Saturday, December 18, 2010

Cinta Terpendam

Dear, Diary.
Hari ini aku jadian sama adik kelasku Mario, aku senang sekali karena ternyata cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Ku harap ini akan berlangsung lama…

“Pagi kakak Aurel!” Sapa pacarku Mario pagi itu.
“Pagi juga adik!” Lalu kami duduk berdua di bangku kantin, ini hari pertama aku menjalani hari dengan status berpacaran dan juga pacar pertama. Hari itu aku tidak henti-hentinya memikirkan Mario pacar pertamaku. Aku merasa sangat bahagia bisa memiliki Mario :D
“Kak, ayo pulang!” Ajak Mario, aku pun menurutinya, kebetulan Mario membawa motor jadi aku diantarnya naik motor. Sebelum pulang dia mengajak aku membeli ice cream, tentu saja aku menerima ajakan itu.
“Kak, mau yang mana?” Aku menunjuk ice cream coklat, lalu Mario membelikannya untukku. Mario asyik menjilati ice cream vanillanya sedangkan aku coklat.

Kami telah menjalani hubungan kami kurang lebih selama 10 bulan. Dan hubungan itu sangat harmonis dan tentram, tapi lama kelamaan aku merasa aneh dengan hubunganku bersama Mario tanpa masalah, sungguh aneh. Sebab semua temanku pasti melewati masa-masa masalah yang rumit, tapi aku? Tetap menjalin hubungan dengan baik. Iseng-iseng aku membaca diaryku lagi, dari kelas 7 SMP telah rajin aku menulis diary.
Dear, Diary.
Hari pertama masuk sekolah aku langsung jatuh cinta pada Farrel, dia memang pujaanku. Kapan ya aku bisa memilikinya?
Aku tersentak kaget, baru ku sadari bahwa dulu aku sempat menyukai Farrel. Tapi, sekarang dia telah pindah ke luar kota, dan meninggalkan aku sendiri. Aku menangis tersedu, sebab rasa cintaku pada Farrel tiba-tiba terasa kembali.
Dear Diary,
Farrel bilang, aku disuruh nunggu dia. Tapi sampai kapan?
Aku kemudian teringat saat Farrel terakhir kali berjanji padaku…
“Jangan pernah kamu hapus aku dari pikiran kamu, jangan pernah ada yang ganti posisi aku. Tolong jaga kepercayaan aku, aku janji aku akan menjemputmu!” Kata-kata itu kembali terngiang di otakku, dan semakin jelas seolah ada di sampingku.
“Kak?” Mario membuyarkan lamunanku, langsung aku menutup diaryku.
“Ah, iya. Pulang yuk!” Kami pun pulang, dan esok aku sudah harus sibuk menyiapkan diri untuk mengikuti lomba KIR tingkat nasional.
“Sukses buat besok!” Mario mencium keningku, ku anggap itu sebagai semangatku.

