Thursday, May 17, 2012

The Secret of My Heart

Ini cerpen yang aku buat, khusus buat @prarenny Maaf kalau cerpen ini jelek x_x tapi mohon kritikannya, buat yang susah coment di blog bisa mention ke @INDRI970808 atau mention ke @indridwiayu ^^ happy reading~
------------------
“Halo perkenalkan nama saya Prillyantika Dewarta, kalian bisa memanggil saya Prilly. Saya pindahan dari SMA 80 Bandung, semoga kalian bisa membantu saya untuk bisa berapdatasi lebih cepat,” Prilly membungkukkan badannya dan mulai mengembangkan senyum. Sekilas aku dapatkan sebuah degupan yang menggebu tapi aku tepis dan mencoba tetap tenang. Seperti biasanya jam istirahat digunakan untuk kami berkenalan jika ada siswa baru, termasuk Prilly hampir semua orang menegur dan memperkenalkan diri padanya tapi aku hanya mampu menatapnya dari jauh aku tak berani harus bersejajar dengannya.
Kemampuan Prilly untuk beradaptasi sangat cepat dan ia terlihat akrab dengan beberapa orang yang baru ia kenal. Melihat ia banyak tersenyum dan tertawa ringan hari ini aku jadi ikut senang, entah kenapa alasannya tapi aku ikut merasa bahagia saat melihat dua sudut kecil itu mulai merekah. Tidak, jangan berpikiran bahwa aku suka padanya ini terlalu cepat untuk kesimpulan rumit itu, biarkan saja semua mengalir sendiri, ya kan?
“Baiklah itulah tugas kalian selama 3 minggu ke depan, ibu harap kalian mengumpulkan tugasnya tepat waktu dan tak ada kata susulan!” peringatan dari Ibu Heni tentang tugas Seni benar-benar membuat kami panik, tapi itu bukan masalah besar untukku aku sangat ahli dalam bidang ini dan semua akan berjalan lancar. Tepat saat pelajaran selesai bel berbunyi, kami langsung berkemas dan bersiap menuju rumah masing-masing.
“Tugasnya susah banget sih,” kudengar keluh Prilly yang sekarang berada di belakangku.
“Sebenernya gampang Prill, minggu pertama kita disuruh buat lirik atau syairnya, begitu juga minggu kedua, terus minggu ketiga presentasi deh demoin lagu kita,” ucap Mifta yang sekarang jadi teman sebangku Prilly.
“Tapi aku nggak jago, Ta bikin lagu gini,” Prilly tidak bisa membuat lagu? Aku pikir karena dia anak pindahan ia malah jauh lebih handal dalam bidang ini, ternyata dia lemah.
“Ada yang jago nggak di kelas kalian? Butuh nih,” tanya Prilly. Kurasakan Mifta diam, mungkin dia menunjuk ke arahku? Haha bagus! Terima kasih Mifta ini akan sangat menguntungkan!
Saat aku mulai memakai helm ada sebuah tangan lembut menyentuh tanganku. Bukan, dia bukan Prilly tapi dia Maya. Sial, kenapa aku malah mengharap Prilly saat ini?
“Eza! Dapet tugas Seni kan? Bikinin aku dong, Za please! Aku bayar deh,” katanya sambil mengambil dompet di tasnya.
“Nggak usah Ya, aku lagi males bikinin orang. Mending kamu minta tolong sama yang lain aja ya!” langsung aku keluar halaman parkir sekolah, daripada nanti Maya merengek-rengek? Dan saat aku melewati gerbang sekolah kulihat Prilly bersama Mifta pulang bersama, syukurlah dia tidak sendirian. Tanpa kusadari aku tersenyum. Loh, kok aku malah mikirin Prilly sih? Nggak, aku nggak suka Prilly kok! Mungkin karena dia anak baru jadi ya mungkin perhatian jadi ke dia semua.
~~~
Dia lewat di depanku saat aku sedang menunggu angkot, dan sekilas aku melihat ia tersenyum? Ah pasti cuma halusinasiku saja, lagipula helmnya kan tidak tembus pandang. Aduh Prilly berhenti berkhayal! Langsung kugelengkan kepalaku menepis khayalanku.
“Prilly salting ya Eza lewat?” goda Mifta saat ia melihat tingkahku.
“Ah, enggak kok, Ta! Tadi ngerasa pusing aja,”
