoa whoa)
Whoa
(Nowhere but oh up, whoa whoa)
Yeah
(Nowhere but oh up, whoa whoa)
Yeah Yeah



You Smile (Justin Bieber)

Oh
Yeah heah yheah
Mmmmmmmmmmmmm

I'd wait on you forever and a day
Hand and foot
Your world is my world
Yeah
Ain't no way you're ever gon' get
Any less than you should
Cause baby
You smile I smile (ooh)
Cause whenever
You smile I smile
Hey hey hey

Your lips, my biggest weakness
Shouldn't have let you know
I'm always gonna do what they say (hey)
If you need me
I'll come running
From a thousand miles away
When you smile I smile (ooooooooh whooooaaaa)
You smile I smile
Heeeey

Baby take my open heart and all it offers
Cause this is as unconditional as it'll ever get
You ain't seen nothing yet
I won't ever hesitate to give you more
Cause baby (hey)
You smile I smile (whooooaaaa)
You smile I smile
Hey hey hey
You smile I smile
I smile I smile I smile
You smile I smile
Make me smile baby

Baby you won't ever work for nothing
You are my ins and my means now
With you there's no in between
I'm all in
Cause my cards are on the table
And I'm willing and I'm able
But I fold to your wish
Cause it's my command
Hey hey hey

You smile I smile (whoa)
You smile I smile
Hey hey hey
You smile I smile
I smile I smile I smile
You smile I smile
Oh

You smile I smile

You smile I smile


Peringatan

Tuhan tentu ada dan karenanya kita ada
Suka duka yang ia berikan
Saat suka kita lupa padanya
Saat duka kita meronta-ronta memohon
Setelah semua reda lupalah kita

Itulah yang harus kita ingat selalu
Jangan kita mudah melupakan-Nya
Dan selalu ingatlah Dia
Saat kita diberi nikmat ataupun musibah

Wahai manusia yang ada di dunia
Sadarlah kalian saat Tuhan memperingatkan kalian
Jika sudah sadar janganlah engkau cepat melupakannya
Perdekatkanlah dirimu dengan Tuhan
Maka Tuhan akan senantiasa menjaga mu dari segala musibah...

Perfect

PERFECT (Simple Plan)
Hey dad look at me
Think back and talk to me
Did I grow up according to plan
And do you think I’m wasting my time
Doing things I wanna do
But it hurts when you disapprove all along

And now I try hard to make it
I just want to make you proud
I’m never gonna be good enough for you
Can’t pretend that I’m alright
And you can’t change me

Cuz we lost it all
Nothing lasts forever
I’m sorry I can’t be perfect
Now it’s just too late
And we can’t go back
I’m sorry I can’t be perfect

I try not to think
About the pain I feel inside
Did you know you used to be my hero
All the days you spent with me
Now seem so far away
And it feels like you don’t care anymore

And now I try hard to make it
I just want to make you proud
I’m never gonna be good enough for you
I can’t stand another fight
And nothing’s alright

Cuz we lost it all
Nothing lasts forever
I’m sorry I can’t be perfect
Now it’s just too late
And we can’t go back
I’m sorry I can’t be perfect

Nothing’s gonna change the things that you said
Nothing’s gonna make this right again
Please don’t turn your back
I can’t believe it’s hard just to talk to you
But you don’t understand

Cuz we lost it all
Nothing lasts forever
I’m sorry I can’t be perfect
Now it’s just too late
And we can’t go back
I’m sorry I can’t be perfect

Cuz we lost it all
Nothing lasts forever
I’m sorry I can’t be perfect
Now it’s just too late
And we can’t go back
I’m sorry I can’t be perfect


Playboy in The Scholl

Playboy In The School
                Cakka, nanti sore jalan yuk
                Sayang, pulang sekolah anterin shopping yah…
                Honey, malem nonton yuk.
                SMS di hape Cakka penuh SMS dari semua pacarnya, Cakka memang punya banyak pacar. Bukan karena punya sifat playboy, tapi karena Cakka tidak tega menolak semua yang nembak dia. Makanya sekarang Cakka dijuluki Playboy In The Scholl atau PTS. Jelas Cakka merasa tidak nyaman dengan semua perlakuan pacarnya, dan sampai sekarang Cakka belum menemukan seseorang yang benar-benar ia cintai.
                Maaf, kita resmi putus sejak hari ini! Keputusan Cakka telah bulat, hari ini Cakka akan mengakhiri semua hubungan dengan pacarnya! Spontan semua pacar Cakka tidak mau hal itu sampai terjadi, tapi Cakka tidak merespon semua balasan SMS dari mantan pacarnya.

