Friday, February 18, 2011

Bunga Harapan

Mentari begitu teriknya hari ini bagai ingin menjilat yang disinarinya dengan api yang begitu panasnya. Sementara itu Elang, Bram, dan Muflikhul asyik meneguk segelas es teh yang dibalut embun es yang mendinginkan hawa disekitarnya. Sekalipun mereka tahu bahwa meminum es di tengah terik matahari itu tidak bagi kesehatan, toh mereka juga melakukannya. Hari ini mereka ada eksul basket di sekolah, jadi hari ini mereka harus berpanas-panasan sampai matahari mulai tenggelam. Mereka ini memang terkenal jago main basket, dan banyak dikagumi para cewek.
“Eh, gila ya ni hari panas banget. Tapi abis ini kita masiih harus lanjut” keluh Bram pada cuaca hari ini.
“Resiko jadi pemain basket ya gini, Ham. Kalo lu kagak mau panas sana ke salon sama ibu-ibu arisan!” ledek Elang disusul tawa yang cukup keras. Persahabatan mereka memang tetap langgeng, bahkan dari sebelum lahir mereka sudah bersahabat.
“Oh iya, lu liat nggak tadi si Ajeng tadi pagi senyum ke gue!” pamer Muflikhul pada sahabatnya.
“Baru dikasih senyum sama Ajeng aja lu udah senyum, kayak gue dong di sapa sama Ajeng” Bram pun berbalik memamerkan kedekatan Ajeng dengan dirinya.
“Apaan si Ajeng? Cewek centil, manja, plus cengeng itu lu pada suka? Kalian pada buta cuma gara-gara kecantikan di balik kebusukkannya itu!” tiba-tiba saja Elang naik darah saat sahabatnya berdebat tentang Ajeng.
“Udah lah, paling sekarang Ajeng udah berubah” bela Muflikhul dan Bram.

“Ajeng!Ajeng!” ucap Rifael kakaknya Elang sambil berusaha melepaskan ikatan di tangannya. Rifael sekarang mengalami stress berat sebab Ajeng dulu berselingkuh dan memutuskannya secara paksa, dan entah kenapa ia menjadi frustasi dan menjadi gila. Sebagai adik tentu Elang jadi membenci Ajeng, sebab sekarang ia dan kakaknya sudah tidak bisa lagi membuat lagu bersama.
Elang dan Rifael sempat membuat grup band bersama teman mereka lain yang cukup terkenal di lingkungan mereka, tapi itu dulu. Sebelum Rifael frustasi, padahal leader dari grup band ini adalah Rifael dan yang menciptakan lagu-lagu yang indah adalah Rifael. Otomatis dengan sakitnya Rifael, grup band ini pun bubar!