“Iya, pusing mikirin Eza kan, hahahaha” aduh Mifta dia bisa baca pikiran orang ya? Ah gawat nih gawat!
Iya, aku memang suka pada Eza, kalian bisa menyebutnya suka pada pandangan pertama. Suka ya bukan cinta, aku belum berani menyebut rasa kagum ini cinta. Kalian pernah merasakan hal ini? Merasa tertarik pada lawan jenis yang baru kalian temui? Tiba-tiba ada sengatan kecil yang kalian rasakan jauh didalam hati kalian. Sengatan itu terasa manis, dan membuat semburat merah di pipi kalian, atau membuat kinerja saraf kalian menjadi terganggu dan otak kalian tidak mampu berfungsi cepat dan membuat kalian terlihat aneh?
Tugas Seni membuatku sedikit pusing, aku memang sering membuat syair lagu namun untuk lirik aku sangat buruk. Aku butuh seseorang untuk membantuku, dan kudengar Eza cukup mahir dalam membuat lagu. Aku memang belum berkenalan langsung dengannya sebab tadi dia tidak menghampiriku untuk memperkenalkan diri. Aku harap besok kami bisa saling berkenalan dan bisa akrab, semoga.
~~~
Pagi ini aku berangkat seperti biasa dan kulihat Prilly belum ada di bangkunya padahal sebentar lagi bel akan berbunyi. Apa dia akan terlambat? Kenapa dia bisa terlambat? Apa terjadi sesuatu padanya? Tidak, aku tidak suka pada Prilly aku hanya khawatir karena dia anak baru, akan sangat menyedihkan bila anak baru harus masuk daftar siswa terlambat. Sungguh ini hanya rasa khawatir tidak lebih, kalian jangan berpikiran yang tidak-tidak!
“Prilly kamu hampir aja telat!” Mifta langsung menegur Prilly saat dia sampai diambang pintu. Syukurlah dia tidak terlambat, tapi hampir terlambat. Dasar bodoh, harusnya dia bisa lebih mengatur waktu agar ia tidak terlambat.
“Hehe abis tadi nggak ada yang nganter sih, jadi lama banget nyari ojek,” kasihan Prilly dia sendirian, apa orang tuanya tidak peduli pada anaknya? Tidak, ini hanya rasa prihatinku, aku bersungguh-sungguh jangan berpikiran aku suka pada Prilly!
Saat jam istirahat seseorang menepuk bahuku, saat aku menoleh kudapati Prilly si pemilik sentuhan lembut itu. Prilly? Berhenti! Kenapa pukulan ini terlalu keras? Drum dalah tulang rusuk ini bertabuh keras. Tidak, ini pasti hanya perasaan terkejut bukan apa-apa.
“Eza, tolongin aku dong buat lirik tugas seni, ya please,” pinta Prilly sambil memohon padaku. Sial, aku luluh dan aku mengangguk! Bukan, ini bukan karena aku suka padanya, tapi karena aku merasa kasihan padanya, dia masih anak baru dan ia harus dibantu dalam hal ini, betapa baiknya diriku.
Pulang sekolah aku memutuskan untuk membawa Prilly pulang bersama, untuk mengerjakan tugas seni, dan juga aku ingin tahu rumah Prilly. Saat sampai di rumahku aku langsung mengambil gitar dan mulai memainkan beberapa chord, Prilly terlihat serius mencari nada yang tepat.
“Aku beneran nggak bisa bikin lirik lagu, ini aku udah bikin syairnya, selebihnya aku minta tolong ya sama kamu,” sial Prilly kembali memohon, dan aku kembali menganggukkan kepalaku. Kenapa sih aku selalu tidak bisa menghindar darinya? Pasti ini karena rasa canggung baru pertama bisa seakrab ini dengan Prilly.
Malam menghembuskan semilir ketenangan yang membawa dalam diam
Terus merenung pada bintang meminta satu cahaya turun padaku
Bulan meredup ia tunjukkan bintang gemerlap
Ia tunjukkan bahwa cahaya itu ada dan datang mendekat
Aku terhenyak dia itu indah menyilaukan
Doaku terkabulkan sosok yang kuharapkan kembali datang     
Sinari kehidupan jalani malam dengan senyum tenang
Tapi hanya sementara dia hilang kembali
Tetap terus menanti cahaya itu akan datang lagi