                “Ka, lo putusin semua cewek lo?” tanya Ray sahabatnya.
                “Iya, kenapa dek? Masalah?”
                “Banget! Semua cewek lo yang ngandalin gue sebagai perantara pada demo ke gue, SMS dari tadi malem sampe sekarang selalu ada. Makanya hape gue tinggal, males gue! Eh, maksud gue Cakka bukan kakak.”
                “Lo aja males, apalagi gue Ray. Dari semua cewek nggak ada yang gue suka.”
                “Serius? Bukannya lo jatuh cinta sama Shilla?”
                “Ha? Shilla? Setelah gue tahu Shilla nggak menarik.”
                “Mau lo kayak apa sih?”
                “Cewek idaman gue tuh, setia, putih, pinter, sholeha, baik, cantik, tinggi, perfectlah.” Ucap Cakka sembari melihat sesosok anak baru yang lewat di depannya.
                “Jangan bilang lo suka sama anak baru itu!”
                “Bener, Ray!” Cakka pun berlari mengejar cewek itu, tapi…
                “Pagi kak Alvin!”
                “Pagi  Yang, nggak nyangka kita satu sekolah.”  Cewek itu memeluk Alvin, langsung Cakka merasa hatinya hancur dan terasa perih.
                “Eh, Cakka! Dik, aku titip Ivon ya. Dia nanti bakal masuk kelas kamu.”
                “Siap, kak!” Cakka merangkul Ivon dengan PeDe dan tanpa rasa malu padahal masih ada Alvin.
                “Kenalan boleh, asal nggak pakai rangkulan gitu!” Cakka langsung melepas tangannya dari bahu Ivon.
                “Kamu Cakka ya?”
                “Iya, nama kamu siapa?”
                “Ivon,” perkenalan itu membuat Cakka bahagia, sebab ia telah menemukan pujaan hati yang dicarinya.
                “Kak Alvin, pacar kamu?”
                “Ah, iya. Kenapa? Cemburu ya?”
                “Tahu aja kamu!” Ups, keceplosan.
                “Aku bilangin ke kak Alvin lho!”
                “Jangan, Von! “

