Friday, February 18, 2011

Pasti Nggak Mungkin!

“Hanya ini yang ku berikan, sepotong bunga yang penuh harapan…..” Zizi bernyanyi di depan teman-teman dan juga guru seni musiknya, memang hari ini adalah hari dimana seluruh siswa harus Ujian Praktek dan seluruh siswa diwajibkan bernyanyi. Tak hanya itu seluruh siswa juga harus memainkan alat musik, menyanyikan lagu wajib, dan lain sebagainya. Seusai Zizi bernyanyi tepuk tangan mengiringi langkah Zizi menuju tempat duduknya.
“Selanjutnya Raka!” Raka pun melangkah ke depan kelas.
“Her eyes, her eyes, make the stars look like they're not shining…..” ternyata Raka menyanyikan lagu Just The Way You Are, salah satu lagu kesukaan Zizi. Selama Raka bernyanyi ia terus memperhatikannya dengan saksama.
“When I see your face, there's not a thing that I would change, cause you are amazing, just the way you are” terdengar Zizi ikut-ikutan bernyanyi padahal teman-temannya tidak ada yang ikut bernyanyi :p
“Raka, sesi nyanyi lagu asing itu nanti setelah ini, sekarang kamu nyanyi lagi tapi lagu Indonesia.” Akhirnya Raka bernyanyi kembali.
“Semakin ku memikirkanmu semakin ku menggilaimu kau bintang di hatiku terangi setiap langkahku” selalu Zizi menatap Raka ketika ia bernyanyi bahkan sampai Raka kembali menuju singgasananya.
Sesi selanjutnya menyanyikan lagu asing dengan alat musik, dan giliran pertama Zizi. Ia menyanyikan lagu One Time dengan gitar kesayangannya, ketika ia bernyanyi teman sekelas pun ikut bernyanyi sungguh menyenangkan. Dilanjutkan Raka pada giliran ke-4 , sekarang ia menyanyikan lagu U Smile pasti dengan gitarnya yang berwarna merah itu. Seperti biasa Zizi ikut bernyanyi dengan suara sedikit besar dari yang tadi.
“Ujian Praktek ini benar-benar bisa membuat aku mencurahkan segala isi hatiku” batin Zizi sambil melangkah keluar kelas.
“Zi, tadi yang lagu bunga harapan lagunya siapa? Bagus amat” jantung Zizi berasa mau copot ketika Raka bertanya padanya.
“Itu lagunya Still Here Band, tahu nggak?” disitulah Zizi dan Raka mulai berbicara panjang lebar, ya walau hanya seputar lagu itu saja. Tapi bagi Zizi itu adalah anugrah terindah, sampai di gerbang sekolah pun Zizi sudah tidak berdampingan lagi dengan Raka melainkan bergabung bersama teman-temannya.
“Zi, lu tadi keren!” puji salah satu teman Zizi, ia pun hanya bisa berkata terima kasih. Sambil curi-curi pandang Zizi mengawasi Raka dari jarak yang lumayan jauh. Tak lama jemputan Zizi pun datang dan ia pun menaiki mobil pribadinya itu, dari dalam mobil dia terus menatap Raka yang sedang bercanda di depan gerbang sekolah.
“Wah, tadi aku di ajak ngobrol sama dia. Pas dia nyapa, Zi, bener-bener menyentuh.” Batin Zizi sambil senyum senyum sendiri. Hari ini memang hari yang bisa dibilang spesial bagi Zizi, selain mendapat pujian dari guru dan teman-temannya ia juga mendapat pujian dari Raka.

“Zizi itu cewek yang perfect banget, tapi apa iya dia suka sama aku? Walau dulu ada yang bilang gitu.” Batin Raka saat melihat Zizi naik mobil. Tak lama setelah kepergian Zizi, sebuah motor berhenti di hadapannya.
“Kak, yang bawa motor aku ya?” tawar Raka pada kakaknya, dan akhirnya Rakalah yang mengemudikan motor. Sesampainya di rumah Raka langsung membawa gitarnya tadi ke kamarnya. Di dalam kamarnya ia memainkan gitarnya sambil senyum senyum sendiri.
“Heh, Raka! Lagi jatuh cinta ya? Senyam senyum sendiri.” Raka hanya tersenyum dan kembali pada hobinya itu. “Apa mungkin dia juga suka sama aku?”