“Lagu ini tentang….” Kataku ketika selesai membaca syair lagu ciptaan Prilly.
“Tentang seseorang yang terus berdoa agar kelak orang yang kelak ia cintai datang kembali, dan ia benar-benar datang walau dalam sosok lain. Namun seiring berjalannya waktu ia malah kehilangannya, dan ia kembali menunggu orang itu datang kembali namun dalam sosok yang sama,” ucap Prilly panjang lebar.
“Lagu ini untuk siapa?” kataku penasaran.
“Sebenarnya ini untuk kamu, Za. Kamu orang pertama yang bisa bikin aku lupa sama seseorang yang dulu berharga buat aku, makasih, Za. Kamu nggak marah kan?” aku terdiam, maksud Prilly apa? Jadi aku menjadi orang berharga bagi Prilly sekarang?
“Nggak kok, Prill. Sekarang aku antar pulang ya,” kataku cepat sebelum Prilly melihat gerak anehku setelah ia bicara seperti itu. Selama perjalanan pikiranku melayang entah kemana aku benar-benar tidak sehat setelah pernyataan tadi. Kenapa aku jadi begini? Seperti orang bodoh saja, itu hanya ungkapan biasa Eza, jangan terlalu dipusingkan!
Tiiiiiinnn… Ku belokkan setirku dan motorku terjatuh begitu juga aku dan Prilly. Sial kenapa aku tidak bisa mengendarai motor dengan baik? Sekarang Prilly terjatuh dan menahan sakit, tapi aku tidak berani menolongnya, aku takut melihat wajah penuh sakitnya, aku tidak tega.
“Dek, itu temennya tolongin dulu!” bentak seorang bapak yang melihat kejadian ini, tapi aku pura-pura tak mendengar dan menegakkan motorku sambil menunggu Prilly naik kembali. Saat sudah sampai di depan rumah Prilly aku tidak tahu harus berkata apa, aku tahu harusnya aku minta maaf karena aku tidak sampai terluka seperti ini tapi aku tidak punya nyali untuk mengungkapkannya itu terlalu sulit untukku, terserah apa kata kalian yang jelas itu sangat sulit terucap bagiku!
~~~
Sejak kecelakaan itu aku dan Eza tidak saling bertegur sapa, padahal ini kan hanya masalah kecil. Walaupun aku luka lebih parah tapi aku merasa baik-baik saja sekarang, bahkan ia belum minta maaf aku sudah lebih dulu memaafkannya. Hubungan kami benar-benar buruk saat itu, padahal aku berharap bisa jauh lebih dekat dengan Eza. Apalagi tugas seni belum juga ia berikan kepadaku. Apa yang harus aku lakukan? Jika aku langsung menagihnya pada Eza pasti ia akan marah dan menyangka aku tidak sabaran dan egois. Tapi jika aku tidak segera memintanya aku bisa dihukum oleh guru. Menurut kalian aku harus bagaimana?
Secara teknis harusnya aku yang menjauhi Eza, karena ia telah mencelakaanku, tapi kenapa berkebalikan seperti ini? Apa aku bersalah pada Eza? Apa karena aku jujur tentang lagu itu, dan Eza merasa risih atau ucapanku dan memutuskan untuk menjauhiku? Bodoh! Kenapa aku lakukan itu? Harusnya aku diam saja terus memendam perasaan ini, dan membiarkan semua berjalan begitu saja tanpa ada paksaan. Prilly kamu benar-benar ceroboh! Sekarang cahayamu benar-benar sudah menghilang!
Setiap aku ingin menyapa Eza pasti ia akan mengelak dan pura-pura mendengar, bahkan saat teman sekelas mulai membicarakanku di dekat Eza pasti ai akan pergi menjauh. Terkesan tidak ingin mendengar namaku, bahkan melihat diriku. Dia benar-benar marah, sangat marah, dan telah benar-benar jauh dariku, baik dalam artian jarak dan artian kedekatan. Aku adalah gadis paling malang di dunia ini, ketika orang yang kucintai telah dekat denganku tapi ia malah menjauh saat berbagai kejadian terlewati. Padahal aku baru beberapa hari mengenalnya, tapi kenapa aku merasa sudah banyak kenanganku bersamanya. Prilly sekarang apa yang harus dilakukan?!
~~~
Menjauhi Prilly itulah solusi terbaik dalam masalah ini. Setelah mengetahui isi hatinya dan malah menyakitinya aku tidak punya keberanian untuk menatap wajahnya bahkan mendengar namanya. Saat itu terjadi aku akan sangat menyesal atas kecelakaan itu, juga atas sikap diamku pada perasaan Prilly. Aku takut jika nyatanya aku tidak memiliki perasaan sepertinya, tapi aku merasa akan energi kuat atas itu. Baiklah kalian bisa menyebutnya cinta, sekarang aku benar-benar dibuat berlutut atas segala yang dimilikinya. Dia sangat sederhana, tawa renyahnya membuat aku sangat bergembira, membuat aku merasa menjadi manusia baru yang mendapat sebuah keajaiban besar. Terserah kalian menyebutku apa, tapi inilah yang aku rasakan sekarang, perasaaan yang meluap tumpah ruah dalam hati dan pikiran.
Maafkan aku Prilly aku sangat tidak berperasaan memperlakukanmu seperti ini, harusnya aku melindungimu, tapi aku tidak punya keberanian atas rasa ini. Aku yakin kamu akan memaafkanku, karena aku tahu kamu adalah pemaaaf, dan terlampau baik jika nanti kamu bersamaku. Aku tidak sesempurna yang kamu katakan, aku bukan cahaya yang kau minta pada bintang aku hanya setangkai lilin yang akan segera redup jika terlalu lama diharapkan.
“Eza, tugas seni aku gimana?” deg! jantung ini benar-benar berdetak sangat kencang!
“Besok bakal aku burn kok, tenang aja,” kataku sambil berlalu menjauhi Prilly. Sial aku benar-benar merasa jantungku akan keluar dari rongga dada saat Prilly benar-benar berada di dekatku!
Baiklah ini adalah lagu Prilly, semoga ia suka. Dan ini laguku, semoga saat Prilly mendengarkannya ia bisa merasakan apa yang aku tulis dalam lagu ini.
~~~
Saat pulang sekolah Eza menepati janjinya, ia benar-benar memberikan aku lagu ciptaaanku sendiri, aku benar-benar tidak sabar untuk mendengarkannya di rumah. Semoga aku mendapat nilai yang tinggi untuk ciptaanku ini.
Panggil aku saat sepimu datang
Berikan senyummu dan sinarku mencerahkan
Berhari bersama jalani cerita sebuah sandiwara dimainkan
Ku jauh tak berarti aku menjauh
Ini sebuah opera bertopeng kasar dibalik hujan
Meleburkan kerinduan demi sebuah keadaan
Maaf yang terucap tak terbendung tuk berkata
Berharap cahaya itu sadarkan bahwa semua tak begitu menyakitkan
Hanya sebuah tirai yang tutupi kebahagiaan

Ini bukan laguku, dan suara ini? Ini suara Eza! Lagu ini seperti menjawab tanda tanya besar di otakku, ini hanya sandiwara dengan tirai penutup kebahagiaan. Apa ini berarti bahwa perasaanku terbalaskan? Besok aku harus memastikan ini semua! Aku harus bertanya pada Eza!