                Von, aku suka sama kamu!
                g prcy, bktiin bsk dsklh!
                “Katanya suka sama aku.” Sindir Ivon pada Cakka.
                “Nggak berani sampe pacaran, Von. Mending kita TTM aja. Biar kak Alvin jugga nggak kashian.”
                “O.K.” Sejak saat itu Ivon dan Cakka menikmati hari bersama, duduk berdua, makan berdua, jalan-jalan berdua, pokoknya hampir satu sekolah tahunya Ivon pacarnya Cakka. Tapi setiap ditanya pasti jawabannya ‘Kita nggak pacaran!’
                Sudah sekitar 4 bulan Cakka dan Ivon TTM-an, dan mereka tetap menjalaninya dengan suka cita. Sebenarnya Ivon bukan pacarnya Alvin, tapi mereka itu hanya bersaudara. Dan sampai sekarang Ivon masih merahasiakannya.
                “Von, kak Alvin dateng tuh. Cepet jauh-jauh!” komando Cakka, dia memang selalu siap siaga jika Alvin lewat di depan mereka.
                “Dik, nanti kumpul, kan?” Alvin menepuk bahu Ivon.
                “Ah, iya dong. Nanti mama kakak ikut, nggak?”
                “Hmm, nggak tahu juga, Von. Tenang nanti papaku pasti dateng.” Kemudian Alvin berlalu, langsung Cakka mengambil jarak dekat lagi dengan Ivon.
                “Mau ngapain nanti, Von?” Ivon , menahan tawanya, tapi kemudian menjawab.
                “Mau ngelamar aku! Hahahaha”
                “Lho, kok ketawa?”
                “Kamu nggak ngerasa ya? Aku sama kak Alvin tuh masih sepupu. Mana mungkin pacaran? Aneh-aneh aja.”
                “Tapi kok waktu itu kak Alvin panggil Yang?”
                “Nama aku kan Ivon Hani Qayang. Jadi kak Alvin panggil aku Qayang, atau Yang.”
                “Jadi? Selama ini sama aja kita kayak pacaran dong?”
                “TTM, Cakka!” Ivon mengacak-acak rambut Cakka.
                Hari itu jadi hari perenungan buat Cakka tentunya, karena dia baru sadar bahwa ia dan Ivon sudah sangat dekat. Sebenarnya ia ingin menyatakan cintanya, tapi karena pertama kali jadi sedikit grogi. “Gimana sih cara nembak cewek?” gumam Cakka sendiri.
                “Aku tahu caranya!”
                Esoknya pelajaran seni musik Cakka membawa gitar, kebetulan pelajaran seni musik adalah pelajaran terakhir jadi bisa latihan dulu.
Oh… Yeah heah yeah…Mmm. I'd wait on you forever and a day, hand and foot, your world is my world, yeah… Ain't no way you're ever gon' get, any less than you should, cause baby. You smile I smile, oh….. Cause whenever, you smile I smile…” tepuk tangan mengiringi selesainya latihan Cakka. Cakka langsung bingung kenapa semua teman sekelasnya bertepuk tangan? Tapi ya sudahlah…..                “Cakka, bagus banget!” Ivon pun memeluk Cakka, nah kesempatan ini tiak disia-siakan oleh Cakka.
“It’s a big big world, tt’s easy to get lost in it, you’ve always been my girl, and I’m not ready to call it quits, we can make the sun shine in the moonlight, we can make the great clouds fill the blue skies, I know it’s hard baby believe me…”
“Lagu ini buat kamu! Aku cinta Ivon Hani Qayang! I Love You Ivon!” Semua tercengang mendengar penutup lagunya itu, terutama Ivon.
“Cakka? Jadi selama ini kamu anggep aku suka sama kamu?”
“Kalau itu aku nggak tahu, tapi aku ingin kamu jadi pacar aku.”
“Sini!” Ivon menggeret tangan Cakka mengajaknya pergi dari kerumunan di kelas.
“Kamu bilang kita cuma TTM.” Ivon mendahului percakapan ini.
“Tapi setelah tahu kamu bukan milik kak Alvin, aku beranikan diri untuk nembak kamu. Apa salah?”
“Maaf, Cakka. Tapi kamu sendiri yang nyuruh kita cuma TTM-an aja, jadi aku nurut apa kata kamu. Dan asal kamu tahu sekarang aku udah pacaran sama… Ray!”
“Apa? Kamu nggak salah pilih?”
“Nggak Cakka, aku tahu kamu tuh perfect tapi aku cuma sayang sama Ray. Maaf, ya…” Kemudian Ivon memeluk Cakka sebagai tanda permintaan maaf.
“O.K. Aku bisa nerima semuanya, tapi kita tetap TTM-an kan?”
“Siap! Aku janji saat aku sudah putus sama Ray, aku bakal nerima kamu!”

Sejak saat itu Cakka pun mengerti apa itu cinta, yaitu tak harus memiliki. Dan harus secepatnya menyatakan perasaan itu pada orang yang kita cintai, sebab mana kita tahu bahwa dia telah dimiliki orang lain? Kalau tidak segera bisa-bisa diambil orang. Nah ini juga penting, yaitu menunggu!