“Apa mungkin dia suka sama aku?” gumam Zizi sambil mendengarkan lagu favoritnya Just The Way You Are. Perasaan itu sudah ia rasakan sejak awal bertemu sampai sekarang tak pernah berubah, walaupun tak pernah mendapat balasan tapi ia senang bisa mencintai orang lain. Kadang ia berpikir bagaimana jadinya jika Raka juga mencintainya? Tapi ia tahu pasti tidak mungkin terjadi.
“Pasti nggak mungkin! Udah Zi, nggak usah kebanyakan ngarep!” iapun memukul mukul kepalanya dengan bantal yang ada di dekatnya. Zizi adalah orang yang banyak bermimpi, tapi sering pesimis, dan salah satunya yaitu masalah cinta. Selama ini Zizi selalu menutup hatinya buat cowok yang suka sama dia, kecuali yang dia suka, dan sampai saat ini ia belum ada yang menjadi pacarnya Zizi.
Aku takut kamu pergi kamu hilang kamu sakit aku ingin kau di sini di sampingku selamanya. Dering handphone Zizi membuyarkan lamunannya, ternyata sms dari Dewi.
“Besok valentine, anterin aku nyari coklat yuk buat ayangku #memelas” begitu bunyi sms Dewi, dengan langkah berat Zizi menuju rumah Dewi yang hanya berbeda beberapa blok saja. Sesampainya Zizi di rumah Dewi, Zizi bertemu Vino.
“Zi, lo ngapain di sini?” tanya Vino.
“Mau nemenin Dewi beli coklat” jawab Zizi dengan nada menyepelehkan.
“Sama dong, bareng yuk, nanti naik mobil gue.”
“Nggak usah repot-repot, kita bakal jalan pake mobilnya Dewi kok,” tanpa pamit Zizi nyelonong masuk rumah Dewi, walau belum ada tanda-tanda Dewi keluar.
“Dewi!” teriak Zizi, langsung Dewi turun ke bawah menemui Zizi.
“Ada apa sih teriak teriak? Untung kagak ada bonyok gue.”
“Tuh!” tunjuk Zizi ke arah luar, kemudian Dewi melihat dari balik jendela. Dewi pun tertawa kecil, sambil menunggu Vino menjauh dari pekarangan rumah Dewi, mereka menuju garasi untuk mengambil mobil. Tak lama mereka sudah berada di jalan menujuu sebuah toko kue yang terkenal dengan kue coklatnya.
Mereka mulai memasuki toko itu, ternyata hari ini toko begitu penuh, sampai mereka tidak bisa melihat kue apa saja yang disajikan di toko itu.
“Aduh!” rintih Zizi yang kakinya diinjak oleh seseorang.
“Eh, sory. Mana yang sakit?”
“Raka?”
“Zizi?”
“Ngapain di sini?” kata mereka bersamaan.
“Nemenin Dewi” “Nemenin kakak” jawab mereka.
“Kenapa tiba-tiba deg-degan gini ya?” batin mereka berdua. Setelah insiden itu, Raka membawa Zizi keluar toko dan duduk di luar meninggalkan kakaknya Raka dan Dewi.
“Besok, valentine ya?” ucap Raka memulai pembicaraan.
“Iya,” jawab Zizi malu-malu.
“Pasti dapet coklat nih dari pacar lu” Zizi pun menatap mata Raka tajam.
“Pacar? Boro-boro punya pacar, pacaran aja belom pernah, ngaco kamu!” terlihat raut wajah Raka mulai berubah. Lalu Raka mengambil sesuatu dari sakunya.
“Ini coklat buat kamu, kasian kamu nggak dapet coklat” Raka pun membelai rambut Zizi pelan, walau Raka sadar bahwa sekarang ia tidak bisa bersama dengan Zizi sebab sekarang ia masih berstatus pacaran.
“Thank’s ya Ka, kamu mau kan ngasih aku coklat tiap valentine? Dan janji selalu ada di samping aku? Jadi ….” Zizi menggantungkan pernyataannya.
“Pasti aku mau, Zi. Kita bakal jadi sahabat, OK?” Zizi mengangguk mantap. Dewi dan kakaknya Raka keluar dari toko kue bersamaan sambil membawa kue coklat, dan menghampiri mereka.

