Thursday, May 17, 2012

The Secret of My Heart

Ini cerpen yang aku buat, khusus buat @prarenny Maaf kalau cerpen ini jelek x_x tapi mohon kritikannya, buat yang susah coment di blog bisa mention ke @INDRI970808 atau mention ke @indridwiayu ^^ happy reading~
------------------
“Halo perkenalkan nama saya Prillyantika Dewarta, kalian bisa memanggil saya Prilly. Saya pindahan dari SMA 80 Bandung, semoga kalian bisa membantu saya untuk bisa berapdatasi lebih cepat,” Prilly membungkukkan badannya dan mulai mengembangkan senyum. Sekilas aku dapatkan sebuah degupan yang menggebu tapi aku tepis dan mencoba tetap tenang. Seperti biasanya jam istirahat digunakan untuk kami berkenalan jika ada siswa baru, termasuk Prilly hampir semua orang menegur dan memperkenalkan diri padanya tapi aku hanya mampu menatapnya dari jauh aku tak berani harus bersejajar dengannya.
Kemampuan Prilly untuk beradaptasi sangat cepat dan ia terlihat akrab dengan beberapa orang yang baru ia kenal. Melihat ia banyak tersenyum dan tertawa ringan hari ini aku jadi ikut senang, entah kenapa alasannya tapi aku ikut merasa bahagia saat melihat dua sudut kecil itu mulai merekah. Tidak, jangan berpikiran bahwa aku suka padanya ini terlalu cepat untuk kesimpulan rumit itu, biarkan saja semua mengalir sendiri, ya kan?
“Baiklah itulah tugas kalian selama 3 minggu ke depan, ibu harap kalian mengumpulkan tugasnya tepat waktu dan tak ada kata susulan!” peringatan dari Ibu Heni tentang tugas Seni benar-benar membuat kami panik, tapi itu bukan masalah besar untukku aku sangat ahli dalam bidang ini dan semua akan berjalan lancar. Tepat saat pelajaran selesai bel berbunyi, kami langsung berkemas dan bersiap menuju rumah masing-masing.
“Tugasnya susah banget sih,” kudengar keluh Prilly yang sekarang berada di belakangku.
“Sebenernya gampang Prill, minggu pertama kita disuruh buat lirik atau syairnya, begitu juga minggu kedua, terus minggu ketiga presentasi deh demoin lagu kita,” ucap Mifta yang sekarang jadi teman sebangku Prilly.
“Tapi aku nggak jago, Ta bikin lagu gini,” Prilly tidak bisa membuat lagu? Aku pikir karena dia anak pindahan ia malah jauh lebih handal dalam bidang ini, ternyata dia lemah.
“Ada yang jago nggak di kelas kalian? Butuh nih,” tanya Prilly. Kurasakan Mifta diam, mungkin dia menunjuk ke arahku? Haha bagus! Terima kasih Mifta ini akan sangat menguntungkan!
Saat aku mulai memakai helm ada sebuah tangan lembut menyentuh tanganku. Bukan, dia bukan Prilly tapi dia Maya. Sial, kenapa aku malah mengharap Prilly saat ini?
“Eza! Dapet tugas Seni kan? Bikinin aku dong, Za please! Aku bayar deh,” katanya sambil mengambil dompet di tasnya.
“Nggak usah Ya, aku lagi males bikinin orang. Mending kamu minta tolong sama yang lain aja ya!” langsung aku keluar halaman parkir sekolah, daripada nanti Maya merengek-rengek? Dan saat aku melewati gerbang sekolah kulihat Prilly bersama Mifta pulang bersama, syukurlah dia tidak sendirian. Tanpa kusadari aku tersenyum. Loh, kok aku malah mikirin Prilly sih? Nggak, aku nggak suka Prilly kok! Mungkin karena dia anak baru jadi ya mungkin perhatian jadi ke dia semua.
~~~
Dia lewat di depanku saat aku sedang menunggu angkot, dan sekilas aku melihat ia tersenyum? Ah pasti cuma halusinasiku saja, lagipula helmnya kan tidak tembus pandang. Aduh Prilly berhenti berkhayal! Langsung kugelengkan kepalaku menepis khayalanku.
“Prilly salting ya Eza lewat?” goda Mifta saat ia melihat tingkahku.
“Ah, enggak kok, Ta! Tadi ngerasa pusing aja,”
“Iya, pusing mikirin Eza kan, hahahaha” aduh Mifta dia bisa baca pikiran orang ya? Ah gawat nih gawat!