Penantianku

PENANTIANKU

Inilah aku Claudia Kaira Nabila yang sangat mengagumi sosok C.A.K.K.A. Dialah yang membuat aku masih punya keinginan besar untuk tetap hidup.  Aku buta saat itu, seandainya saat menuju studio  4 aku membawa alat bantu pernapasan mungkin sekarang aku tidak buta.
            Aku masih ingat betul, saat menuju studio 4 aku berdesakkan dengan penonton lain. Karena aku juga menderita asma jadi aku tidak kuat untuk berdiri dan akhirnya aku terjatuh pingsan. Belum sempat aku melihat idolaku, tapi kepalaku telah membentur lantai dengan sangat keras.
            “Aku di mana?”
            “Rumah sakit, sayang.” Terdengar suara ayahku.
            “Cakka, mana dia? Kenapa semua gelap” aku sudah seperti orang ling-lung saja.
            “Apa itu Cakka! Tidak penting!” bentak ayah padaku.
            “Ayah, kenapa semua gelap? Ayah di mana?” aku sudah merasa seperti orang buta saja.
            “Kamu buta, nak. Dan ini semua karena Cakka!”
            “Jangan salahkan dia, yah. Ini salahku tidak membawa alat bantu pernapasan waktu itu, jadi asmaku kambuh!” kataku sambil tersedu-sedu, aku sangat tidak menginginkan hal ini terjadi, dan aku sama sekali tidak pernah bisa melihat idolaku lagi.
            “Lagipula sekarang kamu tidak bisa melihatnya lagi!” suara ayah sudah tak terdengar lagi, hanya ada suara angin. Terlintas dipikiranku untuk mendengar mp3 Cakka, tapi aku tidak tahu di mana i-Podku berada. Dengan perasaan takut, aku mencoba bangkit dan aku menemukan sebuah pintu. Aku buka pintu itu, dan aku mendengar suara orang berlalu-lalang sangat ramai. Aku berbelok ke arah kanan dari kamarku tadi, terkadang aku tersandung dan menabrak orang.
            “Aduh, dek. Kalau jalan lihat-lihat ya.” Sapa seorang bapak yang tidak sengaja ku tabrak.
            “Maaf, pak. Saya ini buta.”
            “Oh, maaf, ya. Kamu mau ke mana? Mungkin bapak bisa bantu.”
            “Aku mau ke studio 4 RCTI.” Entah mengapa tiba-tiba terlintas di pikiranku untuk berkata itu.
            “Mau nonton Idola Cilik 2?”
            “Iya, kok bapak tahu?” Kemudian aku dan bapak itu duduk sambil berbincang, baru ku tahu bahwa itu om Tunggul, ayahnya Cakka. Katanya dia ke rumah sakit karena mau menemui temannya yang kebetulan juga dirawat di sini. Langsung aku berkata,
            “Om, kalau aku sudah bisa melihat lagi aku harap aku bisa bertemu Cakka.” Om Tunggul memberiku selembar kertas, aku tidak tahu apa itu, tapi dia berkata bahwa aku harus menyimpannya dan melihatnya sendiri. Setelah itu Om Tunggul mengantarku ke kamarku, tentu saja aku berterima kasih pada dia.
            Sudah hampir dua bulan aku menjalani hari tanpa cahaya, sampai akhirnya…
            “Iya, dok. Jadi dua minggu lagi donor mata sudah siap? Terima kasih dok,” seketika ayah memelukku dan berkata bahwa aku akan segera bisa melihat lagi. Aku sangat senang mendengar hal itu, dan aku masih menyimpan titipan Om Tunggul di kotak rahasia.
            Dua minggu aku menunggu, akhirnya hari itu tiba. Operasi mata ini membuat jantungku berdetak kencang, tapi dokter menyuruhku untuk tetap rileks, dan membayangkan yang baik jika aku bisa melihat kembali. Tentu saja aku sangat ingin saat aku bisa melihat lagi aku bisa bertemu Cakka.
            “Baik, saat perbannya di buka, buka mata kamu perlahan.” Dengan menuruti instruksi dokter aku membuka mataku perlahan, sedikit demi sedikit cahaya masuk dan terlihat sangat menyilaukan mata.
            “Ayah, aku bisa melihat!” aku langsung memeluk ayahku dan menangis terharu. Sampainya aku di rumah, aku langsung memasuki kamarku. Tapi, sesampainya aku di dalam kamar, air mataku membasahi pipiku.
            “Kenapa, semua tentang Cakka hilang?” gumamku sendiri. Aku langsung menuju kamar orang tuaku, di sana hanya ada ibuku.
            “Bu, kenapa kamarku kosong?” tanyaku tersedu-sedu.
            “Maksud kamu Cakka?” ibuku menghampiriku lalu memelukku.
            “Ayah membuang semua itu karena ayah tidak mau kamu berbuat hal yang sama seperti kemarin.” Aku melepas pelukan ibu, dan pergi menuju kamar.
            “Kenapa semuanya harus di buang? Lebih baik aku tetap buta jika sikap ayah begini.” Tiba-tiba aku teringat pada kertas yang diberikan Om Tunggul, aku langsung membuka kotak itu dan membacanya.  Ternyata itu adalah kartu nama Om Tunggul, tanpa pikir panjang aku mengambil gagang telepon dan menekan nomor yang tertera di kartu nama itu.
            “Halo? Om Tunggul?”
            “Iya, ini siapa?” aku bernapas lega, mendengar suara Om Tunggul kembali.
            “Om, ini aku Claudia yang waktu itu di rumah sakit, yang buta itu om!”
            “Oh, kamu! Apa kamu sudah bisa melihat lagi?”
            “Iya, om. Aku mau bertemu Cakka om,” ketika menunggu jawaban dari om Tunggul, tiba-tiba… Tut…tut…tut… Sambungan diputus! Ayah!
            “Ayah!” seketika ayah menamparku.
            “Untuk apa bertemu Cakka itu?”
            “Ayah, semangatku untuk hidup cuma Cakka! Aku ingin bertemu dia, yah!” Ayah kembali menamparku.
            “Tampar aku terus, yah! Ayah sudah membuang segala yang ku punya tentang Cakka, dan asal ayah tahu semua itu aku beli dengan uang tabunganku, yah!”
            “Apa? Jadi kamu membuang uang tabunganmu dengan hal yang percuma?”
            “Ayah, terserah apa kata ayah tentang aku! Asal jangan pernah meledek Cakka!” aku berlalu, menuju pintu utama dan pergi keluar rumah. Jam pertamaku bisa melihat menjadi jam terburuk yang pernah kulewati. Langkah kakiku menuju taman, tempat biasa aku melampiaskan kemarahan dan kesedihanku.
            “Aku ingin bertemu Cakka!” teriakku di pinggir kolam ikan yang besar, semua orang menatapku sinis, aku langsung bersembunyi di balik semak. Ketika aku bersembunyi, sekelompok anak menghampiriku.
            “Kamu mau bertemu Cakka?” tanya seorang salah satu diantara mereka.
            “Iya, aku sangat ingin bertemu dengannya.”
            “Mau ikut kami? Minggu depan Cakka sedang berlibur dan ku dengar ia mengadakan Meet and Greet di Jakarta.” Mendengar hal itu aku sangat senang, dan bersedia untuk bergabung dengan mereka. Karena aku sudah merasa tenang dan yakin bisa bertemu Cakka, aku pulang. Tapi, ketika berjalan menuju rumah aku berbelok memasuki gang lain untuk menuju wartel. Di sana aku menghubungi kembali Om Tunggul.
            “Halo? Om Tunggul?”
            “Iya, ini siapa?”
            “Claudia, om. Maaf, om, tadi terputus.”
            “Oh, iya tidak apa-apa. Memang kenapa bisa terputus?” aku menceritakan semua kejadian dari sebelum aku buta sampai hari ini. Aku juga mengungkapkan bahwa aku akan ikut MnG Cakka di Jakarta minggu depan, karena Om Tunggul turut berperan penting dalam acara ini maka beliau mau membayari tiketku, dan bersedia menjemputku.
           