“Zi, lu dicariin malah mojok sama Raka. Untung tadi gue liat lu, kalo nggak sampe tuh toko tutup kita nggak bakal ketemu.”
“Maaf, abis lu ninggal gue, eh pas mau ngejar lu malah gue ditabrak si Raka” Zizi pun menceritakan bagaimana tadi ia berbincang-bincang dengan Raka.
“Lu suka ya sama Raka?” Zizi langsung memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil sambil pura-pura tidak mendengar.

“Gebetan baru, dek?” tanya kakak Raka.
“Au ah,” jawab Raka sambil senyum-senyum sendiri.

“Sebenarnya aku mau bilang kalau kita jadian, tapi kamu cuma anggep sahabat, nggak apalah dari pada cuma temen” gumam Zizi saat ia mulai terlelap.

“Sedikit lagi aku udah bisa dapetin kamu, Zi. Tapi emang nggak sekarang, aku yakin kita akan bersama, jiah lebeh amat.” Raka pun mulai menutup matanya sambil membayangkan Zizi.


“Happy Valentine Day’s Zizi, ini coklat buat kamu” serah Vino pada Zizi, Raka yang melihat itu langsung memanas lantas menghampiri Zizi.
“Zi, lu dipanggil Bu Sarah, cepet ke sana!” Raka pun mendorong tubuh Zizi dan perlahan menjauhi Vino.
“Emang ada apa sih?”
“Usstt!” kata Raka sambil menutup mulutnya dengan telunjuknya, Zizi hanya bisa menggaruk kepalanya. Sampai di taman sekolah barulah Raka angkat bicara.
“Aku nggak suka kamu nerima coklatnya si Vino, kan aku udah ngasih coklat ke kamu jadi kamu jangan nerima coklat lagi.”
“Kamu cemburu ya? Hahahaha!” tawa Zizi disusul Raka, mereka pun tertawa dalam kebahagiaan.
“Hahaha, iya sih”
“Apa? Ulangi lagi!”
“Ah, nggak nggak, tadi cuma omong kososng aja kok”
“Beneran juga nggak papa kali, Ka. Hehehehe”
“Jadi? Kamu mau jadi pacar aku?”
“A… apa?” Zizi berpikir cukup keras tentang hal ini, dia nggak mau salah ambil pilihan. “Ya!”
“Bener, Zi? Serius lu? Mimpi nggak gue?”
“Yaudalah, udah masuk nih yuk masuk kelas!” Zizi pun mengajak Raka untuk masuk ke dalam kelas. Di kelas mereka tak hentinya saling memberi senyum satu sama lain, hari yang spesial dengan kejadian yang spesial juga. Tapi………
“Raka, thanks coklatnya” Ucap Jennifer saat bertemu dengan Raka di kelas, Zizi hanya bisa menatap Raka tajam dengan wajah yang cemberut.
“Ya,” jawab Raka enteng.
“Senengnya bisa ngasih coklat ke orang yang disayang, apalagi……”
“Zi, maksud lu apa? Tadi tu bukan, kayak, ah pokoknya bukan!”
“Kenapa lu yang sewot?”
“Lu nyindir gue kan? Udah deh kalo lu nya gitu,” Raka pun pergi meninggalkan Zizi, dan begitu juga Zizi dengan raut wajah yang kusut. Sampai malam hari pun mereka nggak juga nelpon atau sms satu sama lain.
Zi, mungkin lu salah paham. Tadi coklat buat Jennifer itu coklat dari kakak gue, lu mau kan maafin gue? Menerima sms itu Zizi akhirnya sadar kalau ia memang salah.
Ya, gue maafin, tapi harusnya lu jelasin ke gue pas tadi siang
Lu mau sesekolah tau kita pacaran, ga kan?
Iya juga si. Tapi sekarang lu udah nggak punya pacar selain gue kan? SMS itu membuat Raka berpikir, sebenarnya sekarang ia punya dua pacar.
Jujur gue masih punya cewek lain
O.K. gini aja, sekarang kita putus ga usah pacaran lagi, kita sahabatan aja. Lagipula kalo lu mutusin pacar lu sekarang nanti dia malah bunuh diri lagi.
Hahahahahahahahahahahaha, ok sahabat!