Iya, aku memang suka pada Eza, kalian bisa menyebutnya suka pada pandangan pertama. Suka ya bukan cinta, aku belum berani menyebut rasa kagum ini cinta. Kalian pernah merasakan hal ini? Merasa tertarik pada lawan jenis yang baru kalian temui? Tiba-tiba ada sengatan kecil yang kalian rasakan jauh didalam hati kalian. Sengatan itu terasa manis, dan membuat semburat merah di pipi kalian, atau membuat kinerja saraf kalian menjadi terganggu dan otak kalian tidak mampu berfungsi cepat dan membuat kalian terlihat aneh?

Friday, May 11, 2012

The Way Of Love

Cast: Lee Minyoung
         Jang Wooyoung
         Kim Junsu
         Joo

ini fanfict untuk Wooyoung's Birthday Project :D happy reading~~

-----

“Minyoung, apa kau tidak mau menonton konser 2PM? Padahal aku sudah membelikan tiket ini untukmu, sebagai kado ulang tahun,” ucap Eunji padaku yang sibuk latihan dance.
“Ani!” jawabku kasar, aku memang tidak ingin menonton konser 2PM, dan tidak akan pernah mau!
“Wae? Bukankah kau dulu trainee di JYP? Dan dulu kau sangat dengan member 2PM,” akupun berhenti melakukan gerakan yang baru kupelajari dan aku keluar dari ruang latihan untuk meninggalkan Eunji sendirian.
Aku dulu memang trainee di JYP, tapi itu dulu dan aku tidak akan sudi bertemu dengannya lagi. Banyak kenangan pahit yang aku rasakan saat aku menjadi trainee di JYP, dan itu telah cukup menorehkan luka yang cukup dalam pada diriku.
-flashback-
Akhirnya aku bisa diterima di JYP setelah enam kali ikut audisi akhirnya aku diterima untuk menjadi trainee disalah satu management paling terkenal di Korea. Hal terbaik dalam hasil audisiku ini adalah aku diberi project untuk solo, bukan debut bersama beberapa trainee lain dalam bentuk girlband, melainkan solo! Mereka bilang bahwa suaraku sulit untuk menyatu membentuk harmoni yang baik bersama trainee yang lain, dan ini adalah nilai plus untukku. Selama trainee aku kenal dengan Joo eonni, dia adalah Sunbaeku dalam hal bernyanyi solo, dia adalah seorang penyanyi dengan suara yang khas dan aku sangat suka saat Joo eonni memberiku contoh bagaimana cara bernyanyi dengan teknik yang benar. Selain Joo eonni sunbaeku adalah Junsu oppa, walaupun dia adalah member boyband tapi JYP memberi dia project untuk solo dengan ‘Alive’ yang menurutku sangat cocok dengan karakter Junsu oppa. Dia sering memberiku banyak cerita tentang pengalamannya selama menjadi trainee, ia selalu memberiku semangat ketika aku merasa lelah saat latihan, juga mengajakku untuk makan bersama member 2PM lainnya.
“Minyoung, kau kenapa? Apa ada masalah?” tanya Junsu oppa saat aku duduk sendirian di pojok ruang latihan.
“Aniya oppa, aku hanya merasa sangat merinduka eomma dan appa,” kemudian Junsu oppa mendekatiku dan meraih tanganku membantuku untuk berdiri.
“Kalau kau rindu eomma dan appamu, ayo biar aku hilangkan rasa rindu itu sedikit dengan kegembiraan!” Junsu oppa kemudian menyeretku ke sebuah ruang latihan lain yang berisi semua member 2PM.
“Annyeong Minyong-ah!” sapa semua member 2PM serempak, dan aku hanya membungkuk dan memberikan senyuman.
“Minyoung kita ini sedang rindu pada eomma dan appanya, apa yang harus kita lakukan?” tanya Junsu oppa pada member 2PM yang lain. Mereka kelihatan berpikir, cukup lama dan tanpa sengaja aku mendesah pelan, dan mereka semua menatapku aneh.
“Apa kami berpikir terlalu lama? Baiklah ayo kita makan saja!” sahut Junho oppa cepat.
“Aniya, aku sudah makan tadi. Aku ingin istirahat sekarang, kalian juga harus istirahat ya. Annyeong~” akupun pamit dan menuju dorm untuk melepaskan lelahku sejenak. Ketika aku beranjak dari tempat semula aku bisa mendengar mereka saling menyalahkan satu sama lain, entahlah.