“Selamanya gue nggak akan pernah percaya sama Ajeng apalagi jatuh cinta!” teriak Elang yang membuat sahabatnya tersedak karena tersedak, sementara Elang langsung mengangkat kakinya bergegas menuju lapangan basket.
Cowok itu terus melempar bola basket sekeras-kerasnya ke arah ring basket. Tiba-tiba….. “Aduh!” teriak seorang anak kecil sambil memegang kepalanya.
“Kamu nggak apa apa dek?” Elang pun mengajak anak itu untuk duduk di pinggir lapangan dan melihat luka di kepalanya. Kepala anak itu memang tidak berdarah tapi jika dipegang maka anak itu akan menjerit kesakitan. Lalu Elang member anak itu sebongkah es yang ditutupi kain untuk mengurangi rasa sakit.
“Leo! Kamu nakal lagi kan!” teriak seorang cewek yang penampilannya bisa dibilang jadul banget sambil menuju tempat Elang berada.
“Kakak!” Oh, jadi itu kakaknya, batin Elang.
“Oh, jadi kamu ya yang bikin adekku sampe harus dikompres gini!” protes cewek itu sambil memukul-mukul Elang. “Eh, yang gue yang nolong adek lu!” cewek itupun berhenti memukuli Elang dan duduk di samping adiknya.
“Ayo pulang, dek! Mama nyariin, thanks ya udah nolong adek gue” Elang cuma ngangguk.
“Eh, nama lu siapa?” “Naura!” Oh, Naura, mukanya lucu, batin Elang. Tak lama sahabatnya yang tadi ditinggal di kantin menyusul Elang. Lantas meminta maaf pada Elang, dan persahabatan tetap ada. Mereka pun menunggu guru basket mereka yang tak kunjung juga datang.
“Eh, udah jam lima nih, apa jangan-jangan Pak Radit lupa?” ucap Bram yang dari tadi cuma duduk-duduk saja.
“Apa jangan-jangan terjadi sesuatu sama Pak Radit? Stay Tune at Insert Investigasi!” balas Muflikhul sambil meniru seorang host di salah satu infotaiment, lantas mendapat dua buah jitakkan tepat di ubun-ubunnya. “Dasar! Doa lu jelek amat!” marah Elang. “Sakit tahu! Nggak friends nih!” keluh Muflikhul sambil memegang ubun-ubunnya.
“Ya udah, sekarang kita pulang aja, besok tanya ke Pak Radit kenapa hari ini dia nggak dateng? Bubar jalan!” komando Elang, diikuti gerakan balik kanan maju jalan oleh kedua sahabatnya lantas menuju tempat parkir. Elang mengambil motornya diikuti sahabatnya lalu pergi meninggalkan sekolah. Rumah Elang tidak begitu jauh dari sekolah jadi dalam waktu yang sesingkat-singkatnya Elang sudah sampai di depan rumahnya. Tapi tak seperti biasanya rumah di seberang jalan dipenuhi kerumunan orang. Ada apa ya? batin Elang sambil menuntun motornya memasuki garasi.
“Ma! Mama!” teriak Elang, tapi mamanya tak juga keluar, ketika ia mau membuka pintu ternyata terkunci. Akhirnya Elang menunggu mamanya di luar, dan sekilas Elang melihat mamanya sedang ada di rumah tadi. Dengan terpaksa Elang menyusul dan mencoba menarik mamanya dari kerumunan massa.
“Ma, bukain pintu!” ucap Elang ketika ia telah menemukan mamanya. Bukannya menjauh dari kerumunan, mamanya malah membawanya masuk ke dalam rumah itu.
“Bu Vina, ini anak saya namanya Elang. Elang ayo salim,” perintah mamanya, karena merasa tidak enak Elang pun menyalimi tangan ibu itu.
“Sebentar ya, anak saya lagi ngambil minum untuk kalian semua” tak lama seorang cewek dengan rambut terurai dan bando yang semakin mempercantik gadis itu. Mata Elang tak hentinya terus menatap gadis itu sambil meneguk minumannya.
“Huhah! Panas!” teriak Elang tiba-tiba sambil mengibaskan tangannya di depan mulutnya dengan lidah yang menjulur.
“Namanya juga teh, kamu gimana si Do?” lho kok cewek itu tahu nama gue? batin Elang yang masih terus mengibas tangannya.
“Kamu udah kenal Elang, nak Naura?” tanya mama Elang penasaran. Naura mengangguk pelan lalu perlahan menuju dapur kembali. Naura? Masa itu cewek culun tadi? Nggak mungkin, ah! Elang terus dipusingkan dengan perubahan drastis Naura. Bahkan sampai ia sudah berada di dalam kamarnya.
“Masa sih itu Naura? Cewek yang tadi culun banget, tiba-tiba jadi cewek cantik banget?” gumam Elang sambil membaringkan tubuhnya. Eh, tadi mama bilang kalau Naura seusiaku berarti bisa jadi dia nanti satu sekolah sama gue!