Pagi itu aku bersiap berangkat dengan persiapan KIR hari ini. Dan aku menuju aula tempat lomba dimulai. Dan saat pertama kali masuk aku dikagetkan oleh sesosok orang yang sangat mirip dengan Farrel, tanpa sadar aku menghampirinya.
“Farrel?” Sapaku, cowok itu menoleh tapi belum sempat aku mendengar jawaban dari cowok itu tapi aku diseret oleh temanku.
“Kamu ngapain sih, Rel? Ini lombanya mau dimulai!” Aku tetap memandang sesosok lelaki yang sangat mirip dengan Farrel, dan aku yakin itu Farrel.
“Baiklah, selamat datang para peserta lomba KIR tingkat Nasional, di meja 1 ada dari provinsi Jakarta, meja …………..” Ternyata itu dari Jakarta, sangat tepat sebab Farrel memang ada di luar kota sekarang, jadi kemungkinan besar itu adalah Farrel.
Lomba pun dimulai, masing-masing peserta yang mewakili provinsinya menampilkan karyanya, dan dari provinsi Jakarta maju paling awal.
“Kami dari provinsi Jakarta, dengan peserta yang bernama Defni Aurina, Faira Kusuma Nisa, Leon Ananda Putra, dan saya sendiri William Bayu.” Ternyata namanya William, berarti dia bukan Farrel. Saat itu juga aku terus memandang William, ia sangat mirip dengan Farrel dan aku sangat ingin memeluknya.
Setelah semua peserta menunjukkan hasil karyanya, juri pun mengumumkan pemenang lomba KIR.
“Setelah menilai sesuai kriteria yang ada maka juri menetapkan juara KIR nasional tahun ini adalah dari provinsi Jawa Barat! Selamat!” Kami pun bersorak bahagia, lalu guru pembimbing kami memberikan kata sambutan sebagai pemenang, dan di akhir acara semua peserta memberi selamat pada pemenang.
“William, apa kita pernah bertemu?” Tanyaku saat William menyalamiku, William hanya menggeleng.
“William, tunggu aku mau bicara!” Aku pun mengejar William dan meninggalkan aula.
“Ada apa, Rel? Dari tadi kamu manggil namaku terus?”
“Apa aku boleh minta nomor ponselmu?”
“Boleh.” Kami pun saling bertukar nomor ponsel, dan setelah mendapatkan nomornya aku langsung kembali ke dalam aula. Lomba KIR pun selesai dilaksanakan, ponselku pun berbunyi dan aku harap itu dari William.
Karel, kamu aku jemput di sekolah ya?
Ternyata pesan dari Mario, aku langsung membalas dan berkata ya. Entah kenapa sejak Farrel kembali walau dalam wujud yang berbeda aku menjadi ingin lepas dari Mario. Saat perjalanan pulang aku menanti pesan dari William atau yang ku anggap Farrel. Karena tidak sabar aku pun mengirim pesan duluan.
Will, sudah sampai rumah?
Hampir satu jam aku menunggu tapi William tak juga membalas pesan dari ku, jujur aku merasa sangat sedih, bahkan sampai aku tiba di sekolah belum ada tanda-tanda pesan dari William.
“Karel, ayo pulang!” Ajak Mario, sebenarnya aku sedikit enggan tapi aku takut menyakiti hati Mario. Selama perjalanan pulang tak seperti biasanya kami hanya terdiam.
“Kok diem sih, Karel? Kamu menang kan? Harusnya kamu cerita gimana tadi waktu kamu tanding.” Mario memulai pembicaraan, aku menatap wajah Mario.
“Rio, kamu dulu kenal Farrel nggak?” Mario menggeleng.
“Dulu, aku…” Aku pun menggantungkan kalimatku.
“Dulu kenapa?” Sedikit lama aku menjawab kembali pertanyaan itu, karena aku tahu jika aku berkata yang sebenarnya maka aku akan menyakiti hati Mario.
“Dulu dia juga ikut KIR, terus tadi kelihatannya dia ikut tapi namanya jadi Wiiliam.” Aku berbohong, aku tidak berani jika harus berkata jujur pada Mario.
“Oh, teman lama. Ku pikir dulu kamu suka.”
“Emang iya Mario, sayang.” Batinku, jujur aku ingin mengatakan yang sebenarnya tapi aku tak bisa membayangkan bagaimana jadinya dia. Kami pun sampai di depan rumahku, aku pun turun dari mobilnya dan berlari menuju rumahku. Sesampainya di dalam aku bergegas menuju kamarku, di sana aku meluapkan segala kepenatanku.
“Gimana ini? Aku harus memastikan apa ini benar Farrel atau cuma orang yang mirip?”
Sore William,
Mengirim pesan ke William dan mendapat pesan darinya adalah keinginanku sekarang.
Apa? Maaf tadi siang nggak aku bales, coz lagi sama temen.
Entah mengapa membaca pesan itu ingin rasanya aku berteriak ‘AKU BAHAGIA!’
William, kamu kenal sama Farrel?
Ehm, siapa ya? Nggak kenal aku.
Oh, ya uda.
Kamu punya pacar?
Nggak, kalo kamu?
Punya.
Kamu suka sama aku?
Wajahmu membuat aku ingat sama cowok yang dulu aku suka.
Jadi?
Aku harap kamu itu dia.
Kalau aku bilang aku ini Farrel?
Aku akan mutusin pacarku dan kembali padamu.
Deal?
Deal.
Tak pernah ku sangka, masalah serumit ini bisa sangat mudah untuk diselesaikan, tapi kalau aku minta putus dari Mario, apa aku tega? Dan apa mungkin itu Farrel?
“Halo? Wiiliam?” Sapaku saat ponselku berbunyi.
“Rel, aku adalah Farrel cowok yang dulu kamu suka. Dan sekarang kita bertemu lagi.”
“Ini benar-benar Farrel?”
“Iya, aku jamin itu. Sekarang kita bertemu di aula tempat kita tanding dan putusin Mario di hadapanku!” Sekarang, apa harus sekarang? Dan apakah aku sanggup jika putus dari Mario?
Aku pun mengirim pesan pada Mario, menyuruhnya menjemputku dan mengantarkanku ke aula tempat aku lomba KIR, walau jauh tapi tak apa lah.
“Ada apa, kak? Apa ada yang ketinggalan di sana?”
“Iya, kamu mau kan mengantarkanku?”
“Dengan senang hati,” Senyuman itu, senyuman yang aku rindukan dari Farrel ada dalam diri Mario, apa maksud dari ini?
“Kak, ayo naik.” Mario membuyarkan lamunanku, dan aku masuk ke dalam mobilnya. Dalam perjalanan aku terus menatap wajahnya, entah baru kali ini aku merasakan ada Farrel di dalam diri Mario.
“Karel, kenapa menatap aku begitu?”
“Kamu, senyuman kamu, sikap kamu, mirip Farrel. Cowok yang aku cinta.” Seketika Mario menghentikan mobilnya, lalu ia menatapku.
“Maksud kamu Karel?”
“Lupakan Mario,”
“Kakak bohong, kakak bilang aku yang pertama, ternyata semua perubahan kakak karena Farrel? Kakak diam, angkuh, sering melamun, itu karena Farrel!” Mario membentakku, ia seperti dalam api yang menyala-nyala, dan sekarang setelah melihat sikapnya apa aku tega memutuskan dia hanya karena Farrel yang tak pernah berkorban untukku?
“Mario, maafkan kakak. Sekarang kamu mau kan menemani kakak ke aula, untuk menemui Farrel?”
“Masih bisa kakak bilang begitu? Setelah kakak tahu betapa sakitnya hatiku saat ternyata di dalam hati kakak ada cinta yang jauh lebih besar daripada aku? Kakak tidak punya perasaan!” Petir menyambar, hujan perlahan turun, sementara kami masih berdiam diri. Aku pun keluar dari mobil, berjalan menuju jalan raya dan menyebrangi jalan yang licin.
“Mario! Aku sayang kamu! Biar hujan ini jadi saksi bahwa kita saling mencintai, dan biarkan aku menangis di dalam hujan ini.” Terlihat Mario menoleh ke arahku, dan dia pun ikut keluar dari mobil.
“Karel! Aku sangat mencintaimu, dan aku akan mencoba membuatmu melupakan Farrel untuk selama-lamanya!” Mario pun perlahan berlari ke arahku,
“Mario, awas!”