Annyeonghaseyo Minyoung, apa setelah beristirahat perasaanmu membaik?
Saat aku terbangun dari tidurku kulihat ada pesan yang masuk ke ponselku, Wooyoung oppa? Benarkah? Bukankah kami tidak pernah saling mengirim pesan sebelumnya? Darimana Wooyoung oppa tahu nomor ponselku? Aku memang menyimpan nomor Wooyoung oppa, dan itu karena aku curi-curi dari Junsu oppa, tapi kenapa Wooyoung oppa...
Annyeonghaseyo, sudah membaik Wooyoung oppa gomawo J  Darimana Wooyoung oppa tahu nomor ponselku?
Dari Junsu hyung aku tadi memaksanya untuk memberikan nomormu! Untuk dia takluk padaku! Hahahaha … Dan darimana kau tahu bahwa ini aku?
Ohh, aku memang menyimpannya dari Junsu oppa, member lain juga aku simpan kok!
Apa ini? Apakah Wooyoung oppa sangat mengkhawatirkanku, dan memaksa Junsu oppa untuk memberikan nomor ponselku? Apa mungkin rasa khawatir yang dia rasakan sama seperti rasa khawatirku padanya? Apa aku terlalu cepat untuk menyimpulkan semua ini?
Ya, aku memang menyukai Wooyoung oppa, jauh sebelum aku menjadi trainee, dan sudah bertahun-tahun aku memendam perasaan ini. Yang membuat aku mulai mencintainya adalah, saat konser 2PM dia memberiku bunga mawar dan sekilas memelukku juga banyak melakukan eye contact padaku. Mungkin banyak hottest yang diperlakukan sama sepertiku, tapi pelukkan itu terasa begitu hangat melebihi rasa cinta idol terhadap fansnya.

Saat aku sedang latihan vocal aku melihat Wooyoung oppa lewat dan ia terlihat sangat sedih, kenapa ya? Haruskah aku mengirimnya pesan? Ya, harus setelah latihan vocal ini selesai!
Oppa kau kenapa? Aku melihatmu sangat sedih hari ini
Bisakah kita bertemu? Di ruang latihan dance tempat kau biasa latihan saja, sepertinya sekarang tidak ada yang memakainya.
Ne~
Saat aku masuk ternyata Wooyoung oppa sudah ada di dalam, dengan wajahnya yang terlihat murung ia masih menyempatkan waktu untuk dance selagi menungguku datang.
“Akhirnya kau datang, aku ingin menceritakan sesuatu padamu. Tapi aku ingin tetap dance, bisakah?” kuanggukkan kepalaku, dan aku mulai dance sesuai dengan alunan musik yang sedang diputar.
“Aku sedang menyukai seseorang…” deg! aku harap itu aku, tolong jujur oppa!
“Tapi dia terlihat menggantung cintaku, terkadang ia terlihat sangat peduli padaku, namun akhir-akhir ini dia mengacuhkanku, ia selalu menghindar dariku,” apa itu aku? Tapi apa aku menghindar darinya?
“Apa dia sudah tahu apa perasaanmu?” tanyaku ingin tahu lebih dalam.
“Aku belum mengatakannya, tapi apa sikapku padanya tidak begitu tersirat jelas kalau aku mencintainya?”

True Love



Cast: Harry
         Jane
         Lauren
Genre: Romance

ini fanfict pertamaku tentang One Direction, dan aku cuma ngambil Harry. ini buka FF terbaikku -__- maaf kalau rada jelek :P

--------


Ketika sebuah cahaya mulai meredup kupastikan segala yang ada sudah terlelap. Mulai melangkah sesuai hembusan angin yang membawaku, untuk sekadar menghilangkan keingin tahuanku pada dunia ini. Seandainya aku diberi waktu lebih, aku pastikan aku juga akan berakhir tragis, sampai sekarang aku tidak menemukan sosok yang bisa membuatku bertahan. Dunia ini begitu keras untuk dijalani, dan itu tersirat dari semua pikiran yang muncul dipikiran orang-orang. Aku bersyukur aku tidak pernah merasakan hal yang serumit dan menyakitkan yang mereka bilang cinta.
“When he opens his arms and holds you close tonight, it just won’t feel right,” apa benar yang kudengar? Seseorang sedang bernyanyi? Ya, sebagai makhluk lain aku diciptakan untuk tertarik dengan sebuah harmoni yang diciptakan mereka, setiap alunan yang mereka serukan adalah energy untukku, dan aku akan mendekat bila mereka mulai bersorak.
