Sunday, November 21, 2010

Kepompong

KEPOMPONG

                Mentari telah menghilangkan kegelapan, menyinari segala sesuatu yang ada di bumi termasuk sekelompok anak-anak yang berangkat menuju sekolah. Mereka berangkat dengan cara berjalan kaki, jalan kaki adalah satu-satunya cara menuju sekoolah mereka, jalan setapaklah yang mereka lewati. Berangkat pukul lima pagi sudah biasa mereka jalani, membawa obor sebagai alat penerangan sudah tak asing lagi. Tak ada kata mengeluh bagi mereka, itulah hidup yang harus mereka jalani.
                “Kak Alvin, aku lelah sekali.” Keluh Cakka pada pertengahan perjalanan, Ray kakanya meghampiri adiknya dan memberikan ia air yang  di bawa dari rumah. Cakka menolaknya, tenyata hari ini ia sedang puasa.
                “Kenapa kamu puasa dik?” tanya Ray heran karena adiknya tidak biasa berpuasa.
                “Aku berpuasa untuk menghemat uang, untuk beli obat bunda.” Cakka menangis di pelukan kakaknya, Ray pun mengerti memang bunda mereka sedang sakit.
                “Tidak puasa tida apa-apa dik, kamu cukup makan-makanan yang kita bawa saja dari rumah. Jadi kalau hari ini kamu tidak kuat berpuasa lebih baik buka saja.” Akhirnya Cakka meneguk air yang tadi di berikan kakaknya, Ray sedikit menahan tawa karena melihat adiknya tidak kuat berpuasa. Perjalanan dilanjutkan, di jalan mereka bertemu dengan seorang gadis desa, tapi sayang ia bersekolah.
                “Ify!” sapa Ray pada gadis itu yang sedang menyiram tanaman di depan rumahnya. Ify tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya. Tak jauh dari rumah Ify, Cakka dan Alvin bertemu lagi dengan teman sekolah mereka yaitu Deva dan Obiet. Setelah itu mereka bersama menuju sekolah, ya sekitar sepuluh menitlah. Dan mereka pun sampai di sekolah.
                “Duh, Ray liat deh sepatu aku!” Deva memamerkan sepatunya yang penuh dengan tanah liat, Ray pun juga memperlihatkan sepatunya. Deva heran mengapa sepatu Ray tetao besih dan tak ada satupun tanah yang menempel di sepatu Ray.
                “Heran? Tadi kamu tidak melihatku? Sepatuku ini aku lapisi plastic, jadi tidak kotor.” Deva tercengang melihat pemikiran sahabatnya itu yang cemerlang. Ya, di kelas Ray memang juara kelas. Sambil menunggu bel tanda masuk berbunyi, Ray membaca buku ensiklopedia yang di pinjamnya dari perpustakaan. Tak lama seorang sosok wanita datang memasuki kelas bersama anak laki-laki di sampingnya.
                “Anak-anak ini ada murid baru, namanya Alvin. Dia pindahan dari Jakarta.” Wanita  itu adalah wali kelas mereka.
                “Nama saya Alvin, pindahan dari Jakarta, jangan tanya mengapa saya pindah ke sini, karena bertemu dengan kalian adalah hal yang sangat berarti.” Kemudian wali kelas mereka menyuruh Alvin duduk di samping Ray. Dan mereka pun berkenalan. Tak lama bel tanda masuk berbunyi.
                Pelajaran pertama adalah matematika, karena jadwal les pagi jadi ya jam pertama hanya membahas soal-soal saja, menjelang UN memang les adalah hal penting. 90 menit berlalu bel tanda istirahat berbunyi. Ray tidak beranjak dari tempat duduknya karena hari ini ia mau menghemat dulu. Deva menghampiri Alvin, mengajaknya pergi jajan tapi Alvin tidak mau.
                “Kenapa tidak keluar untuk beli makanan?” Alvin menggeleng pada Ray.
                “Kamu sendiri kenapa nggak jajan?”
                “Hemat uang, Vin, bundaku sakit jadi harus ngumpulin uang buat beli obat.” Alvin mengeluarkan dua lembar uang lims ribuan dari sakunya, lalu memberikannya untuk Ray. Ray kaget lalu mengembalikan uang itu pada Alvin.
                “Kamu tidak perlu memberikan uang itu, nanti kamu pulang bagaimana? Sudah simpan saja.”
                “Tidak apa-apa, ini uang jajanku sehari kok. Itung-itung puasa, sudah terima saja ya.” Ray pun menerima bantuan Alvin, dalam pikiran Ray, Alvin pasti sangat beruntung karena hidupnya terjamin.  Tapi Ray tidak tahu,
                Setelah bel tanda masuk berbunyi maka pelajaran kembali dimulai, sampai bel tanda pulang berbunyi. Di depan sekolah sudah ada mobil sedan yang menunggu kepulangan seorang anak yang bersekolah di situ, ternyata Alvin. Lalu Alvin mengajak Ray untuk pulang bersamanya, Ray mau asal Cakka, Deva, dan Obit ikut juga. Alvin mengiyakan, kalian tahu kan mobil sedan kecil? Jadi Cakka  di pangku Ray, yah untuk membuat mereka semua muat masuk mobil. Satu persatu mereka turun yang paling jauh Ray dan Cakka.
                “Ray, besok aku jemput kamu yah!” tawar Alvin pada Ray.
                “Tidak usah , Vin. Nanti malah merepotkanmu, asal teman-teman ikut aku juga mau.”
