Cast: Harry
Jane
Lauren
Genre: Romance
ini fanfict pertamaku tentang One Direction, dan aku cuma ngambil Harry. ini buka FF terbaikku -__- maaf kalau rada jelek :P
--------
Ketika sebuah cahaya mulai meredup kupastikan
segala yang ada sudah terlelap. Mulai melangkah sesuai hembusan angin yang
membawaku, untuk sekadar menghilangkan keingin tahuanku pada dunia ini.
Seandainya aku diberi waktu lebih, aku pastikan aku juga akan berakhir tragis,
sampai sekarang aku tidak menemukan sosok yang bisa membuatku bertahan. Dunia
ini begitu keras untuk dijalani, dan itu tersirat dari semua pikiran yang
muncul dipikiran orang-orang. Aku bersyukur aku tidak pernah merasakan hal yang
serumit dan menyakitkan yang mereka bilang cinta.
“When he opens his arms and
holds you close tonight, it just won’t feel right,”
apa benar yang kudengar? Seseorang sedang bernyanyi? Ya, sebagai makhluk lain
aku diciptakan untuk tertarik dengan sebuah harmoni yang diciptakan mereka,
setiap alunan yang mereka serukan adalah energy untukku, dan aku akan mendekat
bila mereka mulai bersorak.
“Cause I can
love you more than this, yeah,” dengan cahaya rembulan yang lembut,
siluetnya mulai terlihat. Benarkah yang kulihat? Dia begitu indah, dan aku
menyukai setiap ciptaan-Nya yang begitu sempurna ini. Perlahan aku mulai
menampakkan diri, dengan sosok layaknya kaum seperti mereka, mulai mendekat dan
duduk disampingnya.
“What are you doing here?” sapaku dan
ia terlihat terkejut dengan kehadiranku. Dia melihatku sejenak dan mulai
mengembangkan dua sudut bibirnya, aku terhenyak menikmati senyuman yang ia
berikan.
“Hmm… I can’t close my eyes, maybe I
feel insomnia,” memilih bernyanyi ketika merasa sulit tidur? Dia aneh, kebanyakan
orang menghitung domba dan mulai terlelap karena merasa lelah dan bosan
menghitung, tapi dia?
“And, what are you doing? Its 10PM,” dia
terlihat sangat ingin tahu, dia terus menatapku dan menunggu jawabanku.
“I feel bored,” jawabku singkat, ia
terlihat menganggukkan kepalanya, terlihat berpikir?
“You want to play this guitar?” ajakan
yang kutunggu, dan aku menganggukkan kepalaku. Dia mengajarkanku lagu yang tadi
ia nyanyikan, lagu ini memiliki arti yang dalam dan ia terlihat sangat
menghayati lagu ini. Apa sekarang ia sedang merasakannya? Aku tak berani
bertanya, takut satu makhluk ini jauh lebih dalam dengan rasa sakitnya. Ketika
malam mulai pekat ia merasa rasa kantuknya mulai datang, dan ia memutuskan
untuk pulang.
“Where do you home?” aku tergesa dan menunjuk
rumah bergaya minimalis dan terlihat redup tapi lembut. Dia kemudian berjalan
mendahuluiku dan ia mengantarku sampai depan rumahku (sebenarnya ini hanya
sebagai pemanis untuk penyamaranku).
“Harry,” ucapnya ketika kami sudah
berada di depan rumah.
“Lauren,” balasku dan ia menjabat
tanganku. Kemudian dia pergi dan mulai hilang dalam gelapnya waktu yang telah
Tuhan tentukan. Apa ini pertemuan terakhir? Entahlah, aku hanya harus menunggu
garis takdir yang telah dituliskan. Merasa rumah yang ada dihadapanku adalah
rumahku, aku mulai menyamarkan diri dan menembus masuk dan melihat isi rumah
itu. Rumah itu terlihat rapi, dan seperti yang terlihat dari luar bahkan
keadaan dalamnya sangat nyaman. Aku bergegas menuju sebuah pintu yang terlihat
menuju kamar seorang perempuan. Kosong? Kulihat banyak wajah lain yang
terpasang didinding, kuperhatikan dan kudapatkan wajah Harry. One Direction.
Apa dia seorang penyanyi? Merasa tidak begitu tertarik aku beralih pada foto
seorang gadis manis yang sedang tersenyum indah. Harusnya ini adalah pemilik
kamar, tapi kemana dia? penasaran aku mencari kamar orang tuanya. Sang ibu
terlihat terus menangis, dan suaminya mencoba menenangkannya. Dan kuketahui
anak mereka sudah meninggal. Kuputuskan untuk pergi dari rumah itu, aku tidak
merasakan aku akan menemukan tujuanku diciptakan disini. Tujuan? Ya, ini tujuan
dari Tuhan. Mengirimkanku agar aku tahu arti cinta yang sesungguhnya, entah
yang kau rasakan pahit atau manis.
Fajar mulai menampakkan dirinya, aku
putuskan untuk meminta izin dan aku kembali menjelma seperti mereka. Menyusuri
jalanan kota yang ramai, dan kulihat banyak orang mengantri didepan sebuah gedung
besar. Dan kuketahui akan ada konser One Direction di tempat ini segera.