Sejak hari itu pun mereka sudah tidak punya hubungan spesial lagi selain SAHABAT. Kadang persahabatan antara cewek dan cowok itu jauh lebih indah daripada kalau mereka pacaran, jadi sebenarnya sahabatan itu lebih enak ketimbang pacaran. Bayangin aja kita harus jaga sikap supaya pasangan kita nggak jelous, tapi kalau sahabat ya udah jalani aja kayak saudara.

Bunga Harapan

Mentari begitu teriknya hari ini bagai ingin menjilat yang disinarinya dengan api yang begitu panasnya. Sementara itu Elang, Bram, dan Muflikhul asyik meneguk segelas es teh yang dibalut embun es yang mendinginkan hawa disekitarnya. Sekalipun mereka tahu bahwa meminum es di tengah terik matahari itu tidak bagi kesehatan, toh mereka juga melakukannya. Hari ini mereka ada eksul basket di sekolah, jadi hari ini mereka harus berpanas-panasan sampai matahari mulai tenggelam. Mereka ini memang terkenal jago main basket, dan banyak dikagumi para cewek.
“Eh, gila ya ni hari panas banget. Tapi abis ini kita masiih harus lanjut” keluh Bram pada cuaca hari ini.
“Resiko jadi pemain basket ya gini, Ham. Kalo lu kagak mau panas sana ke salon sama ibu-ibu arisan!” ledek Elang disusul tawa yang cukup keras. Persahabatan mereka memang tetap langgeng, bahkan dari sebelum lahir mereka sudah bersahabat.
“Oh iya, lu liat nggak tadi si Ajeng tadi pagi senyum ke gue!” pamer Muflikhul pada sahabatnya.
“Baru dikasih senyum sama Ajeng aja lu udah senyum, kayak gue dong di sapa sama Ajeng” Bram pun berbalik memamerkan kedekatan Ajeng dengan dirinya.
“Apaan si Ajeng? Cewek centil, manja, plus cengeng itu lu pada suka? Kalian pada buta cuma gara-gara kecantikan di balik kebusukkannya itu!” tiba-tiba saja Elang naik darah saat sahabatnya berdebat tentang Ajeng.
“Udah lah, paling sekarang Ajeng udah berubah” bela Muflikhul dan Bram.

“Ajeng!Ajeng!” ucap Rifael kakaknya Elang sambil berusaha melepaskan ikatan di tangannya. Rifael sekarang mengalami stress berat sebab Ajeng dulu berselingkuh dan memutuskannya secara paksa, dan entah kenapa ia menjadi frustasi dan menjadi gila. Sebagai adik tentu Elang jadi membenci Ajeng, sebab sekarang ia dan kakaknya sudah tidak bisa lagi membuat lagu bersama.
Elang dan Rifael sempat membuat grup band bersama teman mereka lain yang cukup terkenal di lingkungan mereka, tapi itu dulu. Sebelum Rifael frustasi, padahal leader dari grup band ini adalah Rifael dan yang menciptakan lagu-lagu yang indah adalah Rifael. Otomatis dengan sakitnya Rifael, grup band ini pun bubar!