                “Baiklah, besok aku jemput kalian semua!” Alvin pun perlahan meninggalkan pekarangan rumah Ray. Ray dan adiknya pun masuk ke dalam rumah, dan menyiapkan obat untuk bunda mereka. Ray juga bercerita pada Cakka dan bundanya bahw aia selalu dibantu oleh Alvin. Pertama bunda mereka melarang Ray bergaul terlalu jauh dengan Alvin, karena bundanya takut keluarga mereka malah merepotkan Alvin. Tapi bunda mereka tak bisa berbuat banyak, karena dari Alvinlah obat untuk dia tersedia.
                Besok adalah UN, dan sebagian dari mereka banyak yang ingin sekolah di SMP di kota. Tapi, Ray tidak yakin, sebab di desa tidak ada SMP dan biaya sekolah di kota pasti sangatlah mahal. Bel tanda mulai mengerjakan UN telah di mulai, inilah hari penentuan. Setelah dua jam mengerjakan dengan teliti Ray akhirnya selesai mengerjakan UNnya, dan dua hari selanjutnya masih terus begini. Seperti biasa Alvin mengantar Ray beserta kawan-kawannya, tapi Cakka tidak ikut karena hari ini sampai lusa ia libur. Di jalan Alvin batuk-batuk dan terlihat mengeluarkan darah, melihat hal itu Ray kaget. Ketika Deva dan Obiet telah turun, Ray menanyakan hal itu pada Alvin.
                “Kamu sakit apa, Vin?” tanya Ray sedikit mengintrogasi.
                “Aku sehat kok, memang kenapa?”
                “Aku meliihatmu muntah darah.” Alvin tersentak kaget sebab ia tidak menyangka Ray bisa tahu hal itu.
                “Kamu tidak perlu tahu Ray, suatu saat kelak kamu akan tahu. Ray, apa kamu mau aku sekolahkan kamu di kota?”
                “Tidak perlu, aku tidak akan sekolah nanti.”
                “Kamu bercanda? Kamu pintar Ray, sangat saying jika kamu tidak melanjutkan sekolahmu!”
                “Aku tidak punya biaya, Vin. Untuk membeli obat bundaku saja hanya dari kamu!”
                “Kalau kamu tidak mau menerima bantuanku, aku akan membantumu mendapat beasiswa.”
                “Memang ada beasiswa untuk anak desa sepertiku?”
                “Ada, nih!” Alvin mengulurkan secarik kertas yang bertuliskan bahwa sedang berlangsung program beasiswa bagi orang yang tidak mampu, dan besok adalah acaranya.
                “Baik, Vin. Aku bersedia, tapi apakah ini beasiswa 100%?”
                “Maksud kamu?”
                “Ada beberap beasiswa yang hanya memberikan beasiswa selama satu bulan, jadi tidak sepenuhnya. Alu takut jika kelas tak bisa membayar.”
                “Tenang nanti kan ada beasiswa tiap tahun, kamu harus  ikut dan harus bisa, jadi beasiswa mu tidak hilang.” Ray bernapas lega, ternyata impiannya bisa ia raih, tapi dalam hati Ray merasa tidak enak hati sebab Ray bagai benalu di hidup Alvin.
                Sesampainya Ray di rumah ia menceritakan hal itu pada bundanya, dan bundanya ikut senang dan dalam detik terakhir bunda meninggalkan Ray dan adiknya untuk selamanya. Cakka menangis dalam pelukan kakaknya, ia menyesali tidak bisa membahagiakan bunda.
                “Kak, sekarang kita sebatang kara.” Kata Cakka terbata-bata, Ray juga menangis tapi Ray tahu bunda meninggalkan mereka saat  bunda tahu kehidupan Ray dan Cakka akan bahagia.
                Keesokkannya pemakaman dilaksanakan dan teman-teman Ray datang menghadiri proses pemakaman. Semua member ucapan semangat pada Ray dan adiknya, terutama Alvin.
                “Ray, bagaimana kalau kamu tinggal di rumahku saja?” Ray menggelengkan kepala, ia ingin tinggal di rumahnya saja, mengingat kenangan bersama sang bunda. Hari itu Ray harus mengikuti tes untuk beasiswa, Cakka turut bersama kakaknya.
                Alvin dan Cakka menunggu di luar, dan mereka berdoa untuk Ray. Setelah menunggu cukup lama, Ray keluar dengan senyuman melebar.
                “Tadi ujiannya mudah! Aku bisa semua!” Ray sumringah, Alvin dan Cakka memeluk Ray erat-erat. Keesokan harinya pengumuman hasil beasiswa, Ray ada di urutan teratas dengan nilai tertinggi, dan nilai UNnya terbaik  di sekolah.
                Dan Alvin bersama Ray dan Cakka menyewa tempat kost di dekat sekolah Ray dan Alvin sekarang, sedangkan Cakka sekolah di kota juga. Cakka juga nanti sekolah di tempat yang sama dengan Ray.
                Sudah bertahun-tahun mereka bersama, dan sampai akhirnya…
                “Ray, aku terkena leukemia.” Ray kaget, karena Ray tahu kecil kemungkinan untuk pengidap leukemia sembuh. Ray bingung apa yang bisa ia lakukan untuk membalas segala perbuatan Alvin.
                “Kamu tidak usah balas budi, cukup kamu bisa membangun sekolah di desa kita dulu.” Itu adalah pesann terakhir Alvin, dan itulah hari terakhir Ray dengan Alvin.

