Tuesday, December 31, 2013

3 Hari Untuk Dempo





Sepulang kuliah siang ini aku kembali menjaga ibu yang sedang di rawat di rumah sakit. Beberapa hari terakhir kondisi ibu mulai menurun akibat diabetes yang dideritanya. Ini juga karena ibuku yang bandel makan durian yang mengakibatkan badannya menggigil dan gula darahnya naik. Aku menunggu dengan setia Trans Musi di Halte Bukit, berharap busway itu cepat datang, ingin segera menyuapi snack sore ibu. Sembari menunggu aku mengedarkan pandangan, melihat banyak orang berlalu lalang menggunakan kendaraan, saling salip untuk segera menuju ke tempat tujuan masing-masing. Ada juga orang-orang yang memilih berjalan kaki, hati-hati menyebrang kemudian ikut masuk ke dalam halte. Menunggu busway sepertiku. Orang ini lagi. Aku tersenyum saat pandangan kami beradu. Tiga hari terahir kami saling melempar senyum.

“Hari ini hari terakhir ayah kakak dirawat, kan?” Ucapku memastikan. Hebat, ini pertama kalinya aku memulai percakapan! Pembahasan kami selama bertemu, saling menanyakan kabar orang yang kami jaga, kadang juga hal lain. Sekilas terlihat akrab, padahal namapun kami tak saling tahu. Dia yang selalu memulai percakapan (kecuali tadi), tapi ya seputar ibu saja, tentang aku tidak pernah ia tanyakan sama sekali. Kadang aku cemburu ibu malah lebih banyak dapat perhatiannya. Tunggu, cemburu? Apa ini bisa dikategorikan cemburu?

Dia mengangguk menanggapi pertanyaanku tadi, kemudian arah pandangnya menuju busway yang mulai mendekati halte. Busway kali ini penuh penumpang, hanya bisa memuat empat orang, dan dia mengalah mempersilahkan yang lain untuk naik lebih dulu. Termasuk aku. Pintu busway mulai menutup, ia duduk di kursi halte menatap arah kedatangan busway, tanpa mencoba menatap ke arahku. Padahal hari ini terakhir kami bertemu. Ayahnya sudah diperbolehkan pulang dan bisa rawat jalan, dia pasti tidak akan kembali menunggu busway di Halte Bukit. Pintu sudah tertutup sempurna dan bodohnya aku melupakan apa yang ingin aku tanya dan katakan padanya dihari terakhir ini. Bagaimana kelanjutan selain itu? Dan aku juga ingin ke Gunung Dempo!

“Kenapa? Kehilangan pria buswaymu itu?” Goda ibuku saat aku menyuapi kue jatah snack sore.
“Ah, ibu. Sudah nanti aku malah kepikiran terus,” aku berkilah mengambilkan air minum untuk ibu. Menahan sebentar pertanyaan-pertanyaan seputar pria busway itu. Saat aku menceritakan ketertarikanku pada dia, ibu hanya terkekeh. Heran anak zaman sekarang begitu mudah jatuh cinta. Padahal hanya bertemu tiga hari. Durasi pertemuan hanya selama jarak tempuh busway dari Halte Bukit sampai Halte Rumah Sakit Siti Khadijah. Yang diperbincangkan malah orang tua. Tak saling mengenal identitas jelas masing-masing. Aneh.

Monday, December 30, 2013

Review Music Video - Sayap Pelindungmu (Centre of Gravity)

Pertama kali aku lihat MV ini dari The Overtunes EP, HD loh. Jadi aku capture beberapa momen, dan resolusinya lumayan kok. Sebelum membagian hasil capture, aku mau sedikit membahas konsep MV ini. Oh iya Video Klip Sayap Pelindungmu bisa dilihat di sini.

Cerita dari lagu ini diawali dengan sepasang anak kecil yang riang, bermain bersama. Ada adegan anak perempuan menolong anak laki-laki untuk berdiri dari jatuhnya, sebaliknya anak laki-laki menggendong anak perempuan. Sepasang anak ini juga mengukir sesuatu dipohon, kemudian mereka menjadi dewasa, mulai terlihat bahwa mereka mengukir sayap di pohon tersebut. Terlihat sepasang dewasa ini terlihat mesra. Akhirnya mereka menjadi tua, tapi mereka tetap bersama, duduk berbagi tawa. Menunjuk rumah yang sejak kecil ada, menyimpan kenangan di sana. Lokasi dari pembuatan video ini terlihat tenang, nyaman, sejuk, pas banget buat mendukung suasana lagunya sendiri. Cerita di videonya sendiri sederhana, jadi maksud dari lagunya sendiri langsung ketangkep lewat video ini. Rate 5/5.