“Selamanya gue nggak akan pernah percaya sama Ajeng apalagi jatuh cinta!” teriak Elang yang membuat sahabatnya tersedak karena tersedak, sementara Elang langsung mengangkat kakinya bergegas menuju lapangan basket.
Cowok itu terus melempar bola basket sekeras-kerasnya ke arah ring basket. Tiba-tiba….. “Aduh!” teriak seorang anak kecil sambil memegang kepalanya.
“Kamu nggak apa apa dek?” Elang pun mengajak anak itu untuk duduk di pinggir lapangan dan melihat luka di kepalanya. Kepala anak itu memang tidak berdarah tapi jika dipegang maka anak itu akan menjerit kesakitan. Lalu Elang member anak itu sebongkah es yang ditutupi kain untuk mengurangi rasa sakit.
“Leo! Kamu nakal lagi kan!” teriak seorang cewek yang penampilannya bisa dibilang jadul banget sambil menuju tempat Elang berada.
“Kakak!” Oh, jadi itu kakaknya, batin Elang.
“Oh, jadi kamu ya yang bikin adekku sampe harus dikompres gini!” protes cewek itu sambil memukul-mukul Elang. “Eh, yang gue yang nolong adek lu!” cewek itupun berhenti memukuli Elang dan duduk di samping adiknya.
“Ayo pulang, dek! Mama nyariin, thanks ya udah nolong adek gue” Elang cuma ngangguk.
“Eh, nama lu siapa?” “Naura!” Oh, Naura, mukanya lucu, batin Elang. Tak lama sahabatnya yang tadi ditinggal di kantin menyusul Elang. Lantas meminta maaf pada Elang, dan persahabatan tetap ada. Mereka pun menunggu guru basket mereka yang tak kunjung juga datang.
“Eh, udah jam lima nih, apa jangan-jangan Pak Radit lupa?” ucap Bram yang dari tadi cuma duduk-duduk saja.
“Apa jangan-jangan terjadi sesuatu sama Pak Radit? Stay Tune at Insert Investigasi!” balas Muflikhul sambil meniru seorang host di salah satu infotaiment, lantas mendapat dua buah jitakkan tepat di ubun-ubunnya. “Dasar! Doa lu jelek amat!” marah Elang. “Sakit tahu! Nggak friends nih!” keluh Muflikhul sambil memegang ubun-ubunnya.
“Ya udah, sekarang kita pulang aja, besok tanya ke Pak Radit kenapa hari ini dia nggak dateng? Bubar jalan!” komando Elang, diikuti gerakan balik kanan maju jalan oleh kedua sahabatnya lantas menuju tempat parkir. Elang mengambil motornya diikuti sahabatnya lalu pergi meninggalkan sekolah. Rumah Elang tidak begitu jauh dari sekolah jadi dalam waktu yang sesingkat-singkatnya Elang sudah sampai di depan rumahnya. Tapi tak seperti biasanya rumah di seberang jalan dipenuhi kerumunan orang. Ada apa ya? batin Elang sambil menuntun motornya memasuki garasi.
“Ma! Mama!” teriak Elang, tapi mamanya tak juga keluar, ketika ia mau membuka pintu ternyata terkunci. Akhirnya Elang menunggu mamanya di luar, dan sekilas Elang melihat mamanya sedang ada di rumah tadi. Dengan terpaksa Elang menyusul dan mencoba menarik mamanya dari kerumunan massa.
“Ma, bukain pintu!” ucap Elang ketika ia telah menemukan mamanya. Bukannya menjauh dari kerumunan, mamanya malah membawanya masuk ke dalam rumah itu.
“Bu Vina, ini anak saya namanya Elang. Elang ayo salim,” perintah mamanya, karena merasa tidak enak Elang pun menyalimi tangan ibu itu.
“Sebentar ya, anak saya lagi ngambil minum untuk kalian semua” tak lama seorang cewek dengan rambut terurai dan bando yang semakin mempercantik gadis itu. Mata Elang tak hentinya terus menatap gadis itu sambil meneguk minumannya.
“Huhah! Panas!” teriak Elang tiba-tiba sambil mengibaskan tangannya di depan mulutnya dengan lidah yang menjulur.
“Namanya juga teh, kamu gimana si Do?” lho kok cewek itu tahu nama gue? batin Elang yang masih terus mengibas tangannya.
“Kamu udah kenal Elang, nak Naura?” tanya mama Elang penasaran. Naura mengangguk pelan lalu perlahan menuju dapur kembali. Naura? Masa itu cewek culun tadi? Nggak mungkin, ah! Elang terus dipusingkan dengan perubahan drastis Naura. Bahkan sampai ia sudah berada di dalam kamarnya.
“Masa sih itu Naura? Cewek yang tadi culun banget, tiba-tiba jadi cewek cantik banget?” gumam Elang sambil membaringkan tubuhnya. Eh, tadi mama bilang kalau Naura seusiaku berarti bisa jadi dia nanti satu sekolah sama gue!