            Satu minggu kemudian, ada sebuah mobil parkir di depan rumahku, aku yakin itu Om Tunggul. Benar saja, dia mengetuk pintu dan cepat aku membukanya.
            “Om, selamat datang!” setelah duduk sebentar, aku memanggil ayahku. Aku sengaja meninggalkan dua bapak ini berdua, karena aku takut merusak keadaan. Cukup lama akhirnya namaku disebut, dan aku langsung menuju ruang tamu.
            “Maafkan ayah, ayah terlalu mengatur kamu. Ayah tahu melarangmu adalah hal terburuk, dan bisa membuatmu tetap buta. Maafkan ayah, dan ayah memperbolehkan kamu tetap mengidolakan Cakka.” Mendengar ucapan itu aku langsung memeluk ayahku dan juga Om Tunggul.
            Aku pun masuk mobil Om Tunggul, ketika duduk aku sadar bahwa di sampingku ada… CAKKA!!! Aku berteriak histeris dan memeluk Cakka, Cakka terlihat menutup telinganya karena terganggu dengan teriakanku.
            “Maaf, Cakka.” Aku pun memberikan sebuah sepatu lukis bertuliskan CAKKA love CLUVERS by: Claudia K.N. Cakka terlihat senang, lalu ia menggunakan sepatu itu di acara MnG hari ini. Aku sangat senang, karena segala perjuanganku terbayar sudah…