“Karel, karel, kamu di mana?”
“Aku di sini Mario.” Aku pun membelai lembut rambut Mario.
“Kak, apa aku ada di rumah sakit?”
“Iya,”
“Farrel, gimana?” Tak ku kira disaat ia terbaring lemah ia masih ingat tentang perkataanku tadi, padahal aku tahu kata itu sangat berat diucapkan oleh Mario.
“Kamu nggak usah mikirin itu, sekarang kamu harus sembuh dan kembali sekolah.” Aku pun menggenggam erat tangan Mario, dan aku menangis perlahan.
“Kenapa nangis, kak?” Mario menegakkan kepalaku.
“Aku sadar, bahwa cuma kamu yang tulus mencintaiku dan selalu ada di segala situasi. Dan kamulah Farrel yang aku cari selama ini.”
“Maksud kakak?”
“Setelah aku piker, ku kira William bukankah Farrel, mereka hanya sebatas mirip. Dan melihat senyuman itu aku baru sadar kalau kamulah Farrel yang selama ini aku tunggu.” Aku pun menangis tersedu-sedu, sementara Mario berusaha menenangkanku.
“Orang mirip wajah memang banyak, tapi yang mirip hatinya jarang ada.”
“Dan orang itu kamu Mario.” Aku memeluk Mario erat, dan itulah pelukan terakhir yang kuberikan pada Mario.

Dear, Diary.
Akan ku ingat semua kenangan indah itu,Farrel dan Mario akan selalu bersemi di hatiku, walau kini aku hanya bisa melihat jazadnya terkubur tanah merah yang senantiasa ku hiasi dengan bunga, dan tak lupa ku panjatkan do’a….

No comments:

Post a Comment

ayo komentar postingan ini, pasti komentar kalian akan sangat berguna buat saya khususnya. komentar ya....