“Elang! Jemput Naura ya!” ah, mama tahu aja keinginan aku, batin Elang. Tanpa mengeluh Elang langsung mengambil motornya dan menjemput Naura. Tapi….. Lho kok Naura berubah jadi cewek culun lagi? Aduh, malu deh gue ngeboncengin cewek culun. OMG!
“Naura, kok lu berubah lagi jadi celek culun?”
“Lu malu nganterin gue? Ya udah gue bisa kok jalan sendiri!” ucap Naura lantang, dan mulai melangkahkan kakinya. Karena merasa kasihan, Elang pun mempersilahkan Naura menaiki motornya itu. Dengan menutup helmnya rapat-rapat Elang langsung tancap gas. Sampai di dekat sekolah Elang berhenti.
“Naura, lu jalan dari sini ya? Masalahnya gue masih harus jemput temen gue, jadi lu ke sekolah sendirian ya?” Naura pun mengangguk dan berjalan memasuki sekolah barunya. Padahal Elang tidak akan menjemput temannya melainkan malu dipergoki teman-temannya mengantar cewek culun. Sampai menunggu beberapa lama barulah Elang memasuki tempat parkir. Saat Elang berjalan semua gadis yang ada di sekolah menyapanya, tak terkecuali anaknya ibu kantin. Bahkan sampai di dalam kelasnya.
“Ada apaan nih rame-rame?” tanya Elang terheran-heran melihat anak-anak sekelas semua berkumpul membentuk kerumunan.
“Ada anak baru, terus dia itu kenal deket sama JB. Sumpah deh! Liat deh, dia di follow back sama JB plus JB juga bales mention dia di twitter” jelas salah satu anak di antara keumunan itu. Jangan-jangan! Naura! Benar saja, ternyata orang yang dimaksud temannya tadi itu Naura.
“Elang! Gimana tadi lama nunggu waktu yang pas buat masuk ke sekolah ya? Kalau nggak niat mending nggak usah, deh” ucap Naura kemudian menatap laptopnya dan menunjukkannya ke teman barunya.
“Lu udah kenal sama anak jenius ini?” ha? jenius?
“Iya, maksud lu jenius?” temannya pun menceritakan kehidupan Naura sebenarnya, dia memang terlihat culun dari luar tapi dibalik semua itu dia adalah cewek yang sangat pintar, apalagi masalah IPTEK, selain itu dia juga punya banyak kenalan artis dari luar negeri.
“Ra, ikut gue!” ajak Elang, Naura pun hanya menurut.
“Kenapa lu kagak bilang, lu itu pinter? Apalagi deket sama artis terkenal?” tanya Elang antusias.
“Penting gitu ngomong ke orang gengsian kayak lu?” balas Naura sambil berlalu meninggalkan Elang. Gila! baru sekali ini dia dicampakkan sama cewek! Apalagi cewek yang kelihatannya culun gini! Reputasi ancur!
Tak seperti yang disangka oleh Elang, tenyata hari pertama Naura sekolah malah menjadi hari terheboh karena hampir semua siswi di sekolahnya menghampiri Naura untuk sekedar melihat idola mereka jauh lebih dekat. Elang yang biasanya selalu didatangi para penggemar kini malah menepi di kantin bersama sahabatnya.
“Anak baru itu langsung popular dikalangan siswa, dan kayaknya dia bakal masuk rating satu buat anak terpopuler, bahkan masuk MURI karena baru sekali masuk sekolah langsung popular” jelas Bram panjang lebar.
“Lu tuh ngomong apa sih, Ham? Pokoknya kita nggak boleh kalah sama tuh anak baru, awas aja tuh anak kagak bakal gue anterin pulang!” seketika itu juga sahabatnya menatap Elang heran. Ha? Nggak salah denger? batin mereka.
“Eh, maksud gue, nggak bakal gue buat dia selamet pulangnya, soalnya kita bakal cegat dia. Gitu maksud gue, iya gitu!” Elang pun mengutarakan kepanikan dalam kebohongan, dan diikuti kata ‘Oh’ dari sahabatnya itu. Pulang sekolah Naura didampingi banyak teman baru yang sekadar ingin berbincang dengannya sampai ingin minta banyak informasi, sedangkan trio itu menunggu di gerbang sekolah.
“Naura!” panggil Elang, Naura pun berhenti di gerbang sekolah dan mempersilahkan teman-temannya pulang lebih dulu.
“Apa? Mau nganter gue pulang? Maaf ya, hari ini gue dijemput bokap!” Naura pun berlalu dan masuk ke dalam mobil yang berhenti tepat di depannya. Elang, Bram, dan Muflikhul pun hanya bisa ternganga melihat kejadian tadi. Niatnya ingin member peringatan pada Naura, malah jadi bahan tertawaan anak-anak.
“Gila! Baru pertama kali mantan cowok popular kayak kalian dikacangin sama cewek, anak baru lagi! Hahahahaha” tawa sekumpulan anak yang melihat kejadian tadi. “Diem lu!” mereka pun mengambil motornya dan langsung pergi jauh-jauh dari sekolah diiringi tawa anak-anak. “Gara-gara anak aneh itu!” gumam Elang saat mengendarai motornya. Sesampainya dia di rumah ia langsung bertanya pada mamanya.
“Ma, itu si Naura pas kita ke sana kok dia cantik banget. Kok tadi pas berangkat sekolah dandanannya culun abis?” mamanya pun langsung memukul kepala anaknya.
“Hust! Naura itu punya alas an kenapa dia begitu, sana tanya sendiri sama anaknya, lagi nyiram bungan tuh di depan!” dengan terpaksa dia langsung menuju pekaranagn rumah tetangga.
“Naura!” teriak Elang. “Elang!” balas Naura dengan nada keras.
“Lu, cantik banget?” lirih Elang.
“Udah dari sananya, Do. Ada apa ke sini?”
“Gini, kenapa ya lu di rumah sama di sekolah beda abis?” tanya Elang penasaran.
“Jaga-jaga boleh kan? Nah, gue selalu tampil cantik di rumah, tapi kalo di sekolah gue paling anti, soalnya gue takut digangguin kayak cowok macem lu!”
“Ha? Siapa lagi yang mau gangguin lu? GR! Hahahaha, alesan lu lucu amat. Kalo gitu caranya lu kagak bakal punya pacar”
“Biarin, toh kalo gue udah nemu cowok yang pas yang tulus cinta sama gue, pastinya dia mau nerima gue apa adanya” setelah mengobrol kecil dengan Naura, Elang pun pamit pulang.
“Do, ini buat lu!” Naura memberikan satu pot beserta bibt yang baru saja ditanam Naura. “Rawat bibit ini ya, jaga sampai dia berbunga indah, lalu berikan bunga itu untukkku” akhirnya Elang pulang membawa pot itu dan meletakkannya di dekat jendela kamarnya, dan mulai hari itu dia merawat bunga itu dengan sepenuh hatinya. Keesokkan paginya Naura mengunjungi rumah Elang, maksudnya untuk mengabarkan pada Elang bahwa hari ini ia akan pindah. Tentu saja Elang merasa kaget, padahal baru saja mereka pindah tapi langsung pindah.
“Naura, kenapa kamu pindah? Bukannya baru kemarin kamu pindah?” “Cuma aku yang pindah, tapi orang tuaku tetep di sini. Aku pindah karena aku rasa pendidikan di sini kurang memadai, jadi aku memilih untuk ke Yogyakarta. Oh, ya satu lagi kalau bibit itu sudah , menjadi bunga yang indah tolong titipkan itu pada orang tuaku” Itulah pesan terakhir dari Naura, dan sejak saat itu dia tidak pernah melihat Naura.