“Elang! Jemput Naura ya!” ah, mama tahu aja keinginan aku, batin Elang. Tanpa mengeluh Elang langsung mengambil motornya dan menjemput Naura. Tapi….. Lho kok Naura berubah jadi cewek culun lagi? Aduh, malu deh gue ngeboncengin cewek culun. OMG!
“Naura, kok lu berubah lagi jadi celek culun?”
“Lu malu nganterin gue? Ya udah gue bisa kok jalan sendiri!” ucap Naura lantang, dan mulai melangkahkan kakinya. Karena merasa kasihan, Elang pun mempersilahkan Naura menaiki motornya itu. Dengan menutup helmnya rapat-rapat Elang langsung tancap gas. Sampai di dekat sekolah Elang berhenti.
“Naura, lu jalan dari sini ya? Masalahnya gue masih harus jemput temen gue, jadi lu ke sekolah sendirian ya?” Naura pun mengangguk dan berjalan memasuki sekolah barunya. Padahal Elang tidak akan menjemput temannya melainkan malu dipergoki teman-temannya mengantar cewek culun. Sampai menunggu beberapa lama barulah Elang memasuki tempat parkir. Saat Elang berjalan semua gadis yang ada di sekolah menyapanya, tak terkecuali anaknya ibu kantin. Bahkan sampai di dalam kelasnya.
“Ada apaan nih rame-rame?” tanya Elang terheran-heran melihat anak-anak sekelas semua berkumpul membentuk kerumunan.
“Ada anak baru, terus dia itu kenal deket sama JB. Sumpah deh! Liat deh, dia di follow back sama JB plus JB juga bales mention dia di twitter” jelas salah satu anak di antara keumunan itu. Jangan-jangan! Naura! Benar saja, ternyata orang yang dimaksud temannya tadi itu Naura.
“Elang! Gimana tadi lama nunggu waktu yang pas buat masuk ke sekolah ya? Kalau nggak niat mending nggak usah, deh” ucap Naura kemudian menatap laptopnya dan menunjukkannya ke teman barunya.
“Lu udah kenal sama anak jenius ini?” ha? jenius?
“Iya, maksud lu jenius?” temannya pun menceritakan kehidupan Naura sebenarnya, dia memang terlihat culun dari luar tapi dibalik semua itu dia adalah cewek yang sangat pintar, apalagi masalah IPTEK, selain itu dia juga punya banyak kenalan artis dari luar negeri.
“Ra, ikut gue!” ajak Elang, Naura pun hanya menurut.
“Kenapa lu kagak bilang, lu itu pinter? Apalagi deket sama artis terkenal?” tanya Elang antusias.
“Penting gitu ngomong ke orang gengsian kayak lu?” balas Naura sambil berlalu meninggalkan Elang. Gila! baru sekali ini dia dicampakkan sama cewek! Apalagi cewek yang kelihatannya culun gini! Reputasi ancur!
Tak seperti yang disangka oleh Elang, tenyata hari pertama Naura sekolah malah menjadi hari terheboh karena hampir semua siswi di sekolahnya menghampiri Naura untuk sekedar melihat idola mereka jauh lebih dekat. Elang yang biasanya selalu didatangi para penggemar kini malah menepi di kantin bersama sahabatnya.
“Anak baru itu langsung popular dikalangan siswa, dan kayaknya dia bakal masuk rating satu buat anak terpopuler, bahkan masuk MURI karena baru sekali masuk sekolah langsung popular” jelas Bram panjang lebar.
“Lu tuh ngomong apa sih, Ham? Pokoknya kita nggak boleh kalah sama tuh anak baru, awas aja tuh anak kagak bakal gue anterin pulang!” seketika itu juga sahabatnya menatap Elang heran. Ha? Nggak salah denger? batin mereka.