Kuputuskan untuk menyusup dan kupastikan aku mendapat tempat terdekat dengan
stage. Ketika mulai menyeruak dan kulihat Harry tepat menatap dimana aku
berada, dan ia melambaikan tangannya, dan hanya kubalas dengan senyumku. Gadis
disampingku terlihat sangat senang, mungkin ia tak melihat jelas dimana pusat
perhatian Harry tertuju. Aku menikmati suguhan yang mereka berikan, aku cukup
tertarik dengan harmoni yang mereka ciptakan, tak heran ribuan orang
terhipnotis dengan yang mereka suarakan. Mereka selesai dengan pertunjukkan,
dan aku memilih cepat pergi dari tempat ini.
“Lauren!” teriak seseorang di
belakangku. Kudapati Harry berada disana, dan dia terlihat berlari ke arahku.
“Can you help me?” aku bingung, tapi
aku putuskan untuk membantunya. Dia mengajakku kesebuah toko aksesoris, dan ia
mencoba memilihkan beberapa aksesoris untukku. Dia memasangkan sebuah bando di
kepalaku, ia tersenyum dan mengambil bando, kemudian dia juga memasangkanku
sebuah cincin couple, gantungan kunci couple, dan banyak benda lain yang ia
beli. Ia membelikannya untukku, dan semua barang berbau couple ia gunakan juga.
Kemudian ia mengajakku untuk menonton film, ia menggandeng tanganku. Kurasakan
nafasku mulai tak bisa diatur, Tuhan haruskah aku merasakan cinta saat ini?
“Thank you for today, see you
tomorrow!” pamitnya saat ia kembali mengantarku ke rumah. Sekarang apa yang
harus aku lakukan? Mengetuk pintu pemilik rumah ini? Memohon mengizinkan aku
berpura-pura sebagai anak mereka? Aku takut Harry semakin curiga karena aku
tidak pernah mengizinkannya untuk mampir ke rumah, padahal dia pernah
menanyakannya. Kuberanikan diri untuk mengetuk pintu, dan sang ibu mulai
menunjukkan diri dibalik pintu. Dia terlihat terkejut, dan matanya mulai
berkaca-kaca, kenapa? Suaminya mengekor dibelakangnya dan ikut terkejut seperti
sang ibu. Melihat mereka yang kebingungan aku putuskan untuk meninggalkan rumah
itu.
“Jane! Comeback!” teriak ibu itu dan ia
langsung memelukku erat. Jane? Aku ini Lauren, dan mengapa dia memelukku.
“Please don’t go again my daughter,”
anak? Apa wajahku terlihat seperti anaknya? Jujur sejak aku diciptakan aku
dilarang keras untuk melihat cerminan diriku sendiri, ancaman karena jika aku
melihatnya cerminan itu malah akan memberi kilauan yang kelak bisa kembali
merenggut nyawaku. Aku pasrah aku hanya bisa terdiam, dan aku diajak untuk
masuk ke dalam rumah itu. Aku mulai membuka suara, kukatakan yang sejujurnya
bahwa aku bukan Jane, mereka sadar dan mereka justru memintaku untuk tinggal
bersama mereka, menjadi anak mereka layaknya Jane. Tuhan mengapa ini terjadi?
Hari ini aku akan pergi ke sebuah butik
bersama Harry, dia bilang dia akan membeli sebuah baju, dan aku diajak untuk
menemaninya. Aneh? Entahlah. Harry menjemputku, dan kulihat sang ibu tersenyum
ramah kepada Harry, apa mereka saling mengenal? Jelas, Harry kan penyanyi
terkenal. Saat memilih baju, kembali Harry terlihat menyocokkan sebuah baju
dihadapanku dan ia membelinya. Dia terlihat bahagia dan matanya mulai
berkaca-kaca, akankah ia menangis? Apa penyebabnya? Kusentuh bahunya ia
menatapku sayu dan ia memelukku erat. Kenapa? Apa yang terjadi. Kubiarkan ia
tenang, dan ia melepaskan pelukannya, setelah menyeka airmatanya kami
memutuskan untuk pulang.
“Are you okay?” tanyaku padanya saat
sedang perjalanan pulang. Ia mengangguk pelan dan terus berkonsentrasi pada
mobilnya. Merasa sedikit canggung kuputuskan untuk memutar sebuah lagu. Ketika
mulai mengalun Harry menghentikan mobilnya dan segera mematikannya.
“Don’t turn on the music player when I
driving!” bentaknya padaku, kembali kulihat matanya mulai berkaca-kaca.
“Please, give me one more chance. I’ll
be your life safer. Don’t leave me again,” dia memelukku erat dengan tangisan
lembut yang ia suarakan, aku bingung apa yang sebenarnya terjadi?