“Cause I can love you more than this, yeah,” dengan cahaya rembulan yang lembut, siluetnya mulai terlihat. Benarkah yang kulihat? Dia begitu indah, dan aku menyukai setiap ciptaan-Nya yang begitu sempurna ini. Perlahan aku mulai menampakkan diri, dengan sosok layaknya kaum seperti mereka, mulai mendekat dan duduk disampingnya.
“What are you doing here?” sapaku dan ia terlihat terkejut dengan kehadiranku. Dia melihatku sejenak dan mulai mengembangkan dua sudut bibirnya, aku terhenyak menikmati senyuman yang ia berikan.
“Hmm… I can’t close my eyes, maybe I feel insomnia,” memilih bernyanyi ketika merasa sulit tidur? Dia aneh, kebanyakan orang menghitung domba dan mulai terlelap karena merasa lelah dan bosan menghitung, tapi dia?
“And, what are you doing? Its 10PM,” dia terlihat sangat ingin tahu, dia terus menatapku dan menunggu jawabanku.
“I feel bored,” jawabku singkat, ia terlihat menganggukkan kepalanya, terlihat berpikir?
“You want to play this guitar?” ajakan yang kutunggu, dan aku menganggukkan kepalaku. Dia mengajarkanku lagu yang tadi ia nyanyikan, lagu ini memiliki arti yang dalam dan ia terlihat sangat menghayati lagu ini. Apa sekarang ia sedang merasakannya? Aku tak berani bertanya, takut satu makhluk ini jauh lebih dalam dengan rasa sakitnya. Ketika malam mulai pekat ia merasa rasa kantuknya mulai datang, dan ia memutuskan untuk pulang.
“Where do you home?” aku tergesa dan menunjuk rumah bergaya minimalis dan terlihat redup tapi lembut. Dia kemudian berjalan mendahuluiku dan ia mengantarku sampai depan rumahku (sebenarnya ini hanya sebagai pemanis untuk penyamaranku).
“Harry,” ucapnya ketika kami sudah berada di depan rumah.
“Lauren,” balasku dan ia menjabat tanganku. Kemudian dia pergi dan mulai hilang dalam gelapnya waktu yang telah Tuhan tentukan. Apa ini pertemuan terakhir? Entahlah, aku hanya harus menunggu garis takdir yang telah dituliskan. Merasa rumah yang ada dihadapanku adalah rumahku, aku mulai menyamarkan diri dan menembus masuk dan melihat isi rumah itu. Rumah itu terlihat rapi, dan seperti yang terlihat dari luar bahkan keadaan dalamnya sangat nyaman. Aku bergegas menuju sebuah pintu yang terlihat menuju kamar seorang perempuan. Kosong? Kulihat banyak wajah lain yang terpasang didinding, kuperhatikan dan kudapatkan wajah Harry. One Direction. Apa dia seorang penyanyi? Merasa tidak begitu tertarik aku beralih pada foto seorang gadis manis yang sedang tersenyum indah. Harusnya ini adalah pemilik kamar, tapi kemana dia? penasaran aku mencari kamar orang tuanya. Sang ibu terlihat terus menangis, dan suaminya mencoba menenangkannya. Dan kuketahui anak mereka sudah meninggal. Kuputuskan untuk pergi dari rumah itu, aku tidak merasakan aku akan menemukan tujuanku diciptakan disini. Tujuan? Ya, ini tujuan dari Tuhan. Mengirimkanku agar aku tahu arti cinta yang sesungguhnya, entah yang kau rasakan pahit atau manis.
Fajar mulai menampakkan dirinya, aku putuskan untuk meminta izin dan aku kembali menjelma seperti mereka. Menyusuri jalanan kota yang ramai, dan kulihat banyak orang mengantri didepan sebuah gedung besar. Dan kuketahui akan ada konser One Direction di tempat ini segera. Kuputuskan untuk menyusup dan kupastikan aku mendapat tempat terdekat dengan stage. Ketika mulai menyeruak dan kulihat Harry tepat menatap dimana aku berada, dan ia melambaikan tangannya, dan hanya kubalas dengan senyumku. Gadis disampingku terlihat sangat senang, mungkin ia tak melihat jelas dimana pusat perhatian Harry tertuju. Aku menikmati suguhan yang mereka berikan, aku cukup tertarik dengan harmoni yang mereka ciptakan, tak heran ribuan orang terhipnotis dengan yang mereka suarakan. Mereka selesai dengan pertunjukkan, dan aku memilih cepat pergi dari tempat ini.