~~~
Hari ini begitu banyak teman sekelasku yang berlatih sebelum demo dimulai, mereka menyiapkan lagu terbaik merek untuk tugas ini, begitu juga aku. Sebenarnya aku tidak begitu yakin dengan lagu ciptaanku, merasa ada yang kurang, tapi entahlah itu hanya sebuah lagu. Ya, aku tahu lagu itu memang aku dedikasikan untuk Prilly, tapi pasti dia tidak merasakan hal yang spesial kan? Sudahlah, aku tidak ingin berharap banyak.

“Eza ada sesuatu yang harus aku katakan!” seru Prilly padaku, saat aku akan menjawab Ibu Heni malah masuk ke dalam kelas. Apa yang ingin dikatakan Prilly, ia membuatku sangat penasaran.

Menepis rasa penasaranku aku terus menikmati berbagai lagu ciptakan teman-temanku, lagu mereka beragam mulai dari tema percintaan, persahabatan, bahkan komedi juga ada. Mereka memang unik aku bersyukur bisa berada di kelas ini. Baiklah sejujurnya bersyukur karena bisa sekelas dengan Prilly.

Sekarang giliran Prilly, ia memberikan CD pada Ibu Heni. Instrumen mulai mengalun, tapi ini tidak terdengar seperti lagu Prilly, tapi ini laguku?! Menyadari hal ini aku langsung melihat CD yang kupegang, benar ini CD milik Prilly! Jadi Prilly akan menyanyikan laguku, dan aku menyanyikan lagu Prilly. Dan Prilly sudah mendengar laguku lebih dulu, dan sekarang apa yang ada dipikirannya?!

Setelah Prilly tiba giliranku, dan aku membawakan lagu ciptaan Prilly. Kemudian setelah semua siswa sudah mendemokan lagu mereka, bu Heni mengumumkan dua lagu terbaik. Tak ku sangka lagu Prilly dan laguku menjadi yang terbaik! Aku sangat senang dan tanpa sadar melakukan highfive bersama Prilly.

“Lagu kamu keren kamu, Za,” puji Prilly.

“Thanks Prill, lagu kamu juga bagus kok!”
“Za, aku tahu kok lagu itu buat aku. Sikap kamu selama ini cuma buat nutupin perasaan kamu kan?”
“Iya, Prill. Sorry kalau gara-gara aku kamu jadi ngerasa dijauhin, tapi aku akan berubah, Prill!” Prilly tersenyum manis padaku.
“Janji?” ucapnya sambil memberiku jari kelingkingnya, dan aku membalasnya mengaitkan jari kelingkingku juga.

Sebuah perasaan dalam hatimu tak bisa terbendung, namun sikapmu menyembunyikannya. Jujurlah pada dirimu sendiri, menyesal adalah hal yang akan terjadi jika yang kamu rasakan tak kunjung terkatakan. Kesempatan memang tak hanya datang satu kali, tapi mungkin kesempatan sebaik waktu ini hanya datang sekali


No comments:

Post a Comment

ayo komentar postingan ini, pasti komentar kalian akan sangat berguna buat saya khususnya. komentar ya....