                Sepuluh tahun kemudian Ray telah mendapat gelar Muhammad Raynald ,S.Pd. Ia dan adiknya kembali ke desa setelah sekolah mereka selesai, dan mempunyai cukup uang. Ketika kembali, rumahnya dulu terlihat kotor, dan di situlah di bangun TK. Lalu di bangun SMP dan SMA di dekat rumah mereka, pertama-tama dibuat TK dulu, hanya dua ruangan pasti cukup.
                Deva, Obiet, pun ikut membantu sekarang mereka sama-sama menjadi arsitektur, jadi mereka yang mendesain sekolah-sekolah ini. Ify yang dulu tak bersekolah, meluangkan waktunya untuk mengajar sebagai guru TK di TK ‘Kepompong’. Semua warga sekitar turut menyumbang uang dan tenaga untuk terciptanya sekolah ini. Guru-guru di datangkan dari kota, dan sekolah sudah di ajukan sebagai seklah SSN, jadi guru-guru mendapat gaji dari pemerintah, begitu juga Cakka dan Ray.
                Ray dan Cakka serta teman-teman mereka yang lain teringat atas jasa Alvin yang sampai bisa membuat mereka menjadi orang sukses. Dan sekrang mereka bisa membals budi pada Alvin, yaitu membangunkan sekolah di desa mereka…

>> itulah pentingnya pendidikan dan persahabatan, hidup ini akan sejahtera damai dan tentram jika kita bersahabat dan memiliki pengetahuan yang bisa dibagi de ngan sahabt kita yang lain :D

No comments:

Post a Comment

ayo komentar postingan ini, pasti komentar kalian akan sangat berguna buat saya khususnya. komentar ya....