“Eh, maksud gue, nggak bakal gue buat dia selamet pulangnya, soalnya kita bakal cegat dia. Gitu maksud gue, iya gitu!” Elang pun mengutarakan kepanikan dalam kebohongan, dan diikuti kata ‘Oh’ dari sahabatnya itu. Pulang sekolah Naura didampingi banyak teman baru yang sekadar ingin berbincang dengannya sampai ingin minta banyak informasi, sedangkan trio itu menunggu di gerbang sekolah.
“Naura!” panggil Elang, Naura pun berhenti di gerbang sekolah dan mempersilahkan teman-temannya pulang lebih dulu.
“Apa? Mau nganter gue pulang? Maaf ya, hari ini gue dijemput bokap!” Naura pun berlalu dan masuk ke dalam mobil yang berhenti tepat di depannya. Elang, Bram, dan Muflikhul pun hanya bisa ternganga melihat kejadian tadi. Niatnya ingin member peringatan pada Naura, malah jadi bahan tertawaan anak-anak.
“Gila! Baru pertama kali mantan cowok popular kayak kalian dikacangin sama cewek, anak baru lagi! Hahahahaha” tawa sekumpulan anak yang melihat kejadian tadi. “Diem lu!” mereka pun mengambil motornya dan langsung pergi jauh-jauh dari sekolah diiringi tawa anak-anak. “Gara-gara anak aneh itu!” gumam Elang saat mengendarai motornya. Sesampainya dia di rumah ia langsung bertanya pada mamanya.
“Ma, itu si Naura pas kita ke sana kok dia cantik banget. Kok tadi pas berangkat sekolah dandanannya culun abis?” mamanya pun langsung memukul kepala anaknya.
“Hust! Naura itu punya alas an kenapa dia begitu, sana tanya sendiri sama anaknya, lagi nyiram bungan tuh di depan!” dengan terpaksa dia langsung menuju pekaranagn rumah tetangga.
“Naura!” teriak Elang. “Elang!” balas Naura dengan nada keras.
“Lu, cantik banget?” lirih Elang.
“Udah dari sananya, Do. Ada apa ke sini?”
“Gini, kenapa ya lu di rumah sama di sekolah beda abis?” tanya Elang penasaran.
“Jaga-jaga boleh kan? Nah, gue selalu tampil cantik di rumah, tapi kalo di sekolah gue paling anti, soalnya gue takut digangguin kayak cowok macem lu!”
“Ha? Siapa lagi yang mau gangguin lu? GR! Hahahaha, alesan lu lucu amat. Kalo gitu caranya lu kagak bakal punya pacar”
“Biarin, toh kalo gue udah nemu cowok yang pas yang tulus cinta sama gue, pastinya dia mau nerima gue apa adanya” setelah mengobrol kecil dengan Naura, Elang pun pamit pulang.
“Do, ini buat lu!” Naura memberikan satu pot beserta bibt yang baru saja ditanam Naura. “Rawat bibit ini ya, jaga sampai dia berbunga indah, lalu berikan bunga itu untukkku” akhirnya Elang pulang membawa pot itu dan meletakkannya di dekat jendela kamarnya, dan mulai hari itu dia merawat bunga itu dengan sepenuh hatinya. Keesokkan paginya Naura mengunjungi rumah Elang, maksudnya untuk mengabarkan pada Elang bahwa hari ini ia akan pindah. Tentu saja Elang merasa kaget, padahal baru saja mereka pindah tapi langsung pindah.
“Naura, kenapa kamu pindah? Bukannya baru kemarin kamu pindah?” “Cuma aku yang pindah, tapi orang tuaku tetep di sini. Aku pindah karena aku rasa pendidikan di sini kurang memadai, jadi aku memilih untuk ke Yogyakarta. Oh, ya satu lagi kalau bibit itu sudah , menjadi bunga yang indah tolong titipkan itu pada orang tuaku” Itulah pesan terakhir dari Naura, dan sejak saat itu dia tidak pernah melihat Naura.