“See you Jane,” ucapnya saat mobilnya
mulai menjauh dari rumah. Jane? Apa dia lupa bahwa aku Lauren? Dan dia kenal
Jane? Merasa ada sesuatu yang ganjal aku masuk ke dalam kamar Jane, aku ingin
mencari sebuah bukti agar jalan hidupku semakin jelas. Dapat! Kubaca diary
milik Jane, ada nama Harry disitu. Dia menceritakan banyak hal yang ia lalui
bersama Harry, terasa indah melihat kebersamaan mereka dulu. Dan dihalaman
terakhir ia tulis,
Tonight,
Harry invite me to come to his house. He’ll pick me up, and we will have a
candle light dinner. Will he say love to me? God make this night is my best
night!
Akhir halaman, ia tak menulis bagaimana
makan malam mereka, bagaimana Harry menyatakan cintanya. Mungkinkah ia
meninggal saat sedang makan malam bersama Harry? Aku benar-benar penasaran dan
kuputuskan untuk menanyakannya pada sang ibu. Dan kudapatkan jawaban seperti
apa yang aku pikirkan. Harry menganggapku Jane, dia hanya mengharapkan Jane.
Bukan aku Lauren. Baiklah sekarang aku mulai paham, mengapa ia sering
memanggilku Jane saat ia tak sadar, saat ia marah ketika aku memutar musik di mobilnya,
itu Jane semuanya Jane. Tak ada aku dihatinya, Tuhan aku memang bukan tercipta
untuk merasakan cinta. Tapi mengapa saat kau menurunkanku kau berkata bahwa
cinta yang membawaku dalam keindahan hidup?
Dadaku mulai sesak aku kembali
merasakan saat aku dihempaskan dibumi, kesepian yang teramat dan kenyataan
pahit saat aku terpisah dari malaikat lain. Butiran ini terasa dingin, aku
menangis? Rasa cinta yang mulai menyeruak berubah menjadi rasa benci, mengapa
Harry harus mencintaiku sebagai Jane, bukan sebagai diriku sendiri? Apa aku
tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk bisa merasakannya? Aku mulai
menyeka air mataku, dan aku melihat 3 butiran permen yang ada di tanganku.
Permen ini?...
Permen pertama bisa membawamu kembali
dalam masa lalu dan melihat apapun yang terjadi apapun yang kau ingini. Permen
kedua, kau bisa melakukan apapun untuk merubah masa depanmu di masa lalu, dan
semua akan dimulai dari awal saat kau merubahnya. Permen ketiga, relakan jiwamu
dan kau dapatkan arti sesungguhnya.
Benar, aku bisa menggunakan permen ini.
Ini semua demi Harry, aku bisa merubahnya, merubah takdirku sekarang. Aku
langsung memakan permen pertamaku, kurasakan dunia berputar cepat sangat cepat
dan aku berada di sebuah rumah, Harry dan Jane terlihat mesra keluar dari
mobil. Cepat aku ikuti mereka, aku rasa aku tak terlihat sekarang. Mereka
terlihat berbincang, Harry mulai memutar lagu dan mereka dengan gembira
bernyanyi bersama, sampai konsentrasi Harry mulai buyar dan kecelakaan itu
terjadi. Jane meninggal, dan Harry terluka cukup parah tapi ia selamat. Jadi
itu yang membuatnya melarangku memutar musik di mobil?
Apa yang harus aku lakukan? Aku bisa
langsung memakan permen keduaku, dan aku bisa merubahnya aku bisa langsung
muncul disana dan membuat Harry melupakan Jane untuk selamanya, dan aku bisa
bersanding bersamanya! Akhirnya aku putuskan…
“You choose the best way!” tegur
sahabatku Maurice, dia sahabatku di surga, dia malaikat yang selalu memberiku
nasehat saat aku ada dibumi. Dan apa yang ia katakana sebelum aku dihempaskan,
aku memilih jalan ini dan kudapatkan arti cinta yang sesungguhnya. Ketika kau lihat dia bahagia bersama orang
lain, sekalipun itu menyakitkan bagimu, tapi kau akan tahu jika ia kehilangan kebahagiaannya
maka kamu sama sekali tak dapat membuatnya bahagia. Lepaskanlah dia, jika Tuhan
memang menakdirkan kalian pasti ia akan kembali bahagia bersamamu, relakanlah
untuk sementara. Bila itu bukan takdirmu, dia bukanlah yang terbaik untukmu,
akan ada yang jauh lebih baik untukmu, hanya Tuhan belum menunjukkan dimana ia
berada.
Harry terlihat sangat bahagia dengan
Jane, mereka adalah pasangan paling serasi yang pernah aku lihat. Semoga kalian
bahagia, walaupun aku tahu kalian tidak akan pernah mengingatku lagi, aku akan
terlupakan, tapi kalian tidak.
(Lauren memakan permen keduanya, ia
membuat music player mati sehingga Harry berkonsentrasi penuh pada jalan.
Kemudian ia memakan permen ketiga dan merelakan nyawanya untuk Jane. Dan
sekarang semua berjalan lancar dan bahagia.)
No comments:
Post a Comment
ayo komentar postingan ini, pasti komentar kalian akan sangat berguna buat saya khususnya. komentar ya....