“Lauren!” teriak seseorang di belakangku. Kudapati Harry berada disana, dan dia terlihat berlari ke arahku.
“Can you help me?” aku bingung, tapi aku putuskan untuk membantunya. Dia mengajakku kesebuah toko aksesoris, dan ia mencoba memilihkan beberapa aksesoris untukku. Dia memasangkan sebuah bando di kepalaku, ia tersenyum dan mengambil bando, kemudian dia juga memasangkanku sebuah cincin couple, gantungan kunci couple, dan banyak benda lain yang ia beli. Ia membelikannya untukku, dan semua barang berbau couple ia gunakan juga. Kemudian ia mengajakku untuk menonton film, ia menggandeng tanganku. Kurasakan nafasku mulai tak bisa diatur, Tuhan haruskah aku merasakan cinta saat ini?
“Thank you for today, see you tomorrow!” pamitnya saat ia kembali mengantarku ke rumah. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Mengetuk pintu pemilik rumah ini? Memohon mengizinkan aku berpura-pura sebagai anak mereka? Aku takut Harry semakin curiga karena aku tidak pernah mengizinkannya untuk mampir ke rumah, padahal dia pernah menanyakannya. Kuberanikan diri untuk mengetuk pintu, dan sang ibu mulai menunjukkan diri dibalik pintu. Dia terlihat terkejut, dan matanya mulai berkaca-kaca, kenapa? Suaminya mengekor dibelakangnya dan ikut terkejut seperti sang ibu. Melihat mereka yang kebingungan aku putuskan untuk meninggalkan rumah itu.
“Jane! Comeback!” teriak ibu itu dan ia langsung memelukku erat. Jane? Aku ini Lauren, dan mengapa dia memelukku.
“Please don’t go again my daughter,” anak? Apa wajahku terlihat seperti anaknya? Jujur sejak aku diciptakan aku dilarang keras untuk melihat cerminan diriku sendiri, ancaman karena jika aku melihatnya cerminan itu malah akan memberi kilauan yang kelak bisa kembali merenggut nyawaku. Aku pasrah aku hanya bisa terdiam, dan aku diajak untuk masuk ke dalam rumah itu. Aku mulai membuka suara, kukatakan yang sejujurnya bahwa aku bukan Jane, mereka sadar dan mereka justru memintaku untuk tinggal bersama mereka, menjadi anak mereka layaknya Jane. Tuhan mengapa ini terjadi?
Hari ini aku akan pergi ke sebuah butik bersama Harry, dia bilang dia akan membeli sebuah baju, dan aku diajak untuk menemaninya. Aneh? Entahlah. Harry menjemputku, dan kulihat sang ibu tersenyum ramah kepada Harry, apa mereka saling mengenal? Jelas, Harry kan penyanyi terkenal. Saat memilih baju, kembali Harry terlihat menyocokkan sebuah baju dihadapanku dan ia membelinya. Dia terlihat bahagia dan matanya mulai berkaca-kaca, akankah ia menangis? Apa penyebabnya? Kusentuh bahunya ia menatapku sayu dan ia memelukku erat. Kenapa? Apa yang terjadi. Kubiarkan ia tenang, dan ia melepaskan pelukannya, setelah menyeka airmatanya kami memutuskan untuk pulang.
“Are you okay?” tanyaku padanya saat sedang perjalanan pulang. Ia mengangguk pelan dan terus berkonsentrasi pada mobilnya. Merasa sedikit canggung kuputuskan untuk memutar sebuah lagu. Ketika mulai mengalun Harry menghentikan mobilnya dan segera mematikannya.
“Don’t turn on the music player when I driving!” bentaknya padaku, kembali kulihat matanya mulai berkaca-kaca.
“Please, give me one more chance. I’ll be your life safer. Don’t leave me again,” dia memelukku erat dengan tangisan lembut yang ia suarakan, aku bingung apa yang sebenarnya terjadi?
“See you Jane,” ucapnya saat mobilnya mulai menjauh dari rumah. Jane? Apa dia lupa bahwa aku Lauren? Dan dia kenal Jane? Merasa ada sesuatu yang ganjal aku masuk ke dalam kamar Jane, aku ingin mencari sebuah bukti agar jalan hidupku semakin jelas. Dapat! Kubaca diary milik Jane, ada nama Harry disitu. Dia menceritakan banyak hal yang ia lalui bersama Harry, terasa indah melihat kebersamaan mereka dulu. Dan dihalaman terakhir ia tulis,
Tonight, Harry invite me to come to his house. He’ll pick me up, and we will have a candle light dinner. Will he say love to me? God make this night is my best night!
