Hai, tanggal 18. Ada unsur 8, maka ini jadwal kita bertemu. Seperti entri sebelumnya yang berbicara tentang rasa syukur, kali ini aku akan bicara hmm atau lebih tepatnya menulis tentang perilaku manusia, di mana judul ini juga sudah ada di daftar draftku. Namun kembali kutulis ulang. Karena melanjutkan draft, rasanya seperti makan mie rebus di piring, akan terasa asin karena kuahnya terlalu sedikit, tak nikmat lagi. Lain halnya kalau makan mie rebus di mangkuk, pasti lebih khidmat melahapnya. Kalau sudah terlanjur mewadahi mie rebus di piring, kemudian berpikir "ah sudahlah, sudah terlanjur," lalu tetap makan dengan piring walaupun mangkuk ada di sampingnya.
Sunday, January 18, 2015
Friday, January 9, 2015
Bersyukur Tanpa Batas
Hei, kita bertemu lagi. Judul ini sudah berdebu di draft blogku. Terhitung sejak pertemuanku dengan salah satu teman karibku. Sore itu kami menghabiskan waktu bersama. Aku bilang padanya ada sesuatu yang ingin aku utarakan. Maksud hati ingin sedikit melepas beban. Ya, anggap saja seperti aku membawa tomat setiap hari. Yang jika terus disimpan akan membusuk. Bau. Dan membuatku tidak nyaman. Dan saat itulah aku membuang tomat-tomat itu agar tak begitu menggangguku.
Entah bagaimana persisnya. Bulir dari mata ini meluncur begitu saja. Saat aku membicarakan topik yang satu ini. Hal tersensitif yang selalu sukses membuatku tersedu. Membuatku memutar kembali kilasan kenangan. Ah, kenangan terdengar indah. Diapun sama. Mengutarakan hal sensitif ini. Dalam satu garis aku simpulkan. Bahwa setiap orang punya masalah. Kadang aku melihat beban orang tersebut tak ada apa-apanya dibanding aku, namun lebih bijak saat bersyukur bahwa mungkin jika kondisi berbalik aku tak bisa berlaku setegar itu. Kembali kuulang bersyukur. Semua kuncinya ada di situ. Syukur.
Entah bagaimana persisnya. Bulir dari mata ini meluncur begitu saja. Saat aku membicarakan topik yang satu ini. Hal tersensitif yang selalu sukses membuatku tersedu. Membuatku memutar kembali kilasan kenangan. Ah, kenangan terdengar indah. Diapun sama. Mengutarakan hal sensitif ini. Dalam satu garis aku simpulkan. Bahwa setiap orang punya masalah. Kadang aku melihat beban orang tersebut tak ada apa-apanya dibanding aku, namun lebih bijak saat bersyukur bahwa mungkin jika kondisi berbalik aku tak bisa berlaku setegar itu. Kembali kuulang bersyukur. Semua kuncinya ada di situ. Syukur.
Thursday, January 8, 2015
Sedikit Membongkar Musim Yang Baik
Tampilan depan Musim Yang Baik |
Tampilan belakang Musim Yang Baik |
Subscribe to:
Posts (Atom)