“Kelihatannya bentar lagi bunganya mau mekar, walau masih kecil banget” gumam Elang saat melihat perkembangan drastis bunga yang diberi Naura. Memang sejak ia merasa rindu pada Naura maka secara tidak sengaja ia akan menyiramnya dan terus merawatnya. Tapi ada satu hal yang tak disadari oleh Elang yaitu tulisan di pot bunga itu. Tapi berangsur dengan tumbuhnya bunga itu maka perlahan tulisan di pot lama kelamaan terlihat jelas.
“Bunga harapan, maksudnya apa?” Elang berpikir keras, apa maksud dari pesan di pot ini? Akhirnya karena pikirannya sudah mentok, dia mengambil gitar sambil mencoba membuat sebuah lagu.

Berdua bersamamu ku coba curahkan isi hatiku
Hanya ini yang ku berikan sepotong BUNGA yang penuh HARAPAN
Berjalan sendiri di sini luapkan emosi yang membekas di hati
Terbayang saat berdua bersamamu kembali dapat jalani hidup ini BERASAMAKU
Jalan begitu panjang terbentang ku tak mampu lewati ini sendiri
Kita berdua harus TETAP SETIA segala beban terasa sudah biasa
Terlalu banyak kesedihan aku ingingan perubahan
Untuk kita UNTUK KITA

Setelah selesai membuat lagu itu, Elang pergi untuk mengambil air untuk menyiram bunga itu. Begitu kagetnya Elang saat ia tahu bahwa bunga itu sekarang telah menjadi sepotong bunga harapan yang begitu indah, dan saat itu juga Elang berlari membawa bunga itu menuju rumah Naura.
“Tante, ini buat Na….u…..ra!” ucap Elang terbata-bata, ia tak menyangka sekarang Naura sudah berada di depan matanya. Dan ia lansung menyerahkan bunga itu.
“Makasih Elang, kamu udah mau ngerawat bunga ini sampai sekarang jadi bunga harapan yang sangat indah”
“Naura, aku punya satu lagi bunga harapan yang nggak akan layu sekalipun kamu simpan satu juta tahun” Elang pun mengajak Naura untuk masuk ke rumahnya dan memperdengarkan lagu hasil buatannya.

Berdua bersamamu ku coba curahkan isi hatiku
Hanya ini yang ku berikan sepotong BUNGA yang penuh HARAPAN
Berjalan sendiri di sini luapkan emosi yang membekas di hati
Terbayang saat berdua bersamamu kembali dapat jalani hidup ini BERASAMAKU
Jalan begitu panjang terbentang ku tak mampu lewati ini sendiri
Kita berdua harus TETAP SETIA segala beban terasa sudah biasa
Terlalu banyak kesedihan aku ingingan perubahan
Untuk kita UNTUK KITA

Setelah lagu itu selesai dinyanyikan Elang, tepuk tangan Naura mengiri berakhirnya lagu itu. Ketika lagu itu berhenti Elang menyatakan perasaannya pada Naura, begitu juga Naura. Kemudian mereka menyanyikan lagu itu bersama-sama dengan canda tawa yang senantiasa mengiringi perjalanan cinta mereka.

Bukan hal yang penting sebuah pemberian secara simbolis, tapi yang penting ialah bagaimana kita membuat hal itu jadi selalu dikenang. BUNGA HARAPAN :D