Aku Celaka

Hai, maaf aku absen dalam dua kesempatan sekaligus. Lupa. Atau entahlah rasanya jari ini enggan menulis kalimat panjang. Hari ini, pagi ini aku ingin sedikit mencurahkan tentang keabsenanku. Tentang kemunduranku sebagai manusia. Makhluk yang diciptakan Tuhan dengan sempurna, lebih tinggi dari malaikat. Tak semua tentunya, karena akhlak, amal perbuatan juga menentukan. Lantas sebagai salah satu ciptaan-Nya, tugas kita adalah beribadah. Agama apapun pasti mengajarkan demikian. Lalu ada beberapa klasifikasi atas manusia itu sendiri.

Beruntung. Orang-orang yang masa kininya lebih baik dari masa lalu. Merugi. Orang yang masa kininya sama seperti masa lalunya. Celaka. Orang yang masa kininya lebih buruk dari masa sebelumnya. Aku? Kurasa aku masuk dalam kategori merugi dan celaka, dalam beberapa hal.


Aku tahu. Mana yang baik. Mana yang buruk. Namun pada kenyataannya aku kerap kali mengabaikan hal baik yang seharusnya aku lakukan. Lantas berbuat sebaliknya. Sama seperti undang-undang yang sudah dirancang rapi dan tegas, namun masih ada oknum yang melanggar dan menyimpang. Padahal dia tahu akan hukum yang berlaku.

Lalu apa yang bisa aku lakukan? Tentu saja memperbaiki diri. Hei, jangan mengira ini hanya dalam urusan ibadah ya. Banyak hal yang bisa diterapkan dalam paham ini, misalnya sistem belajar. Aku bisa saja lebih rajin, karena itu adalah hal baik dan efek sampingnya sangat baik. Namun aku belajar seadanya, tak heran kalau nilaiku pas-pasan bahkan kerap kali jatuh dan ilmuku segitu-gitu saja. Salah siapa? Aku. Bagaimana memperbaikinya? Ya, lakukan hal baik tersebut. Lakukan yang memang benar. Dan pasti benar.

Hei, hei. Apa kau mengerti? Kalau tidak coba kau tampar aku. Karena nyatanya aku kadang mengesampingkan aturan ini. Menjadi lebih baik. Begitu seharusnya. Perlahan aku ingin menanamkan paham tersebut. Berusaha menyaingi diri sendiri. Apa aku bisa? Hanya aku yang tahu.

Cukupkan di sini saja, ya. Semoga aku tidak memusingkanmu. Sampai jumpa ^^