Menurut aku, MV ini ingin menunjukkan bahwa kita bisa saling menjadi 'Sayap Pelindung' satu sama lain. Sampai tua. Sampai akhir hayat. Tak harus dalam arti pasangan hidup, bisa juga sahabat, keluarga, bahkan orang tua.

Fakta MV (rada nggak penting sih)
1. Mikha pakai wristband TOV + blu di tangan kiri.
2. Mada pakai wristband TOV + blu di tangan kanan.
3. Reuben pakai wristband blu di tangan kiri.
4. Mikha kebagian shoot sendirian sekitar 12 kali.
5. Reuben kebagian shoot sendirian sekitar 5 kali.
6. Mada kebagian shoot sendirian sekitar 3 kali.
7. Formasi waktu duduk di bawah pohon Mikha, Reuben, Mada.
8. Formasi waktu duduk di kursi Reuben, Mikha, Mada.
9. Yang kebagian shoot sepatu (?) sendirian cuma Mikha.

Lanjut ini dia hasil capture aku ^^


Review Song - Sayap Pelindungmu (Centre of Gravity)


Sayap Pelindungmu bisa dibilang versi Indonesianya Centre of Gravity dari Boyzone.Tapi tak berarti The Overtunes menjiplak lagu Boyzone. Karena pasalnya lagu ini adalah ciptaan seorang songwriter yang menjual lagu ini pada beberapa musisi. Salah duanya The Overtunes dan Boyzone. Dan kebetulan sekali mereka mengambil lagu yang sama untuk dipublikasikan. Jadilah seperti ini, dengan The Overtunes yang sekaligus mengubah Centre of Gravity dalam bahasa Indonesia.

When you fall too hard
When you’re bruised and scarred
Wherever you are
I’ll find you

When you’re weary and thin
And your heart’s caved in
Whether near or far
I’ll find you

Whenever you feel like you’ve got nothing
Baby remember something
I’ll always be
Your centre of gravity
Whenever the world just don’t make sense
And your head is in a mess
I’ll always be
Your centre of gravity

When you’re lost and scared
And there’s no one there
Wherever you are
I’ll find you

Stream and tears
When your eyes won’t clear
Wherever you are
I’ll find you

So whenever you feel like you’ve got nothing
Baby remember something
I’ll always be
Your centre of gravity
Whenever the world just don’t make sense
And your head is in a mess
I’ll always be
Your centre of gravity

If your stars are falling
I’ll put them back in your sky
Yea, I’ll always be there

Whenever you feel like you’ve got nothing
Baby remember something
I’ll always be
Your centre of gravity
Whenever the world just don’t make sense
Your head is in a mess
I’ll always be
Your centre of gravity

I’ll always be
Your centre of gravity

Review The Overtunes Extended Play

Cover depan

Halo readers, kali ini aku ingin me-review tentang Extended Playnya The Overtunes. Apa itu Extended Play? Bisa dibilang ini adalah mini album, karena di dalamnya terdapat tiga buah lagu yaitu Sayap Pelindungmu (Centre of Gravity), Soulmate, dan Soulmate (The Overtunes Version). Selain tiga lagu, ada tambahan satu video HD Video Klip Sayap Pelindungmu. Namanya aja HD pasti resolusinya bikin puas Tunist buat nonton video ini berkali-kali.
 
CD dari EP TheOv

Sunday, December 1, 2013

Sayap Pelindungmu

Dimulai dari sebuah ketertarikan untuk menjadi putri dalam dunia khayalku. Dunia ini menjadi lebih nyaman saat para ksatria berperang untukku. Menebas semak belukar yang menghalangi jalanku. Memberi sandaran saat aku ketakutan pada rauman makhluk dalam hutan. Mereka lebih dari itu. Mereka sayap pelindungku. Meskipun dalam nyata itu tetap jadi khayalan. Mimpi indahku.

Seperti biasa aku mengayuh sepeda menuju sekolah. Tak pernah ketinggalan headset yang melekat di telinga. Saat ku tekan tombol play, alunan gitar dipadu dentingan piano sesekali. Suara khas itu menyusul. Mengembangkan senyumku memulai pagi ini. Pitchforks and Torches mengalun senada dengan senandungku. Beginilah ku awali hari, menjadi lebih berwarna sejak aku mengenal mereka. Baiklah, aku hanya sekadar tahu mereka. Mada, Reuben, dan Mikha. Tiga ksatria yang aku bicarakan di awal. Apa kalian mengenalnya? Haruskah aku mengenalkan mereka pada kalian? Tenang, akan kuceritakan saat aku sampai di sekolah.

Jadi, mereka bertiga adalah pelindung Sang Putri yang kesepian. Menjemput mereka dari menara tak berpenghuni dengan awan hitam yang menyelimutinya. Tepat saat Putri merasa keputusasaannya akan abadi.
“Apakah kau yakin ada seorang putri di dalam menara ini?” Putri mendengar suara orang lain! Hal yang tak pernah ia dengan belakangan ini. Terlebih lagi suara itu terdengar khas, cukup kuat untuk memompa jantung Putri lebih cepat.
“Untuk memastikannya kita harus segera mencapai puncak menara ini!” Seseorang merespon. Orang itu tak sendiri. Putri terus berdoa agar mereka tetap berusaha untuk mencapai puncak kemudian menolongnya.
Kadang ia mendengar teriakan. Mengomandokan pada yang lain untuk berhati-hati. Kencangkan tali! Berpinjak pada sisi yang kokoh! Saling menyemangati agar bisa sampai di puncak menara. Perlahan muncul jari-jari yang terlihat kuat mencengkram tepi jendela menara. Tak lama ia menampakan wajahnya. Sangat tampan. Putri terdiam untuk beberapa saat, menikmati momen yang sangat ia tunggu. Tak lama muncul kembali dua orang yang berurutan masuk ke ruang puncak menara juga.


“Dor!” Ferrol mengangetkanku. Dia memang selalu begini, menganggu ritualku berdiam di singgasana menanti bel masuk berbunyi sambil tetap mendengarkan lagu-lagu para ksatriaku.
“Ferrol, udah berapa kali gue bilang. Jangan gangguin gue!” Ferrol tetap di tempatnya. Di depan tempat dudukku. Bangku urutan dua dari belakang. Yup, jadi aku duduk paling belakang di kelas. Tempat yang strategis untuk menghabiskan jam kosong dengan musik khas pembangkit semangat.
“Yakin nih nggak mau denger beritanya? Padahal ini tentang para ksatria lo loh.” Ya, aku menceritakan kisah itu juga pada Ferrol. Orang menyebalkan itu merangkap sebagai sahabatku. Sejauh ini dia pendengar yang baik, ya walaupun dia sering menjadikanku bahan candaan.
“Mau! Berita apa?” Jawabku antusias. Aku tak bisa berdiam diri kalau ini menyangkut para ksatriaku.
“Acara pensi nanti, sekolah kita mau ngundang mereka!” Rangsangan tiap selku berjalan cepat. Membuatku melonjak kegirangan mendengar berita itu.
“Tapi diganti jadi band lokal!” Saat itu juga aku meninju bahu Ferrol. Diam di tempatku semula. Membiarkannya dalam kesalahan.

Para ksatria itu menatap Putri lamat-lamat. Begitu juga dengan Putri. Entah apa yang ada dipikiran mereka. Suasana hening sekali, tak seperti dalam kisah Rapunzel, dimana Pangeran dan Rapunzel saling mencintai. Sepertinya mereka tak seperti itu.
“Terima kasih sudah datang menolongku.” Putri memulai percakapan.
“Tidak, harusnya kami yang berterima kasih. Karena Putri terus menunggu kedatangan kami.” Ksatria berambut keriting mengutarakan apa yang ada dipikirannya.
“Kami sudah mencari Putri ke manapun, sayang mereka sudah tidak ada di tempat. Entah melarikan diri, bunuh diri, atau sudah ditolong oleh ksatria lain.” Suara ksatria ini yang Putri dengar pertama kali. Suara yang khas dan menenangkan.
“Suatu kebanggan kami bisa bersama Putri menjelajahi Negeri, kami akan menjadi sayap pelindungmu.” Ksatria satu itu mengulurkan tangannya, Putri menyambut dengan perasaan haru. Belum pernah ia diperlakukan sebegini istimewa. Apalagi sentuhan ksatria ini sangat lembut, namun kuat mengenggam jari jemarinya.