“Kelihatannya bentar lagi bunganya mau mekar, walau masih kecil banget” gumam Elang saat melihat perkembangan drastis bunga yang diberi Naura. Memang sejak ia merasa rindu pada Naura maka secara tidak sengaja ia akan menyiramnya dan terus merawatnya. Tapi ada satu hal yang tak disadari oleh Elang yaitu tulisan di pot bunga itu. Tapi berangsur dengan tumbuhnya bunga itu maka perlahan tulisan di pot lama kelamaan terlihat jelas.
“Bunga harapan, maksudnya apa?” Elang berpikir keras, apa maksud dari pesan di pot ini? Akhirnya karena pikirannya sudah mentok, dia mengambil gitar sambil mencoba membuat sebuah lagu.

Berdua bersamamu ku coba curahkan isi hatiku
Hanya ini yang ku berikan sepotong BUNGA yang penuh HARAPAN
Berjalan sendiri di sini luapkan emosi yang membekas di hati
Terbayang saat berdua bersamamu kembali dapat jalani hidup ini BERASAMAKU
Jalan begitu panjang terbentang ku tak mampu lewati ini sendiri
Kita berdua harus TETAP SETIA segala beban terasa sudah biasa
Terlalu banyak kesedihan aku ingingan perubahan
Untuk kita UNTUK KITA

Setelah selesai membuat lagu itu, Elang pergi untuk mengambil air untuk menyiram bunga itu. Begitu kagetnya Elang saat ia tahu bahwa bunga itu sekarang telah menjadi sepotong bunga harapan yang begitu indah, dan saat itu juga Elang berlari membawa bunga itu menuju rumah Naura.
“Tante, ini buat Na….u…..ra!” ucap Elang terbata-bata, ia tak menyangka sekarang Naura sudah berada di depan matanya. Dan ia lansung menyerahkan bunga itu.
“Makasih Elang, kamu udah mau ngerawat bunga ini sampai sekarang jadi bunga harapan yang sangat indah”
“Naura, aku punya satu lagi bunga harapan yang nggak akan layu sekalipun kamu simpan satu juta tahun” Elang pun mengajak Naura untuk masuk ke rumahnya dan memperdengarkan lagu hasil buatannya.

Berdua bersamamu ku coba curahkan isi hatiku
Hanya ini yang ku berikan sepotong BUNGA yang penuh HARAPAN
Berjalan sendiri di sini luapkan emosi yang membekas di hati
Terbayang saat berdua bersamamu kembali dapat jalani hidup ini BERASAMAKU
Jalan begitu panjang terbentang ku tak mampu lewati ini sendiri
Kita berdua harus TETAP SETIA segala beban terasa sudah biasa
Terlalu banyak kesedihan aku ingingan perubahan
Untuk kita UNTUK KITA

Setelah lagu itu selesai dinyanyikan Elang, tepuk tangan Naura mengiri berakhirnya lagu itu. Ketika lagu itu berhenti Elang menyatakan perasaannya pada Naura, begitu juga Naura. Kemudian mereka menyanyikan lagu itu bersama-sama dengan canda tawa yang senantiasa mengiringi perjalanan cinta mereka.

Bukan hal yang penting sebuah pemberian secara simbolis, tapi yang penting ialah bagaimana kita membuat hal itu jadi selalu dikenang. BUNGA HARAPAN :D

No comments:

Post a Comment

ayo komentar postingan ini, pasti komentar kalian akan sangat berguna buat saya khususnya. komentar ya....