Akhir halaman, ia tak menulis bagaimana makan malam mereka, bagaimana Harry menyatakan cintanya. Mungkinkah ia meninggal saat sedang makan malam bersama Harry? Aku benar-benar penasaran dan kuputuskan untuk menanyakannya pada sang ibu. Dan kudapatkan jawaban seperti apa yang aku pikirkan. Harry menganggapku Jane, dia hanya mengharapkan Jane. Bukan aku Lauren. Baiklah sekarang aku mulai paham, mengapa ia sering memanggilku Jane saat ia tak sadar, saat ia marah ketika aku memutar musik di mobilnya, itu Jane semuanya Jane. Tak ada aku dihatinya, Tuhan aku memang bukan tercipta untuk merasakan cinta. Tapi mengapa saat kau menurunkanku kau berkata bahwa cinta yang membawaku dalam keindahan hidup?
Dadaku mulai sesak aku kembali merasakan saat aku dihempaskan dibumi, kesepian yang teramat dan kenyataan pahit saat aku terpisah dari malaikat lain. Butiran ini terasa dingin, aku menangis? Rasa cinta yang mulai menyeruak berubah menjadi rasa benci, mengapa Harry harus mencintaiku sebagai Jane, bukan sebagai diriku sendiri? Apa aku tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk bisa merasakannya? Aku mulai menyeka air mataku, dan aku melihat 3 butiran permen yang ada di tanganku. Permen ini?...
Permen pertama bisa membawamu kembali dalam masa lalu dan melihat apapun yang terjadi apapun yang kau ingini. Permen kedua, kau bisa melakukan apapun untuk merubah masa depanmu di masa lalu, dan semua akan dimulai dari awal saat kau merubahnya. Permen ketiga, relakan jiwamu dan kau dapatkan arti sesungguhnya.
Benar, aku bisa menggunakan permen ini. Ini semua demi Harry, aku bisa merubahnya, merubah takdirku sekarang. Aku langsung memakan permen pertamaku, kurasakan dunia berputar cepat sangat cepat dan aku berada di sebuah rumah, Harry dan Jane terlihat mesra keluar dari mobil. Cepat aku ikuti mereka, aku rasa aku tak terlihat sekarang. Mereka terlihat berbincang, Harry mulai memutar lagu dan mereka dengan gembira bernyanyi bersama, sampai konsentrasi Harry mulai buyar dan kecelakaan itu terjadi. Jane meninggal, dan Harry terluka cukup parah tapi ia selamat. Jadi itu yang membuatnya melarangku memutar musik di mobil?
Apa yang harus aku lakukan? Aku bisa langsung memakan permen keduaku, dan aku bisa merubahnya aku bisa langsung muncul disana dan membuat Harry melupakan Jane untuk selamanya, dan aku bisa bersanding bersamanya! Akhirnya aku putuskan…

“You choose the best way!” tegur sahabatku Maurice, dia sahabatku di surga, dia malaikat yang selalu memberiku nasehat saat aku ada dibumi. Dan apa yang ia katakana sebelum aku dihempaskan, aku memilih jalan ini dan kudapatkan arti cinta yang sesungguhnya. Ketika kau lihat dia bahagia bersama orang lain, sekalipun itu menyakitkan bagimu, tapi kau akan tahu jika ia kehilangan kebahagiaannya maka kamu sama sekali tak dapat membuatnya bahagia. Lepaskanlah dia, jika Tuhan memang menakdirkan kalian pasti ia akan kembali bahagia bersamamu, relakanlah untuk sementara. Bila itu bukan takdirmu, dia bukanlah yang terbaik untukmu, akan ada yang jauh lebih baik untukmu, hanya Tuhan belum menunjukkan dimana ia berada.
Harry terlihat sangat bahagia dengan Jane, mereka adalah pasangan paling serasi yang pernah aku lihat. Semoga kalian bahagia, walaupun aku tahu kalian tidak akan pernah mengingatku lagi, aku akan terlupakan, tapi kalian tidak.

(Lauren memakan permen keduanya, ia membuat music player mati sehingga Harry berkonsentrasi penuh pada jalan. Kemudian ia memakan permen ketiga dan merelakan nyawanya untuk Jane. Dan sekarang semua berjalan lancar dan bahagia.)