Tet...tet...tet... Bel tanda masuk berbunyi. Aku langsung melepaskan headset lalu meletakkannya di dalam laci. Ferrol masih diam. Gengsi untuk minta maaf mungkin? Biarlah, aku ingin sesekali mengajarkannya untuk berhenti membuat candaan yang menyakiti orang lain. Jam pertama adalah kimia, tapi kenapa malah guru BK yang masuk?
“Anak-anak diharap berkumpul di Aula sekarang! Kita kedatangan tamu.” Seisi kelas bertukar pandangan. Menerka siapa tamu yang datang sampai kami harus dikumpulkan di Aula. Walaupun dalam hati aku yakin mereka berterima kasih pada tamu ini karena membuat mereka melewatkan jam kimia. Ferrol meninggalkan kelas duluan. Tanpa mengajakku, tak seperti biasanya kalau jam istirahat tiba. Bukankah seharusnya aku yang bersikap dingin begitu? Dasar gengsian!
Aku berjalan diantara kerumunan yang lain menuju Aula. Tentunya aku membawa serta headset dan mp3 playerku, untuk jaga-jaga kalau tamu itu tidak begitu menarik. Dari beberapa ocehan kecil siswa aku menyimpulkan bahwa tamu itu datang mendadak. Karena tak ada satupun yang tahu, mereka malah bertanya satu sama lain. Aku tak mau mendengar kicauan tak penting mereka, lebih baik aku mendengarkan lagu para ksatriaku.
“Auu.. Uu.. Haaa.. Aaa..” Apakah telingaku bermasalah? Kenapa aku mendengar seolah-olah Mikha benar-benar bernyanyi saat ini?
“Mikhaaa!!!” teriak para siswa histeris. Tunggu. Mikha? Dia tamunya? Aku langsung berlari mendekati pintu Aula, sampai seseorang menyeretku ke samping pintu Aula. Ferrol.
“Ferrol, apaan sih? Di Aula ada Mikha, lebih hebatnya lagi kalau di dalam ada The Overtunes! Gue mau ketemu mereka, Ferrol!” Bukannya melepaskanku, dia malah membawaku ke pintu belakang Aula. Backstage?!
“Biar lo puas, lo bisa masuk backstage sesuka lo. Mau foto, tanda tangan, peluk, apapun kecuali cium!” Ferrol membukakan pintu backstage. Aku melihat ada Andrew di sana. Dia tersenyum sambil melambaikan tangan. Manis sekali. Dia menepuk tempat kosong di sampingnya, mempersilahkan aku duduk di sana.
“Ferrol, thanks ini... Susah diungkapin Fer! Makasih ya, Fer.” Aku memeluk Ferrol erat, kemudian mengambil tempat di samping Andrew. Aku bicara sebentar pada Andrew lalu menuju pintu. Aku berniat ikut menikmati penampilan The Overtunes langsung. Ku lihat Ferrol berdiri di pintu masuk utama Aula, menatap The Overtunes dari kejauhan. Aneh sekali.
“Woy, ayo nontonnya deket-deket!” Aku menyeret Ferrol mendekati panggung.
“Kok lo nggak diem di backstage aja?” Tanya Ferrol padaku.
“Gue pengen denger mereka perform langsung, ngalirin energi mereka lewat musik yang mereka bawain. Langsung. Itu rasanya berkali-kali lipat dari dengerin mereka lewat mp3 player. Lagipula yang gue nikmatin musiknya, cara mereka nyiptain atmosfer lewat alat musik dan suara yang mereka bawain, mereka nggak sama kayak band lain, Fer. Bisa foto atau segala macem itu nomor sekian.” The Overtunes membawakan 8 lagu. Soulmate, A Thousand Years, Lost, Gravity, Pitchforks and Torches, Don’t You Worry, Viva La Vida, dan Gone Gone Gone. Aku sangat menikmati saat ini. Semangat dalam tubuhku mencapai titik maksimum. Begitu hebatnya mereka mempengaruhi mood seseorang. Jika ada kata yang mendefinisikan lebih dari bahagia mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan perasanku saat ini. Saat musik mereka mengalun memanjakan.


Aku adalah sayap pelindungmu, The Overtunes. Bersama Tunists kami melindungimu lewat dukungan tiada henti tiap langkahmu. Sekalipun kami tak selalu ada di dekat kalian, mengikuti setiap tapakan nyata kalian. Tapi kami menyalurkan dinding pelindung kami lewat kata yang tertulis di dunia maya, berusaha ada untuk meramaikan kehadiran kalian, memperkenalkan musik kalian pada manik mata yang ada di dekat kami. Karena kalian juga telah menjadi sayap pelindung kami. Melindungi kami dari perasaan sepi, jatuh, atau apapun yang membuat kami terpuruk. Hanya dengar lantunan ajaib itu, kalian telah melindungi kami. Tanpa harus mengawal